Sukses

NASA Akhiri Misi Wahana Pendarat InSight di Mars

NASA secara resmi mengakhiri wahana pendarat Mars InSight, setelah sebelumnya kehilangan kontak dengan Bumi

Liputan6.com, Jakarta - Badan Antariksa Amerika Serikat NASA, secara resmi mengakhiri wahana pendarat Mars mereka yaitu InSight. Melalui akun Twitter resmi InSight, dibagikan juga foto terakhir diambil dengan lander tersebut, sembari mengucapkan salam perpisahan.

"Kekuatan saya sangat lemah, jadi ini mungkin gambar terakhir yang bisa saya kirim," tulis NASA sebagai InSight di akun @NASAInSight pada 20 Desember 2022 lalu, dikutip Jumat (23/12/2022).

"Namun jangan khawatir tentang saya: waktu saya di sini produktif dan tenteram," tulis mereka.

Mengutip Space.com, dalam unggahan di blog-nya 19 Desember lalu, NASA mengumumkan InSight gagal menanggapi komunikasi dari Bumi, dan diasumsikan, wahana itu mungkin sudah mencapai akhir operasionalnya.

 

Selama berbulan-bulan, pendarat tersebut dilaporkan telah kekurangan daya karena array surya mereka semakin dilapisi debu Mars.

Dikutip dari laman resmi NASA, badan antariksa itu telah memutuskan untuk berakhir misi, jika lander itu melewatkan dua upaya komunikasi.

Agensi akan terus mendengarkan sinyal dari lander untuk berjaga-jaga, tetapi mendengarnya pada saat ini dianggap tidak mungkin. NASA melaporkan, terakhir kali InSight berkomunikasi dengan Bumi adalah 15 Desember 2022.

Thomas Zurbuchen, associate administrator dari Science Mission Directorate NASA di Washington mengatakan, dirinya telah menyaksikan peluncuran dan pendaratan misi tersebut.

"Dan saat mengucapkan selamat tinggal pada pesawat ruang angkasa selalu menyedihkan, sains menakjubkan yang dilakukan InSight patut dirayakan," kata Zurbuchen.

"Data seismik saja dari misi Discovery Program ini menawarkan wawasan luar biasa tidak hanya ke Mars tetapi juga benda-benda berbatu lainnya, termasuk Bumi," imbuhnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Misi InSight

Philippe Lognonné dari Institut de Physique du Globe de Paris, penyelidik utama seismometer InSight mengatakan, dengan InSight, seismologi menjadi fokus misi di luar Bumi untuk pertama kalinya sejak misi Apollo.

"Kami membuat terobosan baru, dan tim sains kami bisa bangga dengan semua yang telah kami pelajari selama ini," kata dia.

NASA meluncurkan pendarat Mars InSight pada Mei 2018. Namanya merupakan singkatan dari Interior Exploration using Seismic Investigations, Geodesy and Heat Transport.

Lander itu mendarat di Mars di dataran Elysium Planitia pada bulan November 2018. Misinya ambisius, yaitu untuk memahami bagian dalam Mars, berbeda dengan yang sebelumnya.

Mereka menggunakan seismometer untuk mengukur marsquaeks dan menggali heat probe yang dijuluki mole, di bawah permukaan Mars. Heat probe, bagaimana pun, tidak pernah bisa masuk cukup dalam untuk mencapai tujuannya.

Meski begitu, InSight tetap berhasil melacak gempa mars. Para ilmuwan beberapa waktu lalu juga mengumumkan telah mendeteksi gempa terbesarnya di planet itu. InSight sudah mendeteksi lebih dari 1.300 gempa Mars sejak diluncurkan pada tahun 2018.

3 dari 4 halaman

Kapsul Orion Kembali ke Bumi, Misi Artemis 1 Sukses

Sebelumnya, misi Artemis I (atau Artemis 1) badan antariksa Amerika Serikat, NASA, akhirnya kembali ke Bumi setelah perjalanan mengelilingi Bulan dinyatakan berhasil. Pesawat ini kembali pada Minggu, 11 Desember 2022 pukul 09.40 pagi Waktu Pasifik.

Wahana antariksa tanpa awak Orion mendarat di lepas pantai Baja, California, setelah berhasil menyelesaikan perjalanan hampir 26 hari. Ini memecahkan rekor penerbangan Apollo dan mengirimkan kembali foto-foto dari Bulan.

Mengutip laman resmi NASA, Senin (12/12/2022), misi Artemis I diluncurkan dengan roket Space Launch System NASA pada 16 November yang lalu, dari Launch Pad 39B di Kennedy Space Center NASA, Florida.

Selama 25,5 hari, NASA menguji Orion di lingkungan luar angkasa yang keras, sebelum menerbangkan astronaut di misi Artemis II.

Administrator NASA Bill Nelson menyebut, penerjunan pesawat luar angkasa Orion, yang terjadi 50 tahun sejak hari pendaratan Apollo 17 di Bulan, adalah puncak pencapaian Artemis I.

"Dari peluncuran roket terkuat di dunia hingga perjalanan luar biasa mengelilingi Bulan dan kembali ke Bumi, uji terbang ini merupakan langkah maju yang besar dalam eksplorasi bulan Generasi Artemis," kata Nelson.

Mike Sarafin, manajer misi Artemis I menyebutkan, dengan kembalinya kapsul Orion tersebut, mereka berhasil mengoperasikan pesawat itu di lingkungan deep space, yang dinilai melebihi ekspektasi.

"Dan menunjukkan bahwa Orion dapat bertahan dalam kondisi ekstrem saat kembali melalui atmosfer Bumi dari kecepatan bulan," ujarnya.

 

4 dari 4 halaman

Mempersiapkan Artemis II

Dikutip dari Engadget, dengan kembalinya Orion ke Bumi, NASA akan mulai menilai semua data yang dikumpulkan pesawat tersebut dalam perjalanan 1,4 juta milnya melintasi angkasa. 

Tim akan membuka palka dan menurunkan beberapa muatan termasuk manekin Commander Moonikin Campos yang merupakan eksperimen biologi luar angkasa, boneka Snoopy, dan kit penerbangan resmi.

Selanjutnya, kapsul dan pelindung panasnya juga akan menjalani pengujian dan analisa selama beberapa bulan.

Lebih lanjut, NASA juga akan mulai mempersiapkan Artemis II. Misi tersebut, yang dijadwalan pada 2024, akan membawa astronaut manusia terbang dengan pesawat Orion.

Lalu, di awal 2025 atau 2026, NASA berharap bisa melakukan pendaratan di Bulan pertamanya, sejak akhir program Apollo pada tahun 1972.

Melalui misi Artemis, NASA berencana untuk mendaratkan wanita dan orang kulit berwarna pertama di permukaan Bulan, membuka jalan bagi keberadaan Bulan untuk jangka panjang, serta batu loncatan untuk perjalanan ke Mars.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.