Produsen Sepatu Keluhkan Mahalnya Harga Bahan Baku

Industri sepatu dalam negeri mengeluhkan sulitnya pasokan kulit hewan sebagai bahan baku pembuatan sepatu.

oleh Septian Deny diperbarui 15 Apr 2014, 10:01 WIB

Liputan6.com, Jakarta Industri sepatu dalam negeri mengeluhkan sulitnya pasokan kulit hewan sebagai bahan baku pembuatan sepatu. Hal ini membuat harga kulit tersebut semakin meningkat.

Ketua Pengembangan Usaha Dalam Negeri Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Marga Singgih mengakui pasokan kulit untuk alas kaki sangat kurang dan mahal. Bahkan pada tahun lalu, harga kulit naik hingga 4 kali dalam kurun waktu satu tahun.

Meski demikian, menurutnya pasokan kulit pada tahun ini sudah mulai membaik, walaupun harganya masih terhitung sangat mahal.

"Harga kulit dari penyamak dalam negeri masih tinggi, karena disesuaikan dengan harga ekspor mereka. Ini lebih baik daripada harga tinggi, tapi pasokannya tidak ada," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Selasa (15/4/2014).

Marga menjelaskan, saat ini industri sepatu kulit dalam negeri tidak banyak melakukan ekspor karena sekitar 90% industri sepatu kulit fokus pada konsumsi pasar domestik.

"Dari 500 perusahaan sepatu kulit, paling banyak hanya 10% yang mengeskpor produknya. Ini karena mereka masih fokus ke pasar domestik," katanya.

Sekedar informasi, industri penghasil kulit untuk sepatu atau penyamak kulit dalam negeri hanya mampu memproduksi 5 juta lembar kulit sapi dan 20 juta lembar kulit kambing per tahun. Jumlah tersebut hanya mampu memenuhi 20%-30% kebutuhan industri sepatu dalam negeri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya