Sukses

Psikolog di Cambridge Kembangkan Alat Tes untuk Ukur Kerentanan Misinformasi

Psikologi di Cambridge University telah mengembangkan dan memvalidasi alat tes kerentanan misinformasi (misinformation susceptibility test, MIST)

Liputan6.com, Jakarta - Psikolog di University of Cambridge telah membuat terobosan baru dalam perang melawan misinformasi daring. Mereka telah mengembangkan dan memvalidasi alat tes kerentanan misinformasi (misinformation susceptibility test, MIST).

Pada dasarnya, alat test itu adalah sebuah kuis sederhana yang dapat menentukan kerentanan individu terhadap misinformasi dan hoaks yang membanjiri ruang digital dalam waktu sekitar dua menit saja.

Selama dua tahun, tim melakukan serangkaian percobaan yang melibatkan lebih dari 8.000 peserta untuk mencari tahu seberapa efektif MIST. Dalam upaya untuk menilai kerentanan orang Amerika terhadap misinformasi, organisasi jajak pendapat YouGov menggelar tes untuk pertama kalinya.

Hasil survei perdana, yang menggunakan 20 poin MIST, mengungkapkan bahwa rata-rata warga AS dewasa dengan benar mengidentifikasi dua pertiga (65 persen) dari berita utama yang ditampilkan kepada mereka sebagai berita asli atau palsu.

Menariknya, temuan itu menantang kepercayaan publik seputar misinformasi daring. Berlawanan dengan pendapat umum, penelitian itu menyoroti bahwa orang dewasa yang lebih muda, kurang mahir membedakan misinformasi dibandingkan rekan mereka yang lebih tua dalam membedakan berita palsu.

Selain itu, individu yang menghabiskan lebih banyak waktu untuk terlibat di aktivitas daring ternyata kurang mampu membedakan berita asli dari misinformasi.

Para peneliti menekankan urgensi mengatasi ancaman misinformasi yang berkembang di era digital. Mereka mencatat bahwa informasi palsu sering berkontribusi pada pembentukan sistem kepercayaan yang terpolarisasi di negara-negara besar, dengan konsekuensi yang berpotensi mengerikan, seperti percobaan pemberontakan di Capitol Hill.

Profesor Sander van der Linden, Kepala di Cambridge Social Decision-Making Lab dan penulis senior studi ini menekankan perlunya pengukuran kerentanan terpadu terhadap berita palsu guna memerangi masalah ini secara efektif. Dia menganggap MIST sebagai alat penting dalam memahami strategi terbaik untuk melawan kesalahan informasi.

Makalah penelitian ini terbit di jurnal Behavior Research Methods, disertai dengan laporan polling yang dipublikasikan di situs web YouGov. Dalam upaya melibatkan publik dan meningkatkan kesadaran, para peneliti mendorong individu menguji kerentanan mereka sendiri menggunakan MIST.

Tes ramah pengguna yang beralamat di https://yourmist.streamlit.app/ itu melibatkan peserta untuk memilih "benar" atau "salah" terhadap 20 berita yang disediakan dan menghasilkan skor dan peringkat "ketahanan" yang dapat dibandingkan dengan populasi AS yang lebih luas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sumber Berita dan Alat Survei

Untuk memastikan akurasi dan kredibilitas MIST, tim Cambridge mengembangkan alat penilaian yang memungkinkan mereka menentukan tingkat optimal dan campuran berita palsu dan asli. Sementara contoh berita nyata bersumber dari outlet terkemuka seperti Pew Research Center dan Reuters, para peneliti memanfaatkan kecerdasan buatan, khususnya ChatGPT, untuk guna berita palsu tetapi tampak meyakinkan dan kredibel yang mewakili misinformasi yang biasa ditemui secara online.

Sementara tim mengakui potensi risiko yang terkait dengan konten buatan AI, mereka juga menyoroti penerapan positifnya. Dalam studi terbaru lainnya, para peneliti berhasil menggunakan AI untuk membuat pertanyaan survei yang berharga untuk berbagai penilaian psikologis. Friedrich Götz, salah satu peneliti lainnya, mendorong para psikolog untuk merangkul AI dan mengarahkan perkembangannya menuju hasil yang bermanfaat.

Dalam survei YouGov terbaru, yang dilakukan pada April 2023, 1.516 warga AS dewasa berpartisipasi dalam MIST. Orang-orang ini juga memberikan tanggapan atas pertanyaan yang mencakup demografi, politik, dan perilaku online.

Temuan survei juga mengungkapkan perbedaan yang signifikan berdasarkan usia, dengan hanya 11% peserta berusia 18-29 yang mencapai skor MIST tinggi (mengidentifikasi dengan benar lebih dari 16 berita utama), dibandingkan dengan 36% dari mereka yang berusia 65 tahun atau lebih.

 

3 dari 4 halaman

Temuan Survei Lainnya

Selain itu, survei menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan internet rekreasi berkorelasi dengan kerentanan yang lebih tinggi terhadap misinformasi, dengan 30% individu menghabiskan 0-2 jam online untuk tujuan rekreasi menerima skor tinggi, dibandingkan dengan hanya 15% dari mereka yang menghabiskan 9 jam atau lebih online.

Survei itu menganalisis dampak berbagai saluran berita terhadap kerentanan responden terhadap misinformasi. Outlet Legacymedia, seperti Associated Press, NPR, dan Axios, muncul sebagai yang paling efektif dalam membantu individu mencapai skor MIST yang tinggi, dengan lebih dari 50% konsumen berita mereka menunjukkan kemahiran.

Sebaliknya, platform media sosial ditemukan sebagai saluran dengan kerentanan tertinggi terhadap misinformasi. Di antara mereka yang mengandalkan Snapchat untuk berita, 53% menerima skor MIST rendah, sementara hanya 4% yang mencapai skor tinggi. Truth Social, WhatsApp, TikTok, dan Instagram menyusul di belakang Snapchat.

Ke depan, para peneliti bertujuan untuk memanfaatkan MIST untuk mengevaluasi efektivitas intervensi memerangi berita palsu. Mereka berharap untuk memahami mengapa individu tertentu menunjukkan ketahanan yang lebih besar terhadap misinformasi dan belajar dari perilaku mereka. MIST merupakan langkah penting dalam mengurangi tantangan yang ditimbulkan oleh misinformasi di era digital

 

4 dari 4 halaman

Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.