Sukses

Gantikan Bing Chat dengan Copilot, Microsoft Ingin Saingi ChatGPT

Microsoft memutuskan untuk mengganti nama Bing Chat menjadi Copilot sebagai langkah strategis dalam persaingan dengan ChatGPT dari OpenAI. Dengan inovasi ini, Copilot ditawarkan dalam versi gratis dan berbayar, menyasar konsumen dan bisnis.

Liputan6.com, Jakarta - Microsoft memutuskan untuk mengganti nama Bing Chat menjadi Copilot. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bisa bersaing lebih baik dengan ChatGPT. 

Perubahan ini terjadi setelah Microsoft berusaha memperkenalkan Bing Chat sebagai bagian dari mesin pencari Bing, dengan antarmuka obrolan yang mirip dengan ChatGPT. 

Microsoft memulai inovasi besar mereka dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) awal tahun ini dengan Bing Chat, tetapi sekarang mereka lebih memilih untuk mengidentifikasikan produknya dengan Copilot, padahal Bing Chat belum genap berumur satu tahun. 

Perubahan nama ini datang hanya beberapa hari setelah OpenAI mengumumkan bahwa 100 juta orang menggunakan ChatGPT setiap minggunya, menunjukkan intensitas persaingan antara Microsoft dan OpenAI di ranah asisten AI.

"Bing Chat dan Bing Chat Enterprise sekarang akan menjadi Copilot," ungkap manajer umum Microsoft 365 Colette Stallbaumer kepada The Verge, dikutip Jumat (17/11/2023). 

Perubahan ini mencerminkan strategi Microsoft dalam bersaing dengan ChatGPT dan memposisikan Copilot sebagai pilihan yang menarik untuk konsumen dan bisnis.

Copilot ditawarkan oleh Microsoft dalam dua varian, yaitu versi gratis dan versi berbayar bernama Copilot untuk Microsoft 365. 

Versi gratis dapat diakses di Bing dan Windows, tetapi akan memiliki domain khusus di copilot.microsoft.com. Pengguna bisnis akan masuk ke Copilot dengan Entra ID, sementara konsumen membutuhkan Akun Microsoft.

Ini merupakan upaya Microsoft dalam merespons popularitas ChatGPT dan memastikan bahwa produk mereka tetap relevan dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bing Tetap Dipakai di Copilot

Dengan rebranding terbaru ini, Copilot menjadi entitas yang berdiri sendiri. Ini memungkinkan pengguna mengaksesnya tanpa perlu membuka Bing. Bing kini hanya menjadi bagian dari dukungan untuk Copilot. 

Langkah ini merupakan pergeseran yang menarik, mengingat upaya keras Microsoft untuk memperkenalkan Bing Chat sebagai bagian baru dari mesin pencarinya dan mencoba mengambil pangsa pasar dari Google.

Meskipun Copilot tidak lagi bergantung pada Bing sebagai pintu utama, Microsoft tetap menegaskan bahwa Bing tetap menjadi teknologi yang mendukung berbagai pengalaman di dalam Copilot. Direktur Komunikasi di Microsoft Caitlin Roulston menyatakan bahwa Bing tetap menjadi pemimpin dalam industri pencarian.

Pada awal peluncuran Bing Chat, Microsoft melakukan pertanyaan jawab internal untuk mendapatkan pemahaman tentang respons terhadap dorongan pencarian AI mereka. 

Kepala Pemasaran Konsumen Microsoft, Yusuf Mehdi, menjelaskan mengapa mereka tetap menggunakan merek Bing saat itu. Mehdi menyoroti nilai positif dari merek Bing, termasuk nama yang mudah diingat, kesederhanaan, cakupan global, dan nilai merek sekitar USD 200 juta dolar.

Meskipun Bing tidak lagi menjadi pintu masuk utama untuk Copilot, masih belum jelas sejauh mana dorongan pencarian AI berhasil bagi Microsoft. Saat ini, Google tetap mendominasi pangsa pasar pencarian dengan lebih dari 91 persen, menunjukkan bahwa persaingan di bidang ini tetap sengit.

