Ayam Buras di China Wajib Berjalan 1 Juta Kali Sebelum Dijual

Ayam buras berkualitas kian diminati karena memiliki tekstur berserat dengan cita rasa daging yang lebih gurih. Begitu pun di China.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 17 Apr 2018, 19:20 WIB
Ilustrasi ayam (iStock)

Liputan6.com, Beijing - Sebuah peternakan di China mengambil langkah sangat serius dalam menawarkan ayam buras (bukan ras) berkualitas, yakni dengan menanamkan masing-masing pelacak elektronik.

"Kami tidak akan menjual ayam buras sebelum mereka mencapai sejuta langkah, atau telah hidup setidaknya 160 hari," ujar Xiaofei, manajer sebuah peternakan unggas Provinsi Hebei, China.

Seperti dikutip dari The Straits Times pada Selasa (17/4/2018), Xiaofei berpendapat bahwa ayam buras yang telah melewati kriteria tersebut, akan memiliki daging berserat dengan cita rasa lebih gurih.

Dijelaskan juga bahwa sebanyak 10.000 ekor ayam buras di peternakan tersebut, hanya diberi pakan alami, yang berasal dari biji-bijian terseleksi.

Ayam buras yang diternakkan di Kabupaten Wuyi itu merupakan proyek pengentasan kemiskinan, yang didukung oleh pemerintah daerah dan situs belanja JD.com.

Wuyi adalah salah satu kabupaten termiskin di China, dengan sebagian besar lahan pertanian tandus yang mengandung kadar alkalin tinggi.

Menurut kantor berita Xinhua, lebih dari 60 persen penduduk miskin di sana adalah orang tua, mereka yang sakit, atau tidak mampu menghidupi diri sendiri.

Dengan pinjaman berbunga rendah yang disediakan oleh JD.com, penduduk desa dapat beternak sejumlah ayam dan mendapatkan dividen ketika unggas tersebut dijual.

Selain itu, pemerintah juga membayar asuransi ternak ayam, yang menjamin tingkat penghasilan petani tidak melewati standar minimum yang telah ditetapkan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

2 dari 2 halaman

Membantu Meningkatkan Taraf Hidup Peternak Kecil

Ilustrasi (iStock)

Sementara itu, di tingkat konsumsi, ayam-ayam buras spesial tersebut dijual melalui toko online, dengan kisaran harga 168 hingga 188 yuan (sekitar Rp 360 ribu hingga 420 ribu) per ekornya.

Meski terbilang cukup mahal, namun banyak konsumen tertarik membeli karena cita rasanya yang dianggap lebih gurih.

Saat ini, kelompok masyarakat berpenghasilan menengah sedang berkembang cukup pesat di China, dan menciptakan pasar yang menggiurkan untuk produk-produk pangan berkualitas tinggi.

Li Xisheng (76), seorang petani setempat, mendapat pinjaman 4.500 yuan (sekitar Rp 9,8 juta) untuk membeli 100 ekor ayam pada tahun lalu.

Ketika siap dipasarkan, pemerintah membayar keseluruhannya senilai 10.000 yuan (sekitar Rp 21,9 juta), sebelum dikurangi oleh biaya operasional yang besarannya kurang dari 20 persen.

"Ayam-ayam itu telah mengubah nasib saya," kata Li, seraya memamerkan dia baru saja membeli sebuah sepeda listrik.

Wakil Wali Kota Wuyi, Liu Wei, mengatakan bahwa peternakan ayam tersebut menguntunhkan penduduk miskin di desa, sekaligus membuka peluang bisnis yang besar.

Peternakan unik yang mulai diterapkan sejak 2016 itu, disebut telah mengangkat lebih dari 400 rumah tangga keluar dari jurang kemiskinan.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya