Sukses

Smartfren Pilih Tak Ikut Lelang Frekuensi 2,1 GHz

Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys menuturkan pihaknya kali ini tidak akan berpartisipasi pada lelang frekuensi 2,1 GHz yang digelar Kementerian Kominfo.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kominfo (Komunikasi dan Informatika) mengumumkan membuka Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1 GHz untuk Keperluan Penyelenggaran Jaringan Bergerak Seluler. Pembukaan ini diumumkan pada Agustus 2022.

Terkait adanya lelang tersebut, Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys menuturkan pihaknya kali ini tidak akan berpartisipasi. Hal ini dipastikan setelah Smartfren melakukan studi terlebih dulu.

"Kami sudah melakukan studi, karena itu merupakan spektrum baru dari kami yang sudah ada. Investasinya ternyata cukup besar. Dengan jumlah frekuensi 2x5 MHz dibandingkan investasi yang demikian besar, kami memandang untuk tidak ikut dulu," tuturnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (27/9/2022).

Kendati demikian, Merza menuturkan, Smartfren tetap tertarik pada lelang frekuensi lain yang nantinya akan digelar oleh Kementerian Kominfo. Hanya terkait hal itu tentu perlu menunggu kebijakan pemerintah untuk melakukannya.

Sebelumnya, Merza menuturkan, Smartfren berminat untuk mendapatkan spektrum frekuensi 2,1 GHz. Hal itu diungkapkannya saat ditemui Tekno Liputan6.com beberapa pekan lalu.

"Kalau ditanya minat enggak, pasti berminat. Perkara masuk atau enggaknya, ya lihat nanti. Siapa sih yang tidak berminat dikasih spektrum, tetapi kan dapat atau tidaknya beda lagi," tuturnya ketika itu.

Ia juga menuturkan, rentang frekuensi 2,1 GHz yang ditawarkan pemerintah dalam seleksi kali ini tidak tidak terlalu besar, yakni 2x5 MHz. Untuk itu, menurut Merza, lebar pita tersebut tidak cukup efektif jika dipakai untuk menggelar layanan 5G.

Namun, meski frekuensi yang dilelang tidak terlalu lebar, pemerintah dinilai harus segera melakukan lelang. Sebab, frekuensi merupakan sumber daya langsung untuk menggelar jaringan.

"Jangan sampai dibiarkan tidak terpakai, sayang. Jadi siapa pun yang berminat, akan menawar tentu dengan harga paling tinggi," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kementerian Kominfo Umumkan Buka Seleksi Pita Frekuensi 2,1GHz

Untuk diketahui, penggelaran seleksi ini berdasarkan Keputusan Menteri Komunikasi dan Infomatika Nomor 343 Tahun 2022 tentang Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2022.

Menurut Denny, seleksi ini bertujuan untuk optimalisasi spektrum frekuensi radio dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas layanan jaringan bergerak seluler.

Selain itu, seleksi ini mendorong akselerasi penggelaran infrastruktur jaringan bergerak seluler sebagai bagian dari upaya pencapaian program prioritas tradisional serta optimalisasi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

"Seleksi ini dinyatakan terbuka untuk seluruh penyelenggara jaringan bergerak seluler sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan di dalam Dokumen Seleksi," tutur Denny.

Lebih lanjut Denny menuturkan, objek seleksi pada pita frekuensi 2,1GHz terdiri atas satu blok pita frekuensi sebesar 5MHz FDD (10MHz) pada rentang 1975-1980MHz yang berpasangan dengan 2165-2170MHz dalam cakupan wilayah layanan nasional.

Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi ini mengacu pada Dokumen Seleksi Pengguna Pita Frekuensi Radio 2,1GHz untuk Keperluan Penyelenggaraan Jaringan Bergerak Seluler Tahun 2022.

Mengenai persyaratan pengambilan dokumen, Denny menuturkan, calon peserta seleksi wajib menyerahkan surat kuasa dan dokumen yang bisa diakses dalam pengumuman. Ia juga menyatakan, keputusan tim seleksi bersifat final, mengikat, dan tidak dapat diganggu gugat sesuai ketentuan yang berlaku.

3 dari 4 halaman

Indonesia Akan Luncurkan Pita Frekuensi 700 MHz untuk 5G

Di sisi lain, Kemkominfo bakal meluncurkan pita frekuensi 700 MHz (frekuensi rendah) untuk menggelar layanan 5G pada akhir 2022 atau awal 2023.

Informasi ini diungkapkan di ajang The 8th Asia Pasific Spectrum Management Conference yang baru-baru ini di Bangkok, Thailand.

Direktur Penataan Sumber Daya Kemkominfo Denny Setiawan mengatakan, sebagai tindak lanjut peluncuran 5G komersial tahun lalu, pemerintah berharap bisa meluncurkan pita frekuensi rendah 700 MHz untuk penyelenggaraan layanan 5G pada akhir 2022 atau awal 2023.

"Saat ini pemerintah tengah melakukan refarming dan re-assignment untuk 5G pada pita frekuensi sedang 3,5GHz yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2023," kata Denny, dikutip dari keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (11/6/2022).

Sementara itu menurut Denny, penggunaan pita frekuensi 6 GHz dan 4,9 GHz untuk 5G baru akan diputuskan setelah WRC-23.

Terpisah, Chief Technology Officer Huawei Indonesia Alex Xing menyebut, syarat kunci konektivitas adalah spektrum. Spektrum frekuensi menurutnya merupakan sumber daya langka dan penting.

Spektrum IMT terharmonisasi global antara lain 700 MHz, 3,5 GHz, dan 6 GHz berlisensi menjadi penentu utama dalam inovasi dalam perjalanan inovasi dan inklusi digital masa depan.

"Saat ini di Indonesia ada lebih dari 370 juta koneksi seluler dan penetrasi smartphone melampaui 90 persen. Meningkatnya konektivitas pita lebar seluler berdampak pada persyaratan yang berlaku atas spektrum," kata Xing.

Ia menambahkan, dengan dukungan kebijakan spektrum yang kondusif di Indonesia, mendukung operator melalui inovatif, termasuk massive MIMO, CloudAIR dynamic spectrum sharing, dan RuralStar. 

4 dari 4 halaman

Pentingnya Spektrum Frekuensi

Sekadar informasi, spektrum merupakan sumber daya mendasar dalam pengembangan industri komunikasi seluler, serta elemen inti untuk 5G dan 5G Advanced.

Untuk itu, perlu dilakukan perencanaan yang harmonis dan jelas dalam menyusun peta jalan dan standar spektrum.

Sementara itu, pembicara dari kalangan regulator di Kamboja mengatakan bahwa pengembangan layanan 5G sepenuhnya menjadi salah satu faktor kunci untuk mewujudkan Digital Cambodia.

Selain 3.5GHz, Kamboja juga tengah menimbang frekuensi 6GHz untuk IMT melalui studi ITU-R.

Oleh karena itu, regulator di negara tersebut menyarankan negara-negara Asia Pasifik untuk menyisihkan pita 6GHz bagian atas untuk IMT sebelum WRC-23, dalam rangka mencapai harmonisasi spektrum dan ekosistem.

Sementara itu, Thailand NBTC mengumumkan bahwa layanan 5G telah diluncurkan secara komersial pada pita 2.6GHz dan 700MHz. Thailand juga tengah menggelar uji coba pada pita 3.5GHz/28GHz serta penelitian pada pita 6GHz berdasarkan WRC-23.  

(Dam/Ysl)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.