Dua Sirine Tsunami di Aceh Rusak

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek mengatakan, hal ini baru diketahui setelah dilakukan uji coba rutin suara asli sirene sebagai pertanda gelombang tsunami.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Sep 2018, 09:00 WIB
Tsunami Early Warning System atau sistem peringatan dini tsunami

Liputan6.com, Aceh - Sebanyak dua dari enam unit sirene tsunami yang terpasang di lokasi berbeda sekitar kawasan pantai di Aceh, kini dalam kondisi rusak dan tentu tidak befungsi sebagaimana mestinya.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek mengatakan, hal ini baru diketahui setelah dilakukan uji coba rutin suara asli sirene sebagai pertanda gelombang tsunami.

"Untuk dua tower TEWS (Tsunami Early Warning System atau sistem peringatan dini tsunami) tidak berfungsi normal, yaitu TEWS Lhoknga dan TEWS Kajhu di Aceh Besar," terang dia di Banda Aceh, Rabu 26 September 2018.

BPBA menurunkan 18 personel yang dibantu tujuh personel dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Aceh, dan enam personel Pasifik Satelit Nusantara untuk uji coba suara asli sirene tsunami secara serentak pukul 10.00 WIB baik di Banda Aceh maupun Aceh Besar.

Ia mengatakan, kerusakan ini terjadi karena terdapat salah satu alat atau komponen elektronik yang berfungsi untuk memberitahu kepada masyarakat luas terkait gelombang tsunami dalam radius sejauh dua kilometer dari tower TEWS.

Pihaknya hingga kini sedang melakukan upaya perbaikan terhadap komponen yang rusak tersebut. Namun jika tidak memungkinkan untuk diperbaiki, maka akan diganti komponen yang baru.

"Alat 'chip real sound-nya' rusak, tapi tadi hidup. Hanya suara uji coba oleh BMKG. Kini sedang kita upayakan 'chip-nya', dan kayaknya dapat," katanya dilansir Antara.

Sedangkan empat tower TEWS, lanjut Dadek, yakni berada Kantor Gubernur Aceh, Lampulo, dan Blang Oi di Banda Aceh, dan Lam Awe di Aceh Besar berfungsi normal sebagai mana mestinya.

"Jadi tadi pagi itu, untuk tahap pelaksanaan dimulai dengan membunyikan 'sound testing' selama satu menit. Selanjutnya diteruskan dengan 'real sound' selama enam menit," sebut dia.

Ridwan (47), warga yang tinggal tidak jauh dari Kantor Gubernur Aceh yang terletak di Jalan Nyak Arif mengaku tidak mendengar suara asli sirene tsunami kali ini.

"Suara apa?. Soalnya tadi saya tidak dengar ada suara sirine. Padahal posisi saya di jam 10.00 tadi ada di (Gampong) Lingke, Aceh," katanya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya