Harga Emas Diprediksi Terus Meroket hingga Akhir Tahun

Sejak awal tahun, harga emas saja sudah naik hingga 10 persen.

oleh Athika Rahma diperbarui 19 Sep 2019, 18:44 WIB
Ilustrasi emas batangan. (Sumber Twitter/@allthingsbus)

Liputan6.com, Jakarta - Para pelaku usaha mengatakan kemungkinan harga emas yang akan semakin naik hingga akhir tahun 2019. Direktur Utama PT Hartadinata Abadi, Sandra Sunarto mengatakan sejak awal tahun, harga emas saja sudah naik hingga 10 persen.

Sebagai informasi, PT Hartadinata Abadi adalah produsen emas yang sudah berkiprah selama 20 tahun.

"Sepertinya akan semakin naik (harga emas) hingga akhir tahun, nggak akan kembali turun lagi (harganya) seperti 3 bulan yang lalu," ujar Sandra di Jakarta, Kamis (19/09/2019).

 

Diketahui harga emas mencapai titik tertingginya pada 4 September 2019 lalu, yaitu sebesar Rp 775.000 per gram. Adapun terus melonjaknya harga emas dipicu perang dagang yang tak kunjung selesai.

Apalagi, beberapa waktu yang lalu kilang minyak Arab diserang, menyebabkan situasi politik dunia turut memanas, demikian pula kondisi ekonominya.

Akhirnya, orang-orang lari ke investasi aset yang lebih aman dan minim volatilitas, seperti emas. Namun, Sandra berharap, kenaikan harga emas berlangsung di level yang wajar.

"Kalau untuk industri, kalau emas kemahalan kita khawatir akan pasar juga. Harga emas Indonesia memang tergantung harga spot dan kurs rupiah," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Analis: Harga Emas Sulit Tembus USD 1.500

Ilustrasi emas.

Para analis dan pelaku pasar memperkirakan bahwa harga emas sangat sulit untuk kembali menembus level USD 1.500 per ounce. Sejauh ini belum ada sinyal yang bisa membuat harga emas kembali ke level tersebut.

Mengutip Kitco, Senin (16/9/2019), pasar emas bersiap untuk melanjutkan kerugian dalam tiga pekan berturut-turut. Pesimisme mulai merambah pasar emas karena permintaan akan safe haven mulai melemah.

Harga emas berjangka untuk pengiriman Desember terakhir di perdagangkan di USD 1.496,50 per ounce, turun lebih dari 1 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

Menurut beberapa analis, ada peluang kerugian lebih lanjut di pasar emas pada pekan ini karena kemungkinan besar Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) gagal memenuhi harapan dovish.

The Fed menjadi pusat perhatian pada minggu ini karena mereka tengah mempersiapkan untuk menyesuaikan kebijakan moneter. Menurut CME FedWatch Tool, pasar sepertinya pesimistis bahwa the Fed akan melakukan pemotongan suku bunga 25 basis poin.

Ketua The Fed Jerome Powell enggan mengumumkan dimulainya siklus pelonggaran baru. Pekan lalu, ia relatif optimistis terhadap ekonomi AS. "Pasar tenaga kerja dan kepercayaan konsumen dalam kondisi yang baik. Tidak akan ada resesi tetapi ada risiko yang kami pantau," katanya.

Analis komoditas TD Securities, Ryan McKay, mengatakan bahwa serentetan data ekonomi baru-baru ini dan meredanya perang dagang telah memberi Federal Reserve sedikit ruang untuk mengambil sikap yang lebih netral pada kebijakan moneter.

"Ada ruang bagi emas untuk kecewa," katanya.

McKay menambahkan, ia mengharapkan harga emas untuk bisa bertahan dan terus berada di kisaran USD 1.500 per ounce. Dia mengatakan bahwa ada risiko yang cukup di pasar untuk menjaga tawaran yang solid.

Richard Baker, editor Eureka Miner Report, mengatakan bahwa dia memperkirakan harga emas akan terus melayang USD 1.500 per ounce.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya