Selain Susu Kaleng, Bayi Gizi Buruk Kendari Juga Minum Air Tajin

Berdasarkan pengakuan sang ayah, saking tak punya uang, ia memberi minum air tajin untuk anaknya.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 05 Jan 2018, 16:30 WIB
Kondisi Muhammad Adam Saputra, bayi berusia 7 bulan, di RSUD Bahteramas Kendari, mulai membaik. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Liputan6.com, Kendari - Arisandi, satu dari dua balita penderita gizi buruk yang dirawat di RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, masih dalam kondisi lemas. Hingga Jumat (5/1/2018) pukul 08.00 Wita, Arisandi masih terbaring dengan nafas yang tidak teratur.

Belum ada senyum di wajah bayi berusia 10 bulan sejak dirawat sejak seminggu lalu karena gizi buruk. Luka-luka dan alergi akibat kekurangan nutrisi serta tidak terawat baik oleh orangtuanya juga belum banyak berubah.

Dari pengakuan ayahnya, ternyata Arisandi pernah diberi minum susu dewasa selama lebih kurang empat bulan sebelumnya hingga akhirnya dinyatakan menderita gizi buruk. Susu dewasa ini berharga murah dan bisa diminum berkali-kali.

"Sekitar empat bulan saya kasih minum susu dewasa. Setelah tidak ada cukup uang, terpaksa kita kasih minum air beras," ujar Abu, ayah Arisandi.

Awal bayinya lahir, kata Abu, sempat diberi minum susu khusus balita. Setelah pekerjaannya sebagai petani tak mencukupi buat susu berharga puluhan ribu itu, terpaksa diganti ke merek susu dewasa.

"Waktu tiada uang, terpaksa kasih air beras," tambah pria yang berusia 40 tahun lebih itu.

Air beras yang dimaksud adalah air endapan beras yang disaring saat nasi sudah hampir matang. Air beras ini, bentuknya cair, menyerupai bubur dan berwarna agak keruh. Di Indonesia, air beras juga dikenal dengan air tajin.

Jika Abu dan istrinya, Eti, memasak nasi untuk makan di rumah, tidak lupa mereka akan menyisihkan air beras ini untuk bayinya. Air ini, menurut keduanya, ampuh sebagai pengganti susu.

 

2 dari 3 halaman

Balita Penderita Gizi Buruk Lainnya Mulai Membaik

Abu, Ayah balita bernama Arisandi yang mengatakan pernah memberikan air beras untuk anaknya sebagai pengganti susu. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Berbeda dengan Arisandi, salah satu bayi penderita gizi buruk lainnya, Muhammad Adam Saputra, sudah mulai membaik. Meskipun, berat badan bayi berusia tujuh bulan itu belumalu banyak perubahan.

Sejak Selasa (2/1/2018), beratnya hanya bertambah sekitar 3 ons. Berat badannya naik turun, sejak masuk RS dengan berat badan 4,8 kilogram.

"Ini kondisinya sudah bagus, sudah mulai sembuh alerginya," ujar salah satu perawat yang tidak mau namanya disebut.

3 dari 3 halaman

Bantuan Mengalir

Kondisi Arisandi, bayi berusia 10 bulan penderita gizi buruk di RSUD Bahteramas Kendari, Sulawesi Tenggara. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Setelah sempat viral di media sosial, sejumlah orang penting dan beberapa lembaga pemerintahan mulai datang membesuk kedua balita penderita gizi buruk. Meskipun demikian, kedatangan mereka tak terpantau media.

Dari keterangan orang tua kedua balita, pihaknya mendapatkan bantuan berupa uang tunai dan perlengkapan bayi. Meskipun demikian, keduanya tak mengetahui nama pembesuk yang rata-rata berpakaian rapi.

"Ada orang dari bank, ada juga orang dari lembaga bantuan. Beberapa saya pernah lihat, tapi tidak tahu namanya," ujar Lisa, ibu Muhammad Adam Saputra.

Kepala Humas RSUD Bahteramas Kendari, Masita, mengatakan pihaknya memastikan biaya perawatan kedua bayi dijamin program Rumah Sakit Bahteramas. Program kesehatan ini akan menyelesaikan urusan administrasi bayi sejak masuk hingga keluar.

"Meskipun memang hanya bayi yang ditanggung. Orang tua yang berjaga di rumah sakit ditanggung sendiri biaya sehari-harinya," ujar Masita.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya