Sukses

CEO Binance Changpeng Zhao Terancam Hukuman AS, Sepakat Bayar Denda Rp 778 Miliar

CEO Binance Changpeng Zhao mengaku bersalah dan membayar denda Rp 778 miliar kepada otoritas AS, setelah digugat karena melanggar aturan perdagangan dan derivatif aset digital.

Liputan6.com, Jakarta - Binance, platform mata uang kripto terbesar di dunia dan CEO-nya, Changpeng Zhao, menghadapi gugatan hukum dari otoritas AS karena melanggar aturan perdagangan dan derivatif.

Dalam gugatan hukum otoritas Amerika Serikat (AS), Binance dan Zhao harus menghadapi tiga tuntutan pidana karena melanggar undang-undang anti pencucian uang AS.

Tak hanya itu, Binance dan Changpeng Zhao juga dituduh melakukan konspirasi, dan melanggar Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional.

Akibat guguatan hukum ini, Zhao memutuskan untuk melepas jabatan sebagai CEO Binance dan setuju membayar denda sebesar USD 50 juta (sekitar Rp 778 miliar).

Sementara itu, Binance juga harus membayar denda sebesar USD 4,2 miliar atau Rp 65 triliun. Denda ini menjadi babak terakhir dari penyelidikan panjang pihak otoritas AS.

Awal Mula Kasus

SEC (Securities and Exchange Commission) AS pada Juni mengajukan pengaduan perdata terhadap Binance dan pendirinya, Zhao, menuduh mereka menciptakan Binance.US sebagai bagian dari jaringan penipuan untuk menghindari undang-undang sekuritas yang bertujuan melindungi investor AS. 

Pada bulan sama, Binance US memberhentikan sekitar 50 karyawannya. Jaksa DOJ meminta perusahaan kripto tersebut pada Desember 2020 untuk memberikan catatan internal tentang upaya anti pencucian uangnya, bersama dengan komunikasi melibatkan Zhao, mendirikan perusahaan tersebut pada 2017.

CFTC pada Maret 2023 mengajukan tuntutan perdata terhadap Binance, dengan tuduhan gagal menerapkan program anti pencucian uang yang efektif untuk mendeteksi dan mencegah pendanaan teroris.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tuduhan kepada Binance

CEO Binance, Changpeng Zhao. Dok: Binance

Mengutip komunikasi internal, CFTC menuduh petugas dan karyawan Binance mengakui platform tersebut telah memfasilitasi aktivitas yang berpotensi ilegal. 

Kemudian pada Februari 2019, mantan Chief Compliance Officer Binance, Lim, menerima informasi tentang transaksi kelompok militan Palestina Hamas di Binance, tulis CFTC.

Binance juga telah melihat sejumlah eksekutif keluar baru-baru ini. Kepala produk globalnya, Mayur Kamat, mengundurkan diri pada September dan kepala strateginya, Patrick Hillmann, mengundurkan diri pada Juli.

Raksasa kripto dan industri pada umumnya telah berada di bawah pengawasan yang lebih ketat dari regulator setelah jatuhnya saingan utama Binance, FTX, pada November tahun lalu.

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Sebelumnya diberitakan, dua anggota parlemen AS, Cynthia Lummis dan French Hill telah meminta Departemen Kehakiman AS (DOJ) untuk mempertimbangkan tuntutan pidana terhadap Binance dan Tether, dengan tuduhan kedua platform kripto tersebut digunakan untuk mendanai Hamas. 

Lummis menyoroti perlunya penyelidik federal untuk menindak pelaku kejahatan di bidang aset kripto setelah muncul laporan yang menunjukkan Hamas menggunakan aset kripto untuk mendanai perang mereka di Israel. 

3 dari 4 halaman

Senator AS Minta Departemen Hakim AS Tuntut Binance dan Tether

<p>Ilustrasi Binance (Foto: Unsplash/Vadim Artyukhin)</p>

“Kami mendesak Departemen Kehakiman untuk mengevaluasi secara hati-hati sejauh mana Binance dan Tether memberikan dukungan material dan sumber daya untuk mendukung terorisme melalui pelanggaran undang-undang sanksi yang berlaku dan Undang-Undang Kerahasiaan Bank,” kata Lummis, dikutip dari Bitcoin.com, Kamis  (2/11/2023).

Lummis menambahkan dalam hal keuangan gelap, kripto bukanlah musuh pelaku kejahatanlah yang menjadi musuhnya. 

Surat tersebut mengutip artikel yang diterbitkan oleh Wall Street Journal pada 10 Oktober yang menyatakan Hamas, Jihad Islam Palestina, dan Hizbullah telah menerima pendanaan kripto sejak Agustus 2021. 

Meskipun mengakui tingkat pendanaan yang dilaporkan dalam artikel tersebut kemungkinan besar tidak akurat, Para anggota parlemen percaya Departemen Kehakiman tetap harus meminta pertanggungjawaban pelaku kejahatan jika mereka terbukti memfasilitasi aktivitas terlarang.

Minggu ini, perusahaan analisis blockchain Elliptic mengklarifikasi tidak ada bukti yang mendukung pernyataan Hamas telah menerima sumbangan kripto dalam jumlah besar. Perusahaan tersebut menambahkan data yang diberikannya telah disalahartikan.

Surat tersebut selanjutnya menggambarkan Binance sebagai platform kripto yang tidak diatur yang berbasis di Seychelles dan Kepulauan Cayman yang secara historis dikaitkan dengan aktivitas terlarang, mencatat perusahaan tersebut konon menjadi subjek investigasi Departemen Kehakiman saat ini.

4 dari 4 halaman

Eksekutif Pertukaran Kripto Binance di Inggris dan Prancis Tinggalkan Perusahaan

Ilustrasi Binance (Foto: BBC)

eksekutif perusahaan kripto Binance cabang Inggris dan Prancis meninggalkan perusahaan. Ini menjadikan rangkaian kepergian eksekutif Binance terbaru yang telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Dilansir dari Bitcoin.com, Kamis (2/11/2023), Jonathan Farnell, yang memimpin operasi Binance di Inggris dan kemudian menjabat sebagai kepala eksekutif perusahaan teknologi pembayaran Bifinity, anak perusahaan Binance, telah meninggalkan perusahaan tersebut pada akhir September, menurut laporan media minggu ini.

Menurut akun Linkedinnya, Farnell menghabiskan hampir dua setengah tahun di Binance. Dengan latar belakang kepatuhannya, termasuk posisi senior di perusahaan perdagangan sosial Etoro, dia terlibat dalam upaya Binance untuk memenuhi persyaratan peraturan di Inggris.

Berita kepergiannya muncul ketika Otoritas Perilaku Keuangan Inggris (FCA) berupaya menerapkan aturan yang lebih ketat untuk mengiklankan aset kripto kepada publik. Tindakan pembatasan tersebut, yang diumumkan pada Juni, termasuk larangan bonus referensikan teman.

Kemudian pekan lalu, Managing Director Binance France, Stephanie Cabossioras, juga mengosongkan posisinya. Dia bergabung dengan bursa sebagai kepala bagian hukum pada April 2022 ketika Binance mengumumkan telah memilih Paris sebagai pusatnya di Eropa.

Cabossioras dan juru bicara Binance telah mengonfirmasi kepergiannya, menurut laporan Bloomberg, sementara Presiden Binance Prancis, David Prinçay, mengucapkan terima kasih atas kontribusinya dalam sebuah postingan di X, sebelumnya Twitter.

Sebelum menerima peran di bursa, Cabossioras menjabat sebagai wakil penasihat umum di regulator keuangan Prancis, Autorite des Marches Financiers (AMF). Pada Juni, otoritas Perancis menargetkan Binance dengan penyelidikan atas dugaan pencucian uang dan pelanggaran peraturan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.