Sukses

Peneliti Kembangkan Robot Terkecil di Dunia dengan Lebar Setengah Milimeter

Para peneliti di Northwestern University telah mengembangkan sebuah robot berjalan terkecil di dunia yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Northwestern University telah mengembangkan sebuah robot terkecil yang dapat dikendalikan dari jarak jauh.

Dengan lebar setengah milimeter, robot berbentuk kepiting kecil ini bisa membungkuk, memutar, merangkak, berjalan, berbalik, dan bahkan melompat.

"Robotika adalah bidang penelitian menarik, dan pengembangan robot skala mikro adalah topik menyenangkan untuk eksplorasi akademis," kata John A. Rogers, profesor di Northwestern.

John menyontohkan beberapa kasus di mana penelitian robotika semacam ini dapat berguna. Misalnya, robot mikro sebagai agen untuk memperbaiki atau merakit struktur atau mesin kecil di industri.

"Atau sebagai asisten bedah untuk membersihkan arteri yang tersumbat, untuk menghentikan pendarahan internal atau untuk menghilangkan tumor kanker," ujar John.

Selain itu, para peneliti juga mengembangkan robot berukuran milimeter lainnya yang menyerupai cacing inci, jangkrik, dan kumbang.

Meskipun saat ini penelitian yang terbit di jurnal Science Robotics itu masih bersifat eksploratif, para peneliti percaya bahwa teknologi mereka dapat membawa bidang ini lebih dekat untuk mewujudkan robot berukuran mikro yang dapat melakukan tugas-tugas praktis.

"Teknologi kami memungkinkan berbagai modalitas gerak terkontrol dan dapat berjalan dengan kecepatan rata-rata setengah panjang tubuhnya per detik," tutur Yonggang Huang, peneliti lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Terinspirasi dari buku pop-up

Untuk membuat robot sekecil itu, John dan Yonggang menerapkan teknik yang mereka perkenalkan delapan tahun lalu, yakni metode perakitan pop-up yang terinspirasi dari buku pop-up anak-anak.

Pertama, tim membuat prekursor untuk struktur kepiting berjalan dalam geometri datar dan planar.

Kemudian, mereka mengikat prekursor ini ke substrat karet yang sedikit meregang. Ketika substrat yang diregangkan menjadi rileks, proses tekuk terkontrol terjadi yang menyebabkan kepiting "muncul" ke dalam bentuk tiga dimensi.

Dengan metode ini, tim Northwestern dapat mengembangkan robot dengan berbagai bentuk dan ukuran.

"Dengan teknik perakitan dan konsep material ini, kita bisa membuat robot berjalan dengan hampir semua ukuran atau bentuk tiga dimensi," ujar John.

3 dari 5 halaman

Robot Ramah Disabilitas Ciptakan Lingkungan Inklusif di Jepang

Diwartakan sebelumnya di Jepang, pekerja kafe disabilitas bisa merasa terbantu dengan robot pelayan. Salah satu kafe di Nihombashi -- di tepi distrik keuangan dekat dengan Bank of Japan, Tokyo misalnya tampak berbeda dengan keberadaan pelayan robot.

Robot yang dikemudikan dari jauh oleh penyandang disabilitas ini dengan ramah melayani pelanggan kafe. Kafe DAWN, singkatan dari Diverse Avatar Working Network, adalah kedai kopi yang dimiliki dan dioperasikan oleh Ori Lab, seorang desainer dan produsen robot avatar OriHime.

Dilansir dari scmp, tujuan dari mengadaptasi metode pekerja seperti ini yaitu untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi pelanggan penyandang disabilitas, yaitu dengan memikirkan juga akses kursi roda. Selain itu juga dengan cara ini bisa membantu mengimbangi kekurangan tenaga kerja lokal.

Kafe dan restoran robot bukanlah hal baru, ada beberapa yang menarik perhatian di Hong Kong dan banyak di China, serta Jepang memiliki salah satu restoran robot paling terkenal di area Shinjuk. Namun kafe tersbeut sunyi, cocok untuk yang ingin bersantai dan jauh dari objek wisata.

 

4 dari 5 halaman

Kentaro Yoshifuji

Adapun CEO Kentaro Yoshifuji, yang melahirkan sang robot tersebut, merupakan seorang yang sejak kecil tidak bisa bergerak dan tidak bisa bersekolah serta selalu menghadapi tatapan tak menyenangkan dari orang sekitarnya hingga dewasa. Oleh karena ingatan masa kecilnya yang tidak menyenangkan tersebut, ia akhirnya mencari apa yang bisa ia lakukan.

Ia pernah memenangkan berbagai penghargaan, diantaranya atas karya desain kursi roda listriknya. Ia fokus pada robot komunikator konsep, OriHime, yang saat ini berbentuk perangkat plastik putih desktop kecil dengan kepala, mata, hidung, batang tubuh bagian atas dan dua lengan tipe sirip.

Dilengkapi untuk komunikasi audio dua arah, dan dengan kamera di tengah dahinya, video satu arah. Model yang lebih besar baru-baru ini dibuat, OriHime-D, seukuran anak berusia enam tahun dan sangat mirip dengan robot AI Pepper SoftBank yang sekarang sudah tidak berfungsi, bergerak di atas roda.

Meskipun awalnya dirancang sebagai alat untuk memerangi kesepian, OriHime juga berdampak pada pilihan yang tersedia bagi kafe-kafe serta penyandang disabilitas untuk bekerja dari jarak jauh.

Sekretaris Yoshifuji, Yuta Banda, yang bekerja di kantor yang sama menggunakan OriHime adalah salah satu karyawan tersebut, telah terbaring di tempat tidur sejak ia terlibat dalam kecelakaan lalu lintas pada usia empat tahun, ia juga tidak pernah menghadiri sekolah secara fisik.

5 dari 5 halaman

Infografis Bahaya Gesek Kartu Kredit di Mesin Kasir

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.