Ada Badai Dahlia, Menteri PUPR Minta Pimpro Proyek Waspada

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menuturkan, pembangunan kawasan GBK juga tak terpengaruh dengan Badai Dahlia.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 02 Des 2017, 18:36 WIB
Sejumlah pohon besar tumbang di wilayah Garut. Foto: (Jayadi Supriadin/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Cuaca buruk menerpa beberapa wilayah di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh siklon tropis Dahlia yang berimbas pada hujan lebat dan angin kencang.

Melihat kondisi tersebut, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meminta kepada penanggung jawab proyek di wilayah untuk tak meninggalkan lokasi kerja. Hal itu untuk mengantisipasi gangguan pada proyek-proyek infrastruktur yang tengah dibangun.

"Saya kira kalau yang untuk infrastruktur secara keseluruhan, semua kepala balai tidak boleh meninggalkan tempat kerja. Memang banyak banjir, ada beberapa longsor, dan jembatan," kata dia di kawasan GBK Jakarta, Sabtu (2/12/2017).

Perihal adanya kerusakan pada proyek infrastruktur yang tengah dibangun pemerintah akibat Badai Dahlia, Basuki mengaku belum mendapat laporan. "Belum ada laporan," ujar dia.

Basuki juga menuturkan, pembangunan kawasan GBK juga tak terpengaruh dengan Badai Dahlia tersebut. Lantaran, kawasan GBK sudah hampir rampung dan ditargetkan selesai semuanya akhir tahun ini.

"Kalau ini tinggal penyelesaian, kalau GBK sudah 90 persen tinggal naikan jadi tidak terpengaruh," tukas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Nelayan Cilacap

Sebelumnya, sebagian besar dari belasan ribu nelayan di pesisir Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah memilih menyandarkan perahu menyusul gelombang tinggi yang terjadi di perairan selatan Jawa dan Samudera Hindia, sepekan terakhir, dipicu badai cempaka, dan kini badai dahlia.

Namun, tak begitu dengan Marno (53). Nelayan pantai selatan ini ogah takluk. Sebab, di mata pancing dan jaring-jaringnya itu, dapur keluarganya dipertaruhkan. Cita-cita dua dari empat anaknya yang masih bersekolah pun tertambat di perahu comprengnya.

Maka, ia pun nekat. Ia tetap menerabas ombak dan gelombang tinggi yang dapat menggulungnya sewaktu-waktu. Marno tak menyerah.

Sejak lahir, Marno terbiasa dengan kerang laut, cumi-cumi, dan asinnya ombak-ombak. Ia menyadari, laut bukan lah musuhnya. Pengalamannya bertahun-tahun sebagai nelayan, mengajarinya menari bersama gelombang-gelombang tinggi, pun dengan badai dahlia.

Marno tentu memiliki strategi dan perhitungan matang sebelum melaut. Ia menggunakan ilmu kuno, yakni jolokan. Jolokan, secara harfiah, adalah melaut dengan jarak tertentu, biasanya tak lebih dari 5 mil laut atau sekitar 9 kilometer.

Lebih dari itu, jolokan merupakan perpaduan strategi melaut berdasar perhitungan kalender naik dan pasang air laut dan intuisi tajam nelayan yang puluhan tahun dibesarkan di antara deburan ombak dan tajamnya karang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya