Cegah Virus Corona, Kota Shenzhen di Tiongkok akan Larang Konsumsi Anjing dan Kucing

Salah satu alasan dicanangkannya peraturan pelarangan konsumsi daging anjing dan kucing di Shenzhen juga terkait penyebarab COVID-19

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 27 Feb 2020, 19:00 WIB
Mengonsumsi daging anjing menjadi tradisi yang telah belangsung lama di China. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta Pejabat legislatif Shenzhen, Tiongkok berencana mengeluarkan aturan pelarangan konsumsi daging kucing dan anjing usai wabah virus corona COVID-19 yang merebak di negara tersebut. Hal ini merupakan salah satu upaya daerah dalam upaya nasional terkait merebaknya penyakit tersebut.

Tidak hanya anjing dan kucing, ada beberapa hewan lain yang akan dikeluarkan dalam daftar binatang yang boleh dikonsumsi seperti ular, kura-kura, kelelawar, dan katak.

Sementara itu, dikutip dari Express pada Kamis (27/2/2020), ada sembilan hewan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi yaitu: sapi, domba, kelinci, babi, bebek, keledai, angsa, dan merpati, serta makanan laut dan ikan tertentu.

Kepada Shenzhen Special Zone Daily, pejabat setempat mengatakan selain daftar yang diperbolehkan, mereka tidak akan mengeluarkan "daftar hitam" karena Tiongkok memiliki puluhan ribu spesies yang tak mungkin dimasukkan semua.

“Jika pemerintah setempat ingin membuat daftar hewan liar yang tidak bisa dimakan, itu akan terlalu panjang dan tidak bisa menjawab pertanyaan dengan tepat hewan apa yang boleh dimakan," kata pejabat setempat dalam pernyataan resminya.

Simak juga Video Menarik Berikut Ini

2 dari 2 halaman

Kebiasaan Konsumsi Hewan Liar yang Kontroversial

Festival Leci dan Daging Anjing merupakan kegiatan yang rutin diadakan setiap tahun di Provinsi Gunagxi saat musim panas. (AFP)

Dikutip dari South China Morning Post, mereka yang melanggar akan didenda hingga 20 ribu yuan. Selain itu, mengonsumsi hewan yang tidak masuk dalam daftar diperbolehkan, meskipun binatang itu diternakkan, tetap dilarang karena terlalu sulit untuk mengetahui apakah benar mereka dibudidayakan atau diburu.

Peraturan baru ini masih memungkinkan untuk penggunaan hewan liar sebagai tujuan ilmiah atau medis, selama ada perkuatan pengelolaan fasilitas.

Aturan ini mendapat pujian dari aktivitis hewan. Selain untuk mencegah penyebaran COVID-19, beberapa wilayah di Tiongkok memang dikenal dengan kebiasaan mengonsumsi daging hewan yang tak umum dikonsumsi manusia saat ini seperti kucing.

"Kita harus memuji Shenzhen, seharusnya sudah sejak lama ada peraturan yang melarang mengonsumsi hewan pendamping sejak lama," kata Liu Jinmei dari Lembaga Swadaya Masyarakat Friends of Nature. Namun, dia juga memperingatkan kemungkinan permintaan pertanggung jawaban dari para pemilik restoran kepada pemerintah setempat.

Sebelum Shenzhen, semenjak penyebaran COVID-19, wilayah lain juga dilaporkan telah melarang konsumsi hewan liar. Misalnya, Tianjin, sebuah kota pelabuhan dekat Beijing, telah mengeluarkan peraturan yang melarang penangkapan, perdagangan, pertanian, transportasi, dan konsumsi hewan liar.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya