Sukses

Studi: Bioplastik Tidak Lebih Aman daripada Plastik Konvensional

Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bioplastik tidak lebih aman daripada plastik lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Bioplastik telah masuk ke pasar sebagai alternatif dari plastik konvensional dalam beberapa tahun terakhir.

Bioplastik memiliki beberapa keuntungan, misalnya, ia dibuat dari bahan daur ulang atau selulosa tanaman. Selain itu, ia juga dapat terurai secara alami.

Namun ternyata, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa bioplastik tidak lebih aman. Menurut studi yang terbit di jurnal Environment International, bioplastik sama beracunnya seperti plastik konvensional.

"Plastik berbahan alami dan dapat terurai tidak lebih aman daripada plastik lainnya," kata Lisa Zimmermann dari Goethe Universität Frankfurt am Mein, yang merupakan peneliti utama, sebagaimana dikutip dari Eurekalert, Senin (26/10/2020).

Lisa menyoroti bahwa produk berbasis selulosa dan pati mengandung paling banyak bahan kimia. Dalam kondisi laboratorium, kedua bahan itu juga dapat memicu reaksi toksik yang lebih kuat.

Saksikan video pilihan di bawah ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kelompok Studi ISOE

"Tiga dari empat produk plastik ini mengandung zat, yang kami tahu berbahaya, dalam kondisi laboratorium, sama seperti plastik konvensional," kata Martin Wagner, profesor di Norwegian University of Science and Technology's Department of Biology.

Martin merupakan adalah salah satu kolaborator untuk PlastX, sebuah kelompok studi di Institut für sozial-ökologische Forschung (ISOE) di Frankfurt.

Kelompok studi ini telah mengamati kandungan zat beracun dalam jenis plastik-plastik ini. Zat tersebut bisa langsung meracuni sel di laboratorium, atau bisa juga berperan sebagai hormon yang pada akhirnya dapat mengganggu keseimbangan tubuh.

Studi ini mencakup 43 produk plastik yang berbeda, termasuk alat makan sekali pakai, kertas kemasan coklat, botol minuman, dan gabus anggur.

"Delapan puluh persen produk yang diteliti mengandung lebih dari 1.000 bahan kimia yang berbeda. Beberapa di antaranya sebanyak 20.000 bahan kimia," kata Martin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.