Kerasnya Tantangan bagi Pemijat Tunanetra di Masa Kini

Mereka dulu sempat laris manis sebagai pemijat. Kini pemijat tunanetra berusaha kembali hadir secara profesional.

oleh Benedikta Desideria diperbarui 11 Mar 2016, 15:00 WIB
Mereka dulu sempat laris manis sebagai pemijat. Kini pemijat tunanetra berusaha kembali hadir secara profesional.

Liputan6.com, Jakarta Ali Amran (50) sempat merasakan larisnya jasa pijat yang ditekuninya pada 1990-an. Dalam satu hari, tunanetra yang tinggal di Pondok Kelapa Jakarta Timur ini bisa mendapatkan 8-10 pelanggan setiap hari.

Hal yang sama pun sempat dirasakan oleh Widodo (42). Pemijat tunanetra ini sempat merasakan manisnya keterampilan yang dimiliki usai mendapatkan training dari Departemen Sosial.

Seiring berjalannya waktu, pelanggan mereka terus berkurang, terus terkikis. Namun Amran tetap gigih bekerja sebagai pemijat tunanetra. Untungnya langganannya sejak tahun 90-an masih banyak yang percaya dipijatnya. Paling tidak sehari ada satu hingga dua pemijat.

Sementara Widodo harus beralih profesi menjadi penjual kerupuk di kawasan Tebet demi bisa makan dan menyambung hidup.

"Kalau tahun 1990-an pemijat ya tunanetra. Tapi sejak tahun 2000-an saingannya makin berat, banyak orang normal jadi tukang pijat. Ada tempat massage yang ada di ruko-ruko itu. Apalagi kini ada pijat online," tutur Amran saat berbincang dengan Health-Liputan6.com di Pulo Gadung pada Kamis (11/3/2016).

Namun mereka yakin bahwa masih ada pelanggan yang membutuhkan jasa mereka. Baik Amran maupun Widodo telah mendapatkan pelatihan sport massage dari Departemen Sosial selama satu tahun. Lalu mereka secara pribadi menambah keahlian pijat lain seperti refleksi hingga shiatsu.

Kondisi tunanetra bukan halangan bagi Ali Amran. Ia bahkan bisa menyekolahkan anaknya hingga S1.

"Kami tidak asal saat dulu berlatih hingga mendapatkan sertifikat. Kami para tunanetra ini belajar tentang anatomi tubuh, saraf, otot. Saat saya memijat orang bahkan bisa tahu kalau mereka ada masalah, misalnya pada lambung," papar Widodo saat berbincang dengan kami di tempat yang sama.

Kini, baik Widodo dan Amran tergabung dalam layanan pijat 'Traphy Indonesia'. Layanan pijat tunanetra ini jadi harapan baru bagi Amran dan Widodo serta 22 pemijat tunanetra lain dalam mencari uang secara profesional.

Pemijat tuna netra ini bisa diminta untuk datang ke rumah pelanggan di area Jabodetabek lewat telepon atau pun WhatsApp di nomor 085770401505. Satu jam layanan pijat harganya sekitar Rp 85.000. Para pemijat tunanetra ini siap melayani untuk lakukan pijatan tradisional, sport massage, pijat kesehatan, hingga pijat untuk kecantikan.

Bagi mereka kehadiran 'Traphy Indonesia' seperti sarana marketing untuk kembali mengangkat jasa pemijat tunanetra sehingga mereka tetap bisa bekerja keras, bukan hidup dengan menadah tangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya