Harga Pesawat Merpati Dinilai Terlalu Mahal

Arif Budimanta, anggota Komisi Keuangan DPR, melihat sejumlah kejanggalan dalam pengucuran pinjaman tersebut. Untuk mengungkap pembelian pesawat, DPR akan memanggil pihak-pihak yang terlibat termasuk jika melibatkan sejumlah perantara atau makelar.

oleh Liputan6 diperbarui 12 Mei 2011, 17:11 WIB
Liputan6.com, Jakarta: Kontroversi pembelian pesawat MA 60 dari Cina melebar. Selain dugaan keterlibatan sejumlah menteri dalam proyek ini, harga beli pesawat dinilai terlalu mahal dan ada selisih kucuran pinjaman yang diberikan pemerintah.

Sebelum Indonesia, Nepal juga pernah ditawari pesawat serupa. Bahkan, harian Nepali Time pernah menulis, pemerintah negara tersebut pernah ditawari pesawat MA 60 oleh Xian Aircraft Industri Corporation pada Agustus 2005. Penawarannya cukup fantastis, yakni beli dua akan mendapat satu pesawat berkapasitas 56 tempat duduk dengan harga US$ 11 juta per unit.

Anggota DPR Meutia Hafidz menyitir soal ini dalam rapat dengan manajemen maskapai Merpati. Di Indonesia, merpati membeli 15 pesawat MA 60 dengan nilai kontrak US$ 232,443 juta yang didapat dari pinjaman pemerintah.

Arif Budimanta, anggota Komisi Keuangan DPR, melihat sejumlah kejanggalan dalam pengucuran pinjaman tersebut. Untuk mengungkap pembelian pesawat, DPR akan memanggil pihak-pihak yang terlibat termasuk jika melibatkan sejumlah perantara atau makelar.(ULF)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya