Dolar Melemah Picu Harga Emas Menguat

Dalam jangka menengah, emas akan didukung kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Jun 2016, 06:46 WIB
Harga Emas

Liputan6.com, New York - Harga emas menguat dipicu pelemahan dolar dan minat investor untuk mencari aset yang lebih aman karena ketidakpastian kondisi keuangan jangka panjang setelah Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa.

Namun harga emas masih di bawah posisi puncaknya pada Jumat pekan lalu sejak Maret 2014 di US$ 1.358,20 per ounce.

Pekan lalu banyak pihak kaget dengan keputusan Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa. Kondisi ini menyebabkan harga emas melonjak lebih dari 8 persen karena logam mulia sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap risiko ekonomi dan keuangan.

Harga emas di pasar Spot naik 1 persen menjadi US$ 1.324,90 per ounce. Sementara harga emas AS ditutup naik 0,7 persen ke posisi US$ 1.326,90 per ounce.

"Meskipun ketidakpastian masih di depan mata, namun ekuitas terus mencari jalannya selama beberapa hari terakhir, " menurut Jonathan Butler dari Mitsubishi Corp.  

Menurut dia, dalam jangka menengah, emas akan didukung kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.

Sementara itu, pasar saham global terus pulih setelah pekan lalu membukukan kerugian besar, sementara dolar turun 0,5 persen terhadap sekeranjang mata uang utama.

"Jika Brexit terlihat sangat berdampak pasar, bank pusat pasti akan mengambil langkah untuk menenangkan pasar, dan ini hal yang tidak akan baik untuk emas," kata Jiang Shu, Kepala Analis Shandong Gold Group.

Para pemimpin Eropa telah meminta Inggris untuk bertindak cepat untuk mengatasi kebingungan politik dan ekonomi yang dipicu Brexit.

"Orang-orang mulai menyadari dengan gaung dari Brexit, bukan hanya Inggris tetapi Eropa,
Amerika Serikat dan seluruh dunia, " jelas US Money Reserve Philip Diehl.

Pasar juga akan terus memantau data ekonomi AS yang menjadi petunjuk waktu dari rencana kenaikan suku bunga berikutnya oleh Federal Reserve.

**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya