AHY Pertanyakan Revolusi Mental, PDIP: Kritik Itu Harus Objektif

Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tidak mau ambil pusing mengenai manuver dari putra SBY itu. Dia hanya menegaskan kritik harus didasari objektivitas.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Jun 2018, 12:26 WIB
Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pemilukada 2018 dan Pilpres 2019, Agus Harimurti Yudhoyono. (Liputan6.com/Yandhi Deslatama)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mulai mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Beberapa waktu lalu AHY menyinggung janji Jokowi yang ingin melakukan revolusi mental.

Padahal, dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 10-11 Maret di Sentul, Jawa Barat, Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengisyaratkan sinyal kemungkinan partainya berkoalisi dengan poros Jokowi.

Sebagai partai pengusung Presiden Jokowi, Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto tidak mau ambil pusing mengenai manuver dari putra SBY itu. Dia hanya menegaskan kritik harus didasari objektivitas.

"Kalau kritik itu harusnya diberikan berdasarkan objektifitasnya. Bukan didasarkan pada kepentingan politik," kata Hasto di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Selasa (12/6/2018).

"Ketika mau ketok pintu cerita yang baik-baik, kemudian ketika ada agenda berbeda kemudian memberikan kritik yang berbeda. Rakyat melihat ketidakkonsistenan di situ," imbuh dia.

Hasto membenarkan, pada awalnya Demokrat tengah membangun komunikasi dengan PDIP. Namun hasil komunikasi itu diserahkan pada kebijakan masing-masing partai.

"Dari beberapa sinyal yang disampaikan, termasuk oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono kan memang ada upaya membangun dialog positif. Tapi hasilnya kan kami serahkan pada kedaulatan setiap partai. Karena kerja sama kan harus dari kedua partai," ungkapnya.

Hasto tidak menjelaskan lebih rinci terkait komunikasi dengan Demokrat. Dia hanya menegaskan setiap partai punya kalkulasi politiknya masing-masing.

"Ya namanya dinamika politik setiap partai kan punya kalkulasi-kalkulasi politik. Tapi bagi PDIP sekali kami bersikap ya kami tidak akan pernah berubah," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Puan Berterima Kasih

Menko PMK Puan Maharani menggelar rapat persiapan Asian Games 2018 dengan kementerian dan pejabat terkait di Jakarta, Rabu (6/6). Menko Puan juga mengatakan bahwa diperlukan sinergi antara Asian Games dan Asian Para Games. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, Ketua DPP PDIP bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani tidak mempermasalahkan kritikan terhadap revolusi mental yang dilontarkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam orasinya. Malahan, dia berterima kasih selama kritik tersebut dinilai konstruktif.

"Ya itu kan biasa saja dalam dinamika politik, bisa saja seperti itu. Sampai hari ini juga Demokrat belum menentukan posisinya ada dimana, kalau kemudian memberikan kritik otokritik kepada pemerintah selama itu membangun, saya berterimakasih," ujar Puan di kantor DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (16/5/2018).

Atas kritikan tersebut PDIP tidak memberikan sikap pasti apakah akan menjauhkan dari kemungkinan Demokrat ikut koalisi pemerintah. Puan mengatakan keputusan tersebut bakal ditentukan sikap Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono.

"Ya kita lihat saja, bagaimana ini nanti akhirnya Demokrat akan bergabung atau nggak bergabung, itu ya tanyanya ke Pak SBY lah," kata dia.

Sebelumnya, putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono itu mengkritisi program Revolusi Mental yang menurutnya belum dijalankan secara maksimal. Malah, program infrastuktur yang terus digalakkan selama kepemimpinan Jokowi. Padahal, kata AHY, pembangunan karakter bangsa itu harus terus dilaksanakan.

"Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, sebagian besar rakyat, menaruh harapan kepada program, pembangunan manusia Indonesia. Ketika pemerintah saat ini, berhasil membangun ribuan kilometer jalan, ratusan jembatan, dan proyek infrastruktur lainnya, lantas, kita patut bertanya, apa kabar Revolusi Mental?" ucapnya dalam pidato, Sabtu 9 Juni lalu.

Reporter: Sania Mashabi dan Ahda Bayhaqi

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya