Kisah Ni Wayan Srimentik yang Insaf Jadi Pengemis

Selama 12 tahun, wanita asal Karang Asem, Bali, ini menjadi pengemis. Namun, sebuah pelatihan membuatnya insaf.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 07 Nov 2017, 08:30 WIB
Ilustrasi pengemis anak (iStock)

Liputan6.com, Jakarta Pelatihan yang diberikan PerpuSeru dari Coca-Cola Foundation Indonesia dengan dukungan Bill & Melinda Gates Foundation berdampak besar pada kehidupan Ni Wayan Srimentik, warga Tianyar Barat, Karang Asem, Bali. Pelatihan wirausaha yang diberikan PerpuSeru membuatnya tak lagi jadi pengemis, tapi berdagang dupa herbal.

Sebelum mengikuti pelatihan wirausaha dari PerpuSeru, Sri, begitu dia disapa, hidup di jalanan Denpasar, Bali, sebagai pengemis. Saat itu, dia diajak temannya bekerja di Denpasar agar bisa dapat uang.

"Saya langsung ikut, yang penting bisa dapat uang, bisa makan. Mau kerja apa lagi, kalau saya jadi buruh batu lagi enggak bisa, karena tulang belakang saya patah," kata Sri.

Sejak 2002 sampai 2014, ibu empat anak ini mengemis uang dari orang yang berbelas kasih. "Mau kerja apa lagi, saya dulu enggak tahu mau kerja apa. Saya juga enggak tahu kalau ngemis itu dilarang," tuturnya.

Mungkin orang mengira dia betah menjadi pengemis. Sejujurnya dalam hati dia ingin seperti orang lain yang bisa mendapatkan uang secara halal.

Hingga di suatu hari di 2014, dirinya ditangkap Satpol PP. "Mereka bilang, 'berhentilah jadi pengemis, harga diri kamu enggak ada'," kenang Sri.

 

2 dari 3 halaman

Berusaha jadi pedagang

Ni Wayan Srimentik, mantan pengemis yang kini jadi pedagang dupa herbal.

Sejak ditangkap oleh Satpol PP, Sri pulang lagi ke desanya di Tianyar Barat, Karang Asem. Terus berdiam diri, dia pun tak ada penghasilan. Hingga suatu hari, dia diajak temannya yang mantan pengemis untuk ikut pelatihan berwirausaha dupa herbal di 2016 oleh PerpuSeru.

"Belajar jualan, belajar jualan di internet juga," katanya.

Pelatihan membuatnya bisa berjualan dupa herbal dengan nama merek Munti Agung. Dupa ini pun telah direkomendasikan oleh Bupati Karang Asem di seluruh instansi kabupaten.

Tak cuma dupa herbal, Sri bersama suami berjualan kerajinan kreatif seperti gelang dan perlengkapan ibadah di Denpasar. Paling tidak sebulan dia bisa mendapatkan penghasilan Rp 4 juta.

"Tapi itu belum dipotong uang makan, uang kos, ya," kata ibu empat anak ini.

 

 

3 dari 3 halaman

Tantangan

Dupa herbal yang dijual Ni Wayan Srimentik

Selama jualan, banyak tantangan yang dia hadapi. Salah satunya protes dari pembeli dupa yang mengatakan aromanya tidak sekuat dupa biasa.

"Ya karena ini dupa herbal terbuat dari bahan-bahan alami, yakni kayu cendana, menyan, dan majegau, jadi aromanya memang tidak seperti dupa biasa," papar Sri di Jakarta.

Walau tidak terlalu wangi, dupa ini tidak membuat batuk atau mata pedih seperti dupa biasa. Sebab, di dalamnya tidak ada bahan-bahan kimiawi.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya