Truk Maut Pelaku Teror Nice Kebal Peluru?

Para pakar berpendapat bahwa senjata genggam yang dipakai oleh para polisi di Nice tidak cukup kuat untuk menghentikan truk sebesar itu.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 19 Jul 2016, 06:30 WIB
Para pakar berpendapat bahwa senjata genggam yang dipakai oleh para polisi di Nice tidak cukup kuat untuk menghentikan truk sebesar itu. (Sumber sputniknews.com)

Liputan6.com, Nice - Sebanyak 84 orang meninggal dunia dalam teror truk maut di Nice, Prancis. Kejadian tersebut diduga kuat sudah direncanakan. Rincian terbaru bahkan menyebut, truk yang dipakai untuk menerobos kerumunan manusia telah dipasangi jendela-jendela tahan peluru.

Dikutip dari Sputniknews.com, Senin (18/7/2016), sejumlah foto dari insiden Kamis malam lalu menunjukkan  bahwa truk yang melibas Promenade des Anglaise dipenuhi lubang-lubang bekas tembakan, terutama di kaca depan.

Menurut sumber-sumber kontra terorisme yang berbicara kepada DEBKAfile, kaca depan dan kaca-kaca-samping truk telah dibuat kebal peluru.

Sejumlah foto truk maut menunjukkan beberapa titik di kaca depan sebagai akibat terjangan peluru-peluru.

Kaca itu tidak pecah dan bekas terjangan peluru-peluru itu hanya berupa lubang-lubang kecil. Kuat dugaan bahwa kaca-kaca jendela telah diganti atau dilapisi dengan bahan antipeluru, demikian menurut para pakar.

Pemerintah Prancis dihujani kritik karena gagal bersiap menghadapi ancaman teror. Seandainya petugas diperlengkapi dengan senjata yang lebih berat, tentu lebih mudah bagi peluru-peluru untuk menembus kaca atau menggemboskan roda-roda truk.

Para pakar berpendapat bahwa senjata genggam yang dipakai oleh para polisi di Nice tidak cukup kuat untuk menghentikan truk sebesar itu.

Dalam keadaan waspada tinggi sejak penyerangan Paris pada November 2015, para pakar keamanan mengatakan bahwa pemerintah seharusnya lebh siap menghadapi potensi kekerasan pada hari penting Prancis itu.

Prancis telah berada dalam keadaan darurat demi mencegah serangan-serangan teroris. Keadaan darurat seharusnya selesai pada 26 Juli 2016, tapi Presiden Francois Hollande telah mengumumkan perpanjangan.

Pihak yang berwenang mengatakan bahwa pelaku, Mohamed Bouhel dikenal oleh polisi karena kekerasan dan pencurian di masa lalu. Ia pernah dijatuhi hukuman penjara percobaan di awal tahun ini, terkait dengan kekerasan bersenjata.

Truk yang dikemudikannya merangsek ke tengah kerumunan yang berkumpul di Promenade des Anglaise untuk merayakan Hari Bastille. Para saksi memperkirakan truk itu melaju dengan kecepatan antara 30-40 km per jam sejauh 2 km sebelum dipaksa  berhenti.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya