Sukses

Waspada Jebakan FOMO di Media Sosial, Begini Cara Mengatasinya

FOMO seringkali terjadi karena paparan informasi yang terus-menerus dari media sosial yang membuat seseorang merasa harus selalu terhubung dengan orang lain dan merasa tertinggal jika tidak aktif di media sosial.

Liputan6.com, Jakarta - Menurut seorang konsultan produk, Anwar Sadat, fear of missing out (FOMO) adalah rasa khawatir atau kecemasan yang dirasakan seseorang ketika ia merasa tidak memiliki akses atau tak terlibat dalam aktivitas atau pengalaman yang sedang dilakukan oleh orang lain.

FOMO seringkali terjadi karena paparan informasi yang terus-menerus dari media digital yang membuat seseorang merasa harus selalu terhubung dengan orang lain dan merasa tertinggal jika tidak aktif di media sosial atau tidak mengikuti kegiatan yang sedang populer.

“Meskipun FOMO dapat menjadi pengalaman yang umum dan alami, namun terlalu banyak merasa tertekan dan khawatir tentang ketinggalan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional seseorang," ujar Anwar dalam workshop literasi digital bertajuk 'Kenali Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di Media Sosial' yang digelar Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.

Oleh karena itu, ia melanjutkan, penting untuk mempelajari cara mengatasi FOMO dan mengembangkan keterampilan literasi digital yang dapat membantu mengurangi tingkat FOMO yang dialami seseorang.

Dalam kesempatan sama, Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Jatim, Eko Pamuji. menambahkan FOMO bisa menyerang siapa saja. Salah satu ciri orang terserang FOMO adalah akan sering memeriksa media sosial miliknya.

Selain itu, orang tersebut kerap mengalami perasaan negatif saat membandingkan kehidupan seseorang dengan apa yang tampaknya dilakukan orang lain di media sosial.

Pemicu FOMO, antara lain, penggunaan gawai secara berlebihan, suka membandingkan diri sendiri dengan orang lain, serta kurangnya rasa syukur.

“Contoh orang yang mengidap FOMO, yaitu merasa ketinggalan informasi kalau tidak memegang ponsel; memaksa diri untuk membeli barang atau benda yang sedang tren; selalu ingin tahu terhadap akun media sosial milik orang lain; atau takut ketinggalan informasi di grup WhatsApp atau di media sosial,” ucapnya, dikutip Jumat (12/5/2023).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Fokus pada Diri Sendiri

FOMO, menurut Eko, bisa dikurangi atau bisa dihindari dengan cara fokus pada diri sendiri dan menghargai diri sendiri. Selain itu, penting untuk membangun hubungan sosial dengan orang-orang sekitar.

Membatasi pemakaian ponsel dan mengurangi interaksi di media sosial juga cukup ampuh agar diri terhindar dari serangan FOMO.

Sementara itu, VP Direct Sales & Retail East Java Bali Nusra PT Indosat Tbk Heny Tri Purnaningsih, menjelaskan sumber FOMO di Indonesia terdapat di berbagai bidang, seperti investasi, gaya hidup, teknologi, dan bahkan di dunia pendidikan.

Menurut dia, fenomena korban investasi bodong adalah salah satu dampak yang ditimbulkan oleh FOMO. Begitu pula keinginan untuk membeli produk teknologi baru agar tidak merasa ketinggalan.

“Peran orangtua amat penting terhadap anak untuk mencegah mereka terpapar FOMO, yaitu dengan mendampingi anak selama mereka menggunakan internet atau gadget. Berinternet yang aman dan sehat bisa menghindarkan mereka dari FOMO,” ujarnya memungkaskan.

3 dari 3 halaman

Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.