Christchurch, Pintu Masuk Antartika yang Jadi Lokasi Penembakan Jemaah Masjid di Selandia Baru

Sebelum insiden penembakan yang menewaskan 40 orang jemaah masjid di Selandia Baru, Christchurch dikenal sebagai kota paling damai di Negeri Kiwi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 15 Mar 2019, 19:15 WIB
Christchurch, Selandia Baru (DAVID BROOKS / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Insiden mematikan terjadi jelang Salat Jumat di Masjid Al Noor dan Lindwood di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Sebanyak 40 orang tewas dan 20 lainnya terluka akibat penembakan brutal yang dilakukan empat orang itu.

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern menyebut peristiwa tersebut menjadi hari terburuk dalam sejarah Negeri Kiwi yang tidak pernah diduga sebelumnya. Apalagi, Christchurch yang merupakan kota terpadat ketiga setelah Auckland dan Wellington dikenal sebagai kota paling damai di sana.

Berdasarkan laman www.christchurchnz.com, diketahui kota berpenduduk 404.500 orang itu berdiri pada 31 Juli 1856 dan membuatnya menjadi kota tertua di Selandia Baru. Banyak bangunan berdesain Gotik dibangun dan masih bertahan sampai saat ini.

Sejarah kota tersebut tak terpisahkan dari pendaratan orang-orang Eropa di Canterbury, kota tetangga Christchurch, pada 1815, atau 45 tahun setelah Kapten James Cook menemukan Selandia Baru yang disebutnya sebagai Banks Island.

Sejak itu, makin banyak orang Eropa, khususnya dari Skotlandia, Irlandia, Welsh, dan Inggris, yang menetap di sana. Mereka bahkan mengoperasikan kapal penangkap ikan paus yang dikoordinir oleh Lyttelton pada 1850.

Kemudian, perjanjian Canterbury ditandatangani. Perjanjian itu mengatur skema imigrasi yang dikendalikan sejumlah perusahaan swasta di Selandia Baru.

Namun, Kota Christchurch sebenarnya dirintis oleh suku Maori. Mereka jauh lebih dulu menjadikan kawasan itu sebagai rumah pada awal 1700an. Namun, warisan budaya mereka nyaris tak bersisa setelah bangsa Eropa menduduki wilayah tersebut.

Tak ingin terus berlanjut, pemerintah kota kembali memasukkan budaya suku Maori ke setiap sudut kota. Utamanya setelah gempa menghancurkan wilayah itu pada 2010 dan 2011 lalu.

Budaya, nilai-nilai, dan desain yang terinspirasi dari Suku Maori kini kembali dirajut dalam proses pembangunan kembali Christchurch. Salah satunya fasad ka¯kahu dari aluminium sepanjang 36 meter di Layanan Polisi Darurat dan Keadilan Christchurh.

2 dari 2 halaman

Gerbang Menuju Antartika

Colin O'Brady saat melintasi Antartika (Dok.Instagram/@colinobrady/https://www.instagram.com/p/Br_ip5OlYif/Komarudin)

Tak hanya dikenal sebagai kota tertua, tempat ini juga dikenal sebagai salah satu dari lima pintu masuk menuju Antartika. Christchurch bahkan menjadi pintu masuk eksplorasi perdana di Antartika yang dipimpin oleh Robert Falcon Scott dan Ernest Shackleton pada 1900an.

Keduanya menggunakan pelabuhan di Lyttelton sebagai titik keberangkatan ekspedisi. jejak mereka mempersiapkan diri sebelum eksplorasi Antartika masih terlihat di Lyttleton dan Akaroa.

Selain Christchurch, empat pintu lainnya adalah Cape Town (Afrika Selatan), Hobart (Australia), Punta Arenas (Cile), dan Ushuaia (Argentina). Tetapi, Christchurch lah yang menjadi tempat awal mula US Operation Deep Freeze pada 1950an.

Kini, lima negara berbasis di Christchurch menggelar operasi berkaitan dengan Antartika. Tak hanya menjadi pelabuhan untuk mengisi persediaan dan saluran penelitian, tetapi juga tempat bersandarnya kapal wisata Heritage Expedition.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya