Pasien COVID-19 Pertama di Afrika Selatan Lewati Bandara Tanpa Gejala

Afrika Selatan mengonfirmasi kasus virus corona COVID-19 pertamanya

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 06 Mar 2020, 21:00 WIB
Gambar menggunakan mikroskop elektron yang tak bertanggal pada Februari 2020 menunjukkan virus corona SARS-CoV-2 (oranye) muncul dari permukaan sel (hijau) yang dikultur di laboratorium. Sampel virus dan sel diambil dari seorang pasien yang terinfeksi COVID-19. (NIAID-RML via AP)

Liputan6.com, Jakarta Seorang pria menjadi pasien positif infeksi virus corona COVID-19 pertama di Afrika Selatan. Dilaporkan, dia masuk ke negara tersebut tanpa menunjukkan gejala khusus.

Kementerian Kesehatan Afrika Selatan (Afsel) menyatakan bahwa pasien 38 tahun tersebut baru saja kembali dari Italia bersama sang istri. Dia kembali ke rumahnya di Kwazulu-Natal lewat bandara O.R. Tambo di Johannesburg.

Dikutip dari South China Morning Post pada Jumat (6/3/2020), Menkes Afsel Zwelini Mkhize mengatakan pasien tersebut kembali ke negaranya sejak 1 Maret kemarin. Dia melakukan isolasi mandiri pada 3 Maret dan baru mengunjungi dokter usai mengalami demam, pusing, sakit tenggorokan, batuk, dan tidak enak badan.

Pengujian pun dilakukan untuk mencari tahu apakah pria ini tertular COVID-19 atau tidak. Dikutip dari IOL, Nationals Institute of Communicable Disease di negara setempat mengonfirmasi bahwa pria ini positif terinfeksi virus corona.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Peneliti Klaim Musim Panas Perkecil Potensi Penyebaran

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Otoritas kesehatan di Afsel menyatakan mereka segera memulai pencarian kontak pasien. Dikabarkan, dokter yang sempat merawat pria ini juga telah dikarantina.

Mkhize juga mengatakan pemerintah akan melacak orang-orang lain yang berkontak dekat dengan pasien, termasuk mereka yang berada satu penerbangan dengan pria tersebut.

Walaupun begitu, Shaheen Mehtar dari Departemen Kesehatan Afrika Selatan yang memimpin program pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona, mengklaim bahwa kemungkinan musim panas akan membantu penyebaran virus di negara tersebut karena ketidakmampuan virus bertahan dalam suhu tinggi.

"Virus ini sangat sensitif terhadap panas," kata Mehtar seperti dikutip dari News24. "Bahkan jika satu atau dua orang terinfeksi penyebarannya tidak akan menjadi sangat baik, karena virus tidak suka panas," ujarnya.

Belum ada pernyataan resmi soal virus corona penyebab COVID-19 akan mati di suhu panas. Namun, berdasarkan laporan pada infeksi akibat virus corona lain seperti SARS dan MERS, Afrika Selatan tidak menemukan adanya dua kasus tersebut ketika musim panas tengah berlangsung di negara itu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya