Pelajaran dari Kakek Tunanetra yang Menjual Beras demi Istri yang Sakit

Walau sudah renta dan bukan orang berpunya, kakek tunanetra ini tak segan berbagi miliknya kepada orang lain yang membutuhkan.

oleh Komarudin diperbarui 02 Sep 2019, 20:05 WIB
Ilustrasi tunanetra (iStock)

Liputan6.com, Jakarta - Kegigihan Yom Homhuan dalam menjalani kehidupan bisa jadi pelajaran. Dengan segala kemampuannya, kakek tunanetra itu menjual beras ketan selama bertahun-tahun demi istrinya yang sedang sakit.

Lelaki berusia 67 tahun ini memesan beras ketan dari orang-orang di desanya setiap Jumat untuk mengisi persediaannya. Ia menjual makanan dalam peti dengan sepedanya.

Ia juga sering mengikuti sopir truk yang akan mengantarnya ke luar Kuil Khao Ta Krao di Provinsi Phetchaburi, Thailand, di mana ia membuka lapak untuk mengais rezeki pengunjung kuil saat akhir pekan. Ia menjual makanan dalam peti yang diletakkan di atas sepedanya.

Melansir dari World of Buzz, ia mencoba untuk menarik perhatian pengunjung kuil dengan barang dagangannya dengan menggunakan megafon. Meski tak mampu melihat, ia mengatakan bahwa ia perlu uang untuk menghidupi istrinya yang berusia 98 tahun.

Dari pernikahannya itu, mereka tak dikaruniai anak. Saat ini, sang istri menderita diabetes dan tekanan darah tinggi. Hal itu yang membuatnya mencurahkan perhatian untuk merawat istrinya. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Buta Akibat Kecelakaan

Yom Homhuan penjual beras ketan demi istri tercintanya (Dok.Matichon)

Yom menjelaskan bahwa kebutaan yang dideritanya akibat kecelakaan.  Saat masih muda, ia mengikuti ibunya ke ladang dan seekor sapi menerjang Yom.

Ia mengatakan bahwa ia dan istri adalah pasangan miskin, tapi berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan karena perlu membayar biaya pengobatan istrinya.

Meskipun orang tua itu sangat miskin, ia memiliki sosok yang baik dan murah hati. Jika memiliki sisa makanan, ia akan memberi makan monyet yang tinggal di dekat kuil. Ia juga akan memberikan beras ketan kepada orang-orang jika ada acara publik di desa.

Orang tua itu biasanya berada di tempat parkir kuil, di dekat patung Luang Po Wat Ta Krao dan hanya berjualan pada akhir pekan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya