Sukses

Twitter Diserang Troll Ujaran Kebencian Usai Diakuisisi Elon Musk

Twitter mengklaim menemukan sejumlah akun yang melakukan aksi trolling dengan mengunggah ujaran kebencian, usai platform itu diakuisisi oleh Elon Musk

Liputan6.com, Jakarta - Usai resmi diambil alih oleh Elon Musk, Twitter melaporkan terkena trolling terkoordinasi, dengan lebih dari 500 ribu cuitan dari 300 akun memenuhi platform itu dengan konten ujaran kebencian.

Pihak perusahaan mengklaim, aksi ini dibuat agar orang berpikir Twitter telah melemahkan kebijakan kontennya.

Yoel Roth, Head of Safety and Integrity mengatakan pada Sabtu malam, mereka sedang bekerja untuk menghentikan upaya terorganisir oleh para troll yang bertujuan membuat orang mengira Twitter telah melemahkan pedoman kontennya.

"Intinya di depan: Kebijakan Twitter tidak berubah. Perilaku kebencian tidak memiliki tempat di sini," kata Roth lewat akun Twitter-nya, dikutip dari Engadget, Selasa (1/11/2022).

Roth juga menambahkan, perusahaan telah melihat "segelintir akun" mengunggah "satu ton" cuitan menyertakan bahasa menghina.

Sebagai contoh, Twitter menemukan ada 300 akun mengungah lebih dari 50 ribu tweet dengan cacian sama. Mereka pun telah mengambil tindakan untuk memblokir pengguna yang terlibat dalam aksi ini.

Elon Musk sendiri diketahui langsung menjalankan rencananya usai secara resmi menyelesaikan pembelian situs microblogging tersebut. Salah satunya adalah membentuk dewan moderasi.

Dikutip dari Engadget, Sabtu (29/10/2022), rencana tersebut diungkapkan Elon Musk melalui cuitan di akun Twitternya. Ia menuliskan, dewan moderasi konten ini akan terdiri dari berbagai sudut pandang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bikin Dewan Moderasi Konten

"Twitter akan membentuk dewan moderasi konten dengan sudut pandang yang beragam. Tidak ada keputusan besar terkait konten atau pemulihan akun terjadi sebelum dewan itu bersidang," tulisnya lewat akun @elonmusk.

Kendati demikian, ia tidak mengungkap lebih detail mengenai pembentukan dewan moderasi konten ini. Begitu pula dengan nama-nama yang akan masuk dalam dewan ini.

Untuk diketahui, Musk memang telah lama memiliki rencana untuk mengubah soal kebijakan moderasi Twitter. Salah satu yang menjadi sorotan adalah ketika Twitter melarang secara permanen Donald Trump untuk memiliki akun di platform tersebut.

Oleh sebab itu, ada kemungkinan di bawah Elon Musk, Twitter akan melakukan perubahan terkait kebijakan moderasi konten. Namun, perubahan seperti apa yang akan dibawa belum diketahui.

 

3 dari 4 halaman

Pecat Sejumlah Petinggi

Musk sebelumnya juga merombak secara besar-besaran jajaran petinggi Twitter. CEO terakhir Twitter sebagai perusahaan publik, Parag Agrawal, juga kabarnya telah dicabut dari posisinya.

Selain itu, Chief Financial Officer Ned Segal dan Vijaya Gadde, kepala kebijakan perusahaan yang dikritik oleh CEO Tesla itu secara terbuka, juga diberitakan telah meninggalkan kantor Twitter.

The New York Times juga melaporkan, penasihat umum Twitter Sean Edgett, telah meninggalkan kantor Twitter. Chief Customer Officer Sarah Personette, juga jadi salah satu eksekutif yang dicopot dari jabatannya.

Mengutip The Verge, Jumat (28/10/2022), para eksekutif ini juga menerima pembayaran dalam jumlah yang besar, usai perombakan tersebut.

Insider melaporkan, Agrawal mendapat USD 38,7 juta, Segal mendapat USD 25,4 juta, Gadde mendapat USD 12,5 juta, dan Personette, mendapat USD 11,2 juta.

 

4 dari 4 halaman

Sempat Mau Mundur dari Beli Twitter

Pembelian Twitter oleh CEO SpaceX ini disepakati di harga USD 44 miliar (sekitar Rp 687 triliun).

Seperti diketahui, Elon Musk mengungkapkan penawarannya untuk membeli Twitter pada bulan April yang lalu. Namun, ia berubah pikiran dan mencoba membatalkan akusisi di bulan Mei.

Saat itu, Musk sempat mengatakan salah satu alasan mundurnya dia dari proses akuisisi adalah karena jumlah bot dan akun palsu di platform tersebut. Konflik ini pun berlanjut sampai ke pengadilan.

Kemudian, dia berubah pikiran lagi pada awal Oktober yang lalu, dan mengajukan surat kepada Securities and Exchange Commission, yang menegaskan komitmennya pada kesepakatan awal.

(Dio/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.