AS Pastikan Muslim Beribadah Tanpa Rasa Takut di Bulan Ramadan

Otoritas berwenang di New York, Amerika Serikat mengatakan telah menyiapkan tambahan personel keamanan selama Ramadan.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2019, 00:20 WIB
White House atau Gedung Putih. (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Otoritas berwenang di New York, Amerika Serikat mengatakan telah menyiapkan tambahan personel keamanan selama Ramadan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Hal itu dilakukan meskipun tidak ada potensi ancaman terhadap komunitas muslim atau masjid di kota itu. Hal senada juga tampak di kota-kota lain di Negeri Paman Sam.

Dalam konferensi pers tahunan menjelang Ramadan, Komisioner Kepolisian Kota New York James O’Neill mengatakan, mereka akan menyiapkan tambahan keamananselama bulan puasa, seperti dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (9/5/2019). Langkah itu diambil setelah terjadinya serangan berlatar belakang agama di Selandia Baru dan Sri Lanka.

Serangan terhadap dua masjid di kota Christchurch, Selandia Baru, pada 15 Maret lalu menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya. Sementara serangkaian serangan terhadap tiga gereja dan hotel di ibukota Kolombo, Sri Lanka, tepat pada hari Paskah 21 April lalu menewaskan sedikitnya 250 orang dan melukai 500 lainnya. Laporan di suratkabar New York Times mengindikasikan bahwa dua kelompok militan yang melakukan serangan di Sri Lanka, merupakan pembalasan terhadap serangan di Selandia Baru.

Meskipun demikian O’Neill menggarisbawahi hingga awal Ramadan "belum ada ancaman kredibel" terhadap komunitas Muslim dan masjid di kota itu.

"Ini adalah saat refleksi spiritual, pembaruan iman dan komitmen untuk berderma. Merupakan hak setiap orang untuk beribadah dengan bebas dan tanpa rasa takut. Meskipun tidak ada ancaman khusus terhadap komunitas Muslim, Kepolisian Kota New York akan meningkatkan patroli dan menempatkan pos-pos keamanan yang dapat melakukan pemantauan lebih jelas di sekitar rumah-rumah ibadah di kota ini," ujarnya.

 

2 dari 3 halaman

Intensifkan Komunikasi

AIlustrasi kepolisian Amerika Serikat (AP/Jose Luis Magana)

Lebih jauh O’Neill juga mendorong warga masyarakat untuk mengintensifkan komunikasi dengan polisi dan aparat keamanan lain selama bulan Ramadan ini.

"Hubungan personal ini sangat penting. Kami mendapati bahwa ketika kita bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, keamanan publik lebih terjamin dan terasa berbeda. Kami ingin setiap orang memberi masukan atas isu-isu di pemukiman mereka," tambahnya.

Menurut data statistik Kepolisian New York, ada 361 kejahatan bernuansa kebencian atau hate crime di kota itu pada tahun 2018, naik dibanding tahun 2017 dengan 228 kejahatan bernuansa kebencian.

Tetapi secara keseluruhan, polisi mengatakan serangan anti-Muslim tahun 2018 turun dibanding tahun 2017. Jika pada tahun 2017 tercatat ada 34 serangan anti-Muslim, maka tahun lalu turun menjadi 18 serangan. Sementara pada tahun 2019 ini tercatat tiga kejahatan bernuansa kebencian terhadap warga Muslim.

3 dari 3 halaman

Peningkatan Keamanan di Sejumlah Masjid

Polisi mengawal konvoi bantuan kemanusiaan untuk Venezuela menuju Jembatan Tienditas di perbatasan Kolombia-Venezuela, Cucuta, Kolombia, Kamis (7/2). Menteri Eropa dan Amerika Latin meminta Nicolas Maduro mengadakan pemilu. (Schneyder Mendoza/AFP)

​Peningkatan keamanan juga terasa di beberapa masjid lain di Amerika. Pantauan VOA di kawasan Fairfax, Virginia dan Silver Spring, Maryland, tampak ada 1-2 mobil polisi berjaga di depan masjid. Pengurus masjid juga mengajak komunitas Muslim untuk saling menjaga ketika dan setelah beribadah.

Menurut data terbaru Pew Research, ada sekitar 3,45 juta Muslim di Amerika dimana 2,1 juta di antaranya adalah orang dewasa. Survei menunjukkan 80 persen warga Muslim di Amerika mengatakan akan meningkatkan ibadah mereka pada bulan Ramadan, tidak saja dengan puasa dan salat lima waktu, tetapi juga salat tarawih dan mengaji di masjid atau pusat-pusat komunitas Islam. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya