Sukses

Akankah Meme Diharamkan karena Langgar Hak Cipta?

Atas nama hak cipta, muncul pihak yang ingin mempersulit peredaran meme.

Liputan6.com, Jakarta - Kabar tak menyenangkan datang bagi pecinta meme, terutama yang tinggal di Uni Eropa (UE). Pasalnya, meme akan diharamkan akibat potensi pelanggaran hak cipta.

Pihak Komisi Eropa (badan legislasi UE), sedang mengajukan pasal yang dapat menyulitkan peredaran meme atau tepatnya karya seni orang lain (misal, tokoh animasi) yang dijadikan meme.

Juru bicara Komisi Eropa mengklaim langkah ini dapat menguntungkan orang yang membuat karya seni tersebut.

Proposal itu tertuang pada Pasal 13 dari Pedoman Hak Cipta Uni Eropa (European Union Copyright Directive).

"Pemikiran di balik proposal hak cipta adalah bahwa orang-orang harus mendapatkan untuk atau dari ide kreatif mereka. Proposal ini tidak akan mencederai kebebasan berekspresi di internet," ungkap seorang juru bicara Komisi Eropa seperti dikutip Android Authority, Minggu (10/6/2018).

Lebih lanjut, UE menyebut sedang mengembangkan teknologi agar pembuat karya mengetahui saat karyanya dipakai tanpai izin, dan agar mendapat keuntungan dari karya mereka yang dijadikan meme.

Pihak penentang aturan ini pun bermunculan, salah satu argumennya adalah hal ini dapat menghancurkan internet serta membuka celah pada pemodal besar untuk lebih berkuasa di internet.

Ditambah lagi, meme yang beredar di internet tidak dibuat untuk keuntungan finansial, melainkan sekadar lucu-lucuan.

UE memang sedang membenahi regulasi dunia digital. Sebelumnya mereka baru menerapkan General Data Protection Regulation (Regulasi Perlindungan Data Umum, GDPR) yang bertujuan melindungi data pribadi pengguna di dunia maya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ketika Meme Jadi Bahan Politik Radikal

Zaman sekarang meme bermunculan sebagai bahan politik di media sosial, kontennya pun seringkali menohok dan menghibur.

Tapi bagaimana jadinya bila karya seni seseorang dijadikan meme oleh kelompok radikal seperti Neo-Nazi?

Itulah yang terjadi pada karya Matt Furie, seorang kartunis asal California pencipta karakter Pepe the Frog. 

Pepe pertama kali muncul pada 2005 dalam komik berjudul Boy's Club pada 2005.

Karakter Pepe yang memiliki ekspresi miris telah disalahgunakan sebagai meme gerakan radikal sayap kanan di Amerika Serikat (AS) semenjak Pemilihan Presiden Amerika Serikat (Pilpres AS) 2016.

Furie pun tidak terima dengan nasib tokoh buatannya. Ia sampai harus berjuang di meja hijau agar menghukum orang-orang yang tanpa izin memakai Pepe untuk tujuan politik radikal.

Sayangnya, citra gerakan radikal sudah terlanjur melekat pada tokoh Pepe, meskipun Furie sejatinya menolak ideologi demikian.

3 dari 3 halaman

Asal Meme

Istilah meme dibuat oleh Richard Dawkins, ahli evolusi asal Inggris, dalam bukunya berjudul The Selfish Gene. Meme berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu mimeme, yang bisa diartikan sebagai "hal yang ditiru".

Menurut situs richarddawkins.net, Dawkins memakai istilah tersebut dalam ranah evolusi yang diartikan sebagai cara memahami beberapa perilaku yang tidak masuk akal tapi kerap ditemukan di masyarakat.

Dawkins memandang meski perilaku tersebut tidak masuk akal dan sulit dijelaskan, pastilah sebetulnya memiliki peran dalam hal genetika.

Namun, semenjak berjayanya era media sosial di internet, akhirnya istilah meme dianggap sebagai gambar-gambar berisi pesan humoris dan sarkastis.

Meme jadi sering dipakai untuk mengekspresikan pendapat di berbagai bidang, baik itu politik, seni, olahraga, budaya, aktivitas sosial, dan sebagainya.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.