Liputan6.com, Jakarta: Setelah sebagian besar peserta Rapat Koordinasi Politik dan Keamanan yang berlangsung pada 25 Juli 1996 diperiksa, kali ini giliran Wardiman Djojonegoro. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu diperiksa Tim Koneksitas Mabes Polri dalam kasus penyerbuan Kantor PDI pada 27 Juli 1996, hari Rabu (22/11) tadi. Dia dimintai keterangan sehubungan dengan kehadirannya di rapat tersebut.
Dalam Rakor Polkam yang dipimpin Soesilo Sudarman, Menteri Koordinasi Politik dan Keamanan saat itu, diputuskan untuk membubarkan mimbar bebas massa Megawati. Alasannya, aksi mereka tersebut telah mengganggu ketertiban umum.
Sekitar tiga jam Wardiman diperiksa Tim Koneksitas Mabes Polri yang dipimpin Kepala Komandan Reserse Inspektur Jenderal Polisi Engkesman R. Hillep. Saat diperiksa, Wardiman pun mengaku bahwa dirinya memang hadir dalam pertemuan tersebut. Kendati demikian, dia hanya membacakan notulen pribadi saat berlangsung rapat itu saja.
Tindakan pemanggilan sejumlah saksi oleh Tim Koneksitas Mabes Polri dalam insiden 27 Juli sebenarnya telah dilakukan berulang kali. Misalnya saja terhadap saksi Feisal Tanjung, Gubernur DKI Sutiyoso, Edi Sudradjat, Zacky Anwar Makarim, Moerdiono, dan sejumlah pejabat negara lainnya.(YYT/Lita Hariyani dan Eko Purwanto)
Dalam Rakor Polkam yang dipimpin Soesilo Sudarman, Menteri Koordinasi Politik dan Keamanan saat itu, diputuskan untuk membubarkan mimbar bebas massa Megawati. Alasannya, aksi mereka tersebut telah mengganggu ketertiban umum.
Sekitar tiga jam Wardiman diperiksa Tim Koneksitas Mabes Polri yang dipimpin Kepala Komandan Reserse Inspektur Jenderal Polisi Engkesman R. Hillep. Saat diperiksa, Wardiman pun mengaku bahwa dirinya memang hadir dalam pertemuan tersebut. Kendati demikian, dia hanya membacakan notulen pribadi saat berlangsung rapat itu saja.
Tindakan pemanggilan sejumlah saksi oleh Tim Koneksitas Mabes Polri dalam insiden 27 Juli sebenarnya telah dilakukan berulang kali. Misalnya saja terhadap saksi Feisal Tanjung, Gubernur DKI Sutiyoso, Edi Sudradjat, Zacky Anwar Makarim, Moerdiono, dan sejumlah pejabat negara lainnya.(YYT/Lita Hariyani dan Eko Purwanto)