Rebranding ini mencerminkan strategi Microsoft dalam mengembangkan dan memposisikan Copilot sebagai entitas yang independen, meskipun tetap memanfaatkan keunggulan teknologi dan merek Bing.

 
3 dari 4 halaman

Microsoft Blokir Akses Karyawan ke ChatGPT

Di sisi lain, Microsoft dikabarkan melakukan pemblokiran akses karyawan ke ChatGPT karena masalah keamanan. 

Dikutip dari Gizchina, Senin (13/11/2023), pembatasan tersebut dilakukan Microsoft atas alasan "masalah keamanan dan data."

Perusahaan menekankan bahwa ChatGPT adalah layanan eksternal pihak ketiga, sehingga pihaknya harus berhati-hati akan risiko privasi dan keamanan. Namun, pembatasan tersebut hanyalah sementara waktu.

Pembatasan akses karyawan ke ChatGPT ini dilakukan karena terjadi kesalahan saat Microsoft menguji sistem untuk bahasa besarnya (LLM).

“Kami sedang menguji sistem kontrol titik akhir untuk LLM dan secara tidak sengaja mengaktifkannya untuk semua karyawan. Kami memulihkan layanan segera setelah mengidentifikasi kesalahan yang terjadi," kata pihak Microsoft.

Sekadar informasi, Microsoft telah memasukkan model AI milik OpenAI ke dalam produknya, seperti Bing Chat dan Bing Image Creator.

Dengan demikian, perusahaan mendorong karyawan (terutama pelanggan) untuk menggunakan layanan Bing Chat Enterprise dan ChatGPT Enterprise yang diklaim memiliki tingkat perlindungan privasi dan keamanan lebih baik.

Sebelumnya, perusahaan lain, seperti Samsung, Amazon, dan Apple juga telah melarang dan membatasi karyawannya mengakses ChatGPT. Alasannya juga terkait keamanan data.

Insiden ini menggarisbawahi tantangan yang sedang berlangsung dalam menyeimbangkan potensi manfaat model AI (kecerdasan buatan) seperti ChatGPT dengan kebutuhan untuk mengatasi masalah keamanan dan privasi, terutama di lingkungan perusahaan.

4 dari 4 halaman

OpenAI Luncurkan GPT-4 Turbo

Sementara itu, baru-baru ini dalam acara konferensi pengembang pertamanya, OpenAI meluncurkan GPT-4 Turbo. Perusahaan mengklaim, versi terkini dari GPT-4 ini lebih powerfull dan lebih murah.

Mengutip dari Tech Crunch, Kamis (9/11/2023), GPT-4 Turbo hadir dalam dua versi, yaitu versi hanya menganalisis teks dan versi memahami konteks teks sekaligus gambar.

Model analisis teks tersedia dalam pratinjau melalui API mulai 7 November 2023. OpenAI juga mengungkapkan rencananya untuk membuat kedua versi tersebut tersedia secara umum “dalam beberapa minggu mendatang.”

GPT-4 Turbo akan tersedia dengan harga USD 0,01 (Rp 156) per 1.000 token masukan (~750 kata). Token sendiri mewakili potongan raw text — misalnya, kata “fantastis” dibagi menjadi “fan”, “tas”, dan “tis”. Adapun untuk token keluaran seharga USD 0,03 (Rp 470) per 1.000 token.

Sekadar diketahui, token input adalah token dimasukkan ke dalam model, sedangkan token output adalah token hasil model berdasarkan token masukan.

Adapun untuk harga GPT-4 Turbo pemrosesan gambar akan bergantung pada ukuran gambar. Misalnya, gambar dengan resolusi 1080×1080 piksel ke GPT-4 Turbo akan dikenakan biaya USD 0,00765 (Rp 120).

“Kami mengoptimalkan kinerja sehingga dapat menawarkan GPT-4 Turbo dengan harga token masukan 3x lebih murah, dan harga token keluaran 2x lebih murah dibandingkan dengan GPT-4,” tulis OpenAI dalam postingan blog yang dibagikan dengan TechCrunch.

GPT-4 Turbo menawarkan beberapa peningkatan dibandingkan GPT-4. Salah satunya adalah basis pengetahuan terbaru yang dapat digunakan saat merespons permintaan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.