Hutan Pelawan, Surga di Tengah Pulau Timah

Hutan ini menjadi sumber kehidupan bagi warga desa di sekitarnya karena memberi manfaat begitu besar.

oleh Rina Nurjanah diperbarui 16 Sep 2015, 11:35 WIB
Hutan ini menjadi sumber kehidupan bagi warga desa di sekitarnya karena memberi manfaat begitu besar

Liputan6.com, Jakarta Bukankah hal yang begitu indah ketika manusia dan alam bisa hidup berdampingan dan saling memberi manfaat? Itulah nampaknya hubungan yang terjalin antara warga Desa Namang dan Hutan Pelawan di wilayahnya.

Setelah lelah dengan pertambangan timah berpuluh tahun yang mengoyak pulau ini, Desa Namang dengan sekuat tenaga mempertahankan Hutan Pelawan dari berbagai godaan.

Tanaman Padi Darat di Desa Namang

Di area Kawasan Lindung Hutan Pelawan seluas 300 hektar ini, para penduduk mengolahnya sendiri untuk kemaslahatan bersama dengan menjaga kelestarian Hutan Pelawan, menanam padi, sayuran, palawija dan berbagai buah-buahan. Desa Namang, menjadi desa yang mandiri karena tak perlu membeli beras dari daerah lain atau ke tempat lain.

Di sini justru mereka bisa menghasilkan beras sendiri dengan menanam padi darat atau beras merah yang memang tahan dengan tanah kering dan dilakukan dengan sistem tadah hujan. Area lain ditanami beragam tanaman namun didominasi oleh lada yang menjadi primadona Pulau Bangka. Bayangkan, dari 700 Kepala Kelarga yang ada di Desa Namang, sekitar 400-450 KK memiliki tanaman lada putih.

Kebun Lada di Desa Namang

Selain dari itu, menjaga kelestarian Hutan Pelawan nampaknya telah menjadi kebutuhan bukan saja kebutuhan akan udara bersih, air namun juga hasil bukan hutan yang dihasilkan oleh Hutan Pelawan. Hutan ini menghasilkan madu dan jamur yang bisa dipanen oleh masyarakat secara bebas.

Madu Pelawan yang rasanya pahit menjadi ciri khas Pulau Bangka bahkan telah terkenal hingga mancanegara. Madu dan Jamur Pelawan merupakan komoditas langka yang khas serta bernilai ekonomi tinggi.

Selain hasil-hasil bumi yang bisa diperoleh, Hutan Pelawan juga menjadi kawasan wisata pendidikan yang banyak menarik turis untuk datang mengunjunginya. Hingga kini turis domestik masih tetap mendominasi kunjungan ke Hutan Wisata Pelawan.

Namun sudah sekitar 48 perwakilan negara-negara dari seluruh dunia berkunjung dan mengapresiasi kehadiran Hutan Pelawan ini. Hutan Pelawan dan sang kepala desa yang menjadi jenderal untuk melindungi kelestarian alam ini pun mendapat penghargaan Wana Lestari dari Pemerintah.

Pak Zaiwan, Kepala Desa Namang yang gigih mempertahankan Hutan Pelawan

Keuntungan yang diperoleh oleh Pemerintah Desa Namang ini sebesar 40% kemudian digunakan untuk kesejahteraan warganya. Dana tersebut digunakan untuk bantuan dana anak yatim piatu, guru-guru PAUD, penjaga masjid, penjaga kuburan bahkan warga desa yang harus mendapatkan rawat inap memperoleh bantuan dana sebesar Rp 300.000.

Semua ini bisa diperoleh hanya dengan satu syarat, menjaga kelestarian alam. Konsistensi warga Desa Namang menolak daerahnya dijadikan pertambangan timah mengajarkan bahwa hidup berdampingan dengan alam dan menjaga kelestariannya bukan semata untuk alam itu sendiri, tapi untuk kita dan anak cucu kita kelak.

Seperti apa yang dikatakan Gandhi bahwa bumi ini cukup untuk menghidupi manusia, tapi tidak untuk keserakahan manusia.

(rn)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya