Setelah Gundala, Joko Anwar Sebut 5 Superhero Ini Akan Difilmkan

Joko Anwar mengisyaratkan hadirnya sejumlah film dari Jagat Sinema Bumi Langit selain Gundala.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Sep 2019, 18:00 WIB
Joko Anwar, sutradara film Gundala (Adrian Putra/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah melahirkan Gundala di jaringan bioskop pada Kamis (29/8/2019), Joko Anwar mengisyaratkan hadirnya sejumlah film dari Jagat Sinema Bumi Langit.

Kepada Showbiz Liputan6.com, sutradara Gundala itu menyatakan setidaknya ada 5 superhero yang diproyeksikan tampil di layar lebar mulai tahun depan.

Joko Anwar bahkan terang-terangan menyebut Sri Asih sebagai film superhero berikutnya dari Jagat Sinema Bumi Langit. Sutradara Pengabdi Setan juga menyatakan tak semua film Jagat Sinema Bumi Langit disutradarai olehnya. 

“Nantinya saya jadi produser kreatif untuk Jagat Sinema Bumi Langit. Kami sudah membuat story art untuk Gundala (yang sudah rilis di bioskop) lalu Sri Asih, Godam dan Tira, Patriot Taruna, Si Buta Dari Gua Hantu, Mandala, sampai film sekuel Gundala Putra Petir, sudah disiapkan,” beri tahu Joko Anwar di Jakarta Selatan, baru-baru ini.

 

 

2 dari 3 halaman

Harus Relevan

Poster Film Gundala. (Screenplay Films)

Ia menyebut, persiapan khususnya aspek naskah sangat krusial. Naskah mestinya relevan dengan perkembangan zaman tanpa abai terhadap sumber asli komiknya.  

“Saya bikin skenario film itu seperti mengajak hewan peliharaan jalan-jalan tapi lehernya diberi tali. Jadi ketika dia mau masuk ke rumah orang, kita jagain agar jangan sampai itu terjadi,” urainya.

Joko Anwar menambahkan, sudah saatnya industri film dalam negeri punya jagat sinema sendiri. Salah satunya agar publik merefleksi diri. Ia menyebut orang Indonesia dari level atas sampai bawah banyak yang mementingkan diri sendiri. Yang kaya merasa bisa melanggar hukum karena merasa bisa lepas dari tuntutan maupun sanksi dengan uang. 

 

 

3 dari 3 halaman

Indonesia Butuh Patriot

Sutradara bersama pemain film Gundala (Bambang E. Ros/Fimela.com)

Sementara kalangan bawah merasa boleh melanggar hukum, misalnya berhenti di tengah jalan dengan dalih menunggu penumpang. Dengan kata lain merasa wong cilik punya hak untuk melanggar dan sebagainya.

“Orang dilecehkan atau mengalami ketidakadilan di depan kita tapi kita diam saja. Ini sama seperti kehidupan era Sancaka. Kita tak bisa diam karena itu kita butuh patriot. Indonesia butuh patriot karenanya Gundala hadir membuka gerbang untuk kedatangan pahlawan atau patriot lainnya,” pungkas Joko Anwar. (Wayan Diananto)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya