Kepala BNPB: 89 Ribu Hektare Lahan Gambut Terbakar, Paling Banyak di Riau

Lahan gambut yang terbakar terbesar di wilayah Riau sekitar 40.500 hektare, kemudian Kalimatan Tengah 24 ribu hektare.

oleh Ady Anugrahadi diperbarui 24 Sep 2019, 06:41 WIB
Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.(Liputan6.com/Fajar Abrori)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo menjelaskan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah wilayah sulit diatasi. Penyebabnya karena lahan yang terbakar berjenis gambut.

Doni menjelaskan, pemerintah telah mengupayakan berbagai cara untuk memadamkan titik api yang muncul di enam provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah dan, Kalimantan Selatan.

Pemerintah memadamamkan dengan menggunakan bom air (water bombing) dan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Namun api yang berkobar di sejumlah daerah tidak sertamerta padam.

"Kenapa? Karena yang terbakar sebagian besar adalah lahan gambut," kata Doni di Gedung Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Senin (23/9/2019).

Dia membeberkan, sebanyak 328 ribu hektare lahan yang terbakar sekitar 89 ribu hektare adalah lahan gambut. Dijelaskan, yang terbesar ialah wilayah Riau sekitar 40.500 hektare, kemudian Kalimatan Tengah 24 ribu hektare. Dilanjut Kalimatan Barat, Jambi, Sumsel dan Kalsel.

"Data yang diterima BPBD dari KLHK melalui satelit terhitung dari 31 Agustus yang lalu gambut kebakar mendekati angka 90 ribu hektare," ujar dia.

Hingga 1 September 2019 sampai sekarang masih terdapat sejumlah wilayah yang terbakar. Doni pun mengutip pernyataan Kepala Badan Restorasi Gambut, Nazir Fuad.

"Gambut ini adalah fosil batu bara muda yang sebagian besar fosil ini terdiri dari kayu-kayu yang sudah berusia ribuan tahun beliau juga mengatakan bahwa pada masa perang dunia kedua Hitler pernah menggunakan bahan bakar untuk industri milter Jerman berasal dari gambut," papar dia.

Doni menerangkan, pihaknya menarik kesimpulan bahwa gambut adalah bahan bakar yang mudah terbakar. Kondisi itu pun semakin parah apabila lahan gambut mengalami kekeringan.

"Pembakaran di lahan gambut tingkat risiko lebih besar dibanding di lahan mineral," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Penanganan Belum Efektif

Doni Monardo juga mengatakan, pemerintah mengerahkan ribuan personel untuk menangani karhutla di sejumlah wilayah Indonesia. Sejauh ini, kegiatan dengan penanganan heli water booming tidak begitu efektif.

Dia menerangkan, Sebanyak 50 ribu orang disebar ke enam provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimatan Tengah dan, Kalimantan Selantan.

"Belum lagi, sejumlah relawan yang secara kelompok ikut terlibat tapi tidak sempat melapor ke pimpinan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)," kata Doni.

Dia menerangkan, pemerintah juga telah melibatkan 48 unit helikopter yang dibagi ke enam provinsi. Mereka melakukan berbagai upaya, seperti teknologi modifikasi cuaca (TMC) dan water bombing.

"Banyak lahan-lahan yang sudah disiram menggunakan heli water bombing namun secara keseluruhan apinya belum padam," ucap Doni.

 

*Artikel ini telah diedit karena ada ketidakakuratan penulisan pada jumlah lahan gambut yang terbakar.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya