Benang Project, Memberi Harapan Pengungsi Lewat Fashion

Kisah sedih sempat mewarnai awal-awal langkah Benang Project. Seorang pengungsi bunuh diri.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 10 Mei 2019, 17:02 WIB
Franka Soeria bersama para pengungsi yang terlibat dalam Benang Project. (dok. Benang Project/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Berawal dari tawaran seorang kolega dari UNHCR (badan PBB untuk pengungsi) untuk membantu pengungsi yang terlunta-lunta di Indonesia, Franka Soeria, founder Markamarie sekaligus Modest Fashion Weeks Global, merintis Benang Project sejak Oktober 2018. Tujuh orang pengungsi yang lolos seleksi kini bisa memiliki harapan kembali.

"Mereka sampai bilang kalau hidup mereka seperti menemukan titik cerah," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis, 9 Mei 2019.

Caca, panggilan akrabnya, menerangkan Benang Project adalah program pelatihan fashion bagi para pengungsi internasional. Berbagai keterampilan diberikan, seperti mendesain, membuat pola, menjahit, teknik pemotretan, hingga fashion show.

Meski belum sempurna, hasil karya mereka yang berkolaborasi dengan Markamarie sudah tampil di empat negara. "Pertama tampil di Jakarta, kemudian di Paris. Dari Paris, aku bawa ke Turki. Setelah itu bawa ke Dubai," katanya.

Para pengungsi yang tergabung dalam Benang Project melewati proses seleksi terlebih dulu. Ada pengalaman menyedihkan saat tahap itu berlangsung. Seorang pengungsi memutuskan bunuh diri karena merasa tak memiliki harapan lagi.

"Kebayang dong, mereka di negara asalnya awalnya punya penghidupan, statusnya di atas. Begitu jadi pengungsi, mereka tak bisa melakukan apa-apa, bahkan bertahun-tahun. Padahal, mereka butuh makan," tutur Caca.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Kocek Pribadi

Salah satu hasil karya Benang Project yang berkolaborasi dengan Markamarie. (dok. Marka Marie/Dinny Mutiah)

Empatinya semakin terusik. Namun, ia mengaku hanya mampu merekrut tujuh pengungsi karena semua didanai dari kocek pribadi. Para pengungsi yang didominasi perempuan itu berasal dari Pakistan dan Irak.

"Semuanya self-funded, dari kantong sendiri. Jatuhnya, aku ini socio-entrepreneur, tapi ternyata manfaatnya luar biasa," ujarnya.

Caca bukan tak ingin mengajak serta desainer lain untuk terlibat. Apalagi, sekitar 14 ribu pengungsi hidup di Indonesia tanpa ada pendapatan. Tak heran, mereka memilih tinggal di penjara karena makan mereka lebih terjamin.

"Ada yang tertarik, tetapi ketika dibilang bahwa mereka (desainer) harus bayar, mereka mundur. Bahkan termasuk yang sudah punya nama besar," kata Caca.

3 dari 3 halaman

Diikuti Putri Yordania

Bocah-bocah Rohingya mengenakan pakain baru selama perayaan Idul Adha di kamp pengungsi Thangkhali, Bangladesh, Rabu (22/8). Hampir setahun mereka menghuni kamp ini usai kabur menghindari represi militer di Negara Bagian Rakhine. (Dibyangshu SARKAR / AFP)

Walau baru berjalan beberapa bulan, Benang Project dapat perhatian publik luar negeri. Salah satunya dari Putri Basmah Bani Ahmad dari Yordania.

Menurut Caca, proyek sosialnya akan direplikasi oleh sang putri. Itu mengejutkannya sekaligus membuatnya senang karena proyek rintisannya bisa menginspirasi orang lain.

"Bangladesh juga sama, walau belum pasti. Tapi ini artinya fesyen bisa ngasih harapan, bukan hanya bermewah-mewahan," ujarnya.

Ia mengaku akan meneruskan proyek tersebut ke depan. Namun, banyak hal yang harus dibenahi agar sistemnya lebih baik.

"Mungkin nanti setelah kerjaanku yang lain kelar, aku ambil cuti, sekalian aku benahi sistemnya," kata Caca.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya