Diet Rendah Lemak Bukan Cara Terbaik Turunkan Berat Badan

Peneliti menyimpulkan, tidak ada bukti pasti yang mengharuskan orang mengurangi jumlah lemak dalam diet sehari-hari mereka.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 02 Nov 2015, 07:00 WIB
Peneliti menyimpulkan, tidak ada bukti pasti yang mengharuskan orang mengurangi jumlah lemak dalam diet sehari-hari mereka.

Liputan6.com, Jakarta Diet rendah lemak bukan cara terbaik menurunkan berat badan. Peneliti menyimpulkan, tidak ada bukti pasti yang mengharuskan orang mengurangi jumlah lemak dalam diet sehari-hari mereka.

Pernyataan para peneliti ini semakin diperkuat dengan adanya bukti yang menunjukkan tidak semua lemak buruk, bahkan beberapa jenis lemak dapat membantu mengurangi berat badan orang yang sedang diet. 

Pemimpin penelitian berdasarkan data lebih dari 68.000 orang dewasa Dr Deirde Tobias mengatakan, para pejabat kesehatan harus memberi bimbingan sederhana yang difokuskan pada ukuran porsi dan makanan yang tidak diolah, bukan fokus pada lemak, karbohidrat, dan protein saja.

Jika seseorang mengonsumsi makanan yang tidak diolah berlebihan, tentu jumlah kalori yang masuk ke dalam tubuh bakal lebih banyak ketimbang orang tersebut makan secuil lemak yang mungkin itu sumber menyehatkan.

"Meski banyak yang menyatakan salah satu kebutuhan memangkas lemak guna menurunkan berat badan dengan cara ini, bukti ilmiah tidak mendukung diet rendah lemak selama intervensi diet lainnya untuk penurunan berat badan jangka panjang," kata Tobias dikutip dari situs Daily Mail, Senin (2/11/2015)

Tobias dan tim menemukan, diet rendah lemak memang dapat menurunkan berat badan sebesar 5,4 kilogram dalam sebulan hanya bila dibandingkan dengan `diet biasa` di mana peserta tidak mengubah kebiasaan makan mereka.

Maka itu, Tobias menyerukan supaya masing-masing individu menjalani pola makan yang sehat, menyantap makanan apa pun selama itu sehat, dan perhatikan porsinya. Percuma jika seseorang mengurangi atau bahkan tidak mengonsumsi sama sekali jenis lemak apa pun, tapi mengonsumsi karbohidrat berupa tepung tetap dilakukan. Hasilnya, diet bakal gagal dan tetap berisiko obesitas.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya