Gerai Penjual Kopi Melonjak 3 Kali Lipat dalam 3 Tahun

Peningkatan jumlah konsumsi kopi diikuti dengan perkembangan jumlah outlet atau gerai kopi di Indonesia.

oleh Tira Santia diperbarui 25 Jun 2020, 18:13 WIB
Ilustrasi cangkir kopi (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM mencatat konsumsi kopi di Indonesia meningkat pesat dalam 10 tahun terakhir. Prediksinya, konsumsi tumbuh rata-rata 8,22 persen per tahun, kurun 2016-2021.  Bila pada 2016 konsumsi kopi mencapai 250.000 ton, maka pada 2020 diprediksi mencapai 353.000 ton.

Peningkatan jumlah konsumsi kopi terlihat diikuti dengan perkembangan jumlah outlet kopi di Indonesia.

Mengutip Riset Toffin, jumlah outlet kopi pada 2016 masih 1.083 outlet, kemudian melonjak tiga kali lipat menjadi 2.973 outlet pada 2019.

Tingginya konsumsi kopi di Indonesia merupakan potensi bagi pelaku UKM dan Koperasi untuk menjadi supplier (pemasok) bahan baku kopi.

Tentunya Kemenkop dan UKM mendorong kemitraan UKM atau koperasi dengan pelaku usaha kopi yang lebih luas.

“Gerai kopi yang semakin meningkat jumlahnya tersebut menjadi potensi bagi koperasi dan UKM menjadi pemasok,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam keterangannya, Kamis (25/6/2020).

Dia menuturkan, koperasi merupakan salah satu produsen kopi yang patut diperhitungkan dalam industri kopi dalam negeri.

Ada 47 koperasi kopi tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan sebagian merupakan eksportir kopi, antara lain ke Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.

Pemerintah tengah menyiapkan model usaha koperasi berbasis ekonomi kerakyatan, termasuk komoditas di dalam kawasan perhutanan sosial, serta program digitalisasi koperasi.

KemenkopUKM akan bekerja sesuai tugas dan fungsinya, yaitu membantu pengembangan model usaha berbasis ekonomi kerakyatan.

"Untuk komoditas yang berada di dalam kawasan perhutanan sosial, kami bekerja sama dengan Perhutani dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Harapannya, dengan SCOPI juga bisa dikolaborasikan untuk sektor hilir. Kami prioritaskan 7-10 pilot project untuk dijadikan role model pengembangan koperasi bidang pertanian, perkebunan, dan perikanan,” ungkapnya.

Selain itu, upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas UKM dan koperasi kopi, salah satunya mempersiapkan agar UKM kopi dapat menjadi pemasok pengadaan barang/jasa Kementerian/Lembaga (LKPP).

Telah dibuka laman untuk KUKM dan sedang mempersiapkan draft pendaftaran untuk agregator makanan/minuman yang akan terdaftar di laman LKPP.

 

 

Tonton Video Ini

2 dari 2 halaman

Ekspor dan Impor Kopi

Ilustrasi kopi luwak (iStock)

Ketua Dewan Pengurus SCOPI Irvan Helmi menambahkan, konsumsi kopi di Indonesia naik dua kali lipat dalam 10 tahun terakhir ini.

Sementara impor kopi naik 10 kali lipat, ekspor kopi menurun sekitar 37 persen. Namun pertumbuhan produksi tidak sebanding, yakni hanya sekitar 3-5 persen.

“Ini memberikan sinyal peluang. Untuk itu, SCOPI memfasilitasi untuk mendorong percepatan kemitraan strategis untuk sektor kopi yang berkelanjutan,' kata dia.

Menurut dia, ada beberapa dimensi dalam usaha menuju kopi yang berkelanjutan, seperti dimensi perkebunan (pohon, tanah) dengan usia tanaman kopi yang mayoritas sudah menua.

Dimensi lingkungan hidup yang perlu dilestarikan, dimensi kelembagaan petani, sosial dan ekonomi, dimensi perdagangan, dan dimensi kreativitas hilir yang bisa mengungkit identitas kopi Indonesia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya