Film Arek Malang Tembus Hollywood, Gus Ipul Tak Sabar Mau Nonton

Brush with Danger menyisihkan 40 ribu film di ajang seleksi nominasi Oscar untuk kategori "Best Picture".

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Nov 2015, 17:20 WIB
Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf menerima Livi Zheng (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

Liputan6.com, Surabaya - Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf atau yang akrab disapa Gus Ipul, mengapresiasi film garapan warga Malang, Livi Zheng, yang tembus ke perfilman Hollywood. Film bertajuk Brush with Danger itu akan tayang serentak di Indonesia mulai 26 November 2015.

"Saya tidak sabar menonton film Brush with Danger, dan saya berjanji akan turut mensosialisasikan kepada masyarakat, terutama warga Jawa Timur,"  kata Gus Ipul saat menerima Livi dan tim di kantornya, di Surabaya, Kamis (5/11/2015).

Dia mengatakan, Livi Zheng merupakan satu-satunya wanita Asia pertama yang filmnya sukses di dunia perfilman Amerika Serikat. Dengan demikian, karyanya diberi kesempatan tayang di bioskop di negeri tersebut selama hampir dua bulan.

Film itu mampu menyisihkan 40 ribu film lainnya di ajang seleksi nominasi Oscar untuk kategori Best Picture pada Academy Awards 2015. Brush with Danger masuk 300 besar dan bersaing dengan film-film Hollywood lainnya.

Livi Zheng mengaku bangga filmnya yang sudah tayang di Amerika Serikat dan sejumlah negara sekitarnya, bisa diputar serentak di bioskop seluruh Indonesia, yang menjadi tanah kelahirannya.

Wanita kelahiran Malang 26 tahun lalu itu mengaku tak akan berhenti berkarya sekaligus membawa nama bangsa Indonesia di kancah perfilman dunia.

"Terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan semoga bisa menginspirasi masyarakat, khususnya pemuda-pemudi Indonesia untuk tidak pernah berhenti berkarya dan membuktikan kualitas kita," kata Livi.

Film ini menceritakan kisah kakak beradik yang berasal dari Asia yakni Alice (diperankan Livi) dan Ken (diperankan Ken Zheng). Keduanya masing-masing adalah pelukis dan petarung yang menjadi imigran gelap di Amerika Serikat dengan menumpang kapal kargo yang mendarat di Seattle, Washington.

Saat terlunta-lunta sebagai tunawisma dan tunakarya di jalanan yang asing itu, mereka terpaksa menjadi penjual lukisan jalanan dan 'ngamen' jurus-jurus bela diri. Kemudian, Justun Sullivan, seorang pemilik galeri seni melihat bakat Alice dan menampung bakat keduanya dengan maksud terselubung, yakni memaksa Alice memalsukan sebuah lukisan klasik karya Van Gogh.

"Hingga mengakibatkan dua bersaudara ini terlibat dalam dunia kriminal Amerika yang penuh bahaya," kata Livi. (Hmb/Sun) 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya