Sukses

Melawan Teroris dengan Big Data dan Kecerdasan Buatan

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial (medsos) berulang kali dituding menjadi salah satu biang penyebaran pemikiran radikalisme terorisme. Pasalnya, lewat medsos para teroris tidak perlu buang-buang uang untuk menyebar ideologi mereka.

Bila teroris memakai medsos, pihak pemerintah dan swasta bisa menangkal aksi terorisme lewat pemakaian big data dan kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI).

Dilansir Algoritma, Senin (21/5/2018), dengan memakai teknologi yang dapat diambil lewat big data, secara teori tindak kontra-terorisme dapat dilakukan dengan menganalisis pola-pola aktivitas terorisme.

"Perlu dipahami bahwa di fase awal implementasinya mungkin tidak sempurna, tapi perlu adanya komitmen untuk mengadopsi inovasi tersebut agar dapat berhasil dalam jangka panjang," tulis Samue Chan, Course Producer dan Co-Founder Algoritma Data Science Education Center.

Samuel menyebut sudah ada varian teknologi yang bisa dipakai mencegah terorisme. Namun, pemerintah dan swasta harus turut berperan dalam pengembangannya di Indonesia.

"Teknologi lainnya yang dapat digunakan adalah image recognition, computer vision, bahkan biometrics mining. Ini adalah upaya penelitian yang membutuhkan komitmen tertentu baik dari sektor publik maupun swasta," ucapnya

Salah satu teknologi prediktif yang membantu penegak hukum melawan terorisme adalah Dfuze. Program itu dirancang ISS Global untuk membantu identifikasi di mana serangan terorisme kemungkinan besar terjadi.

Teknologi Dfuze mengumpulkan agregat insiden-insiden yang pernah terjadi dan membantu penegak hukum melacak potensi terjadinya terorisme.

Meskipun teknologi ini belum sempuran, tapi menggunakan big data dapat membantu menghemat tenaga daya penegak hukum, mulai dari segi waktu sampai sumber daya lain.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Paham Keuntungan dari Big Data

Big data memegang peranan penting dalam menginterpretasi jalinan antara manusia dan teknologi. Segala tindakan kita yang memakai teknologi menghasilkan kumpulan data yang dapat dipelajari lebih lanjut untuk kepentingan kita sendiri.

Walaupun konsep big data masih terdengar asing, tetapi Indonesia ternyata memiliki Bigjava, sebuah perusahaan analisis big data yang hadir untuk menjawab kebutuhan beragam sektor nasional terkait data.

"Dengan big data kita bisa memahami sesuatu dengan cepat dan informatif di berbagai sektor. Misalnya, dalam mengolah sumber daya alam, kita bisa tahu kilang-kilang mana yang bisa beroperasi, yang menjelang habis, atau yang belum dioperasikan. Lalu, tentang mengapa nelayan lebih banyak mencari ikan di suatu daerah ketimbang daerah lain, dan akhirnya analisis itu dapat berimbas ke bisnis dan perdagangan," ungkap Ruli Harjowidianto, CEO Bigjava kepada Tekno Liputan6.com di Jakarta.

Namun, Ruli menyayangkan masih ada pihak-pihak di sektor pemerintah yang masih enggan melakukan pendalaman tentang big data, padahal data-data tersebut bisa menjadi sangat berharga bila dianalisis, dan dapat menghasilkan keuntungan besar.

"Big data memerlukan keterlibatan data yang banyak. Data mereka sendiri, lalu kita proses, kemudian kita berikan hasilnya seperti apa. Jadi, kalau mereka tidak membagi data, maka mereka tidak akan dapat mengetahui hasil analisis big data itu seperti apa," jelas Ruli.

Pria yang sedang mempelajari cyber security di Universitas Harvard itu juga menjelaskan bahwa big data tidak hanya untuk sektor hitung-hitungan atau kuantitatif semata, melainkan dapat meneliti dari segi kualitatif, contohnya seperti sikap.

"Seperti dari sisi kebiasaan. Misalnya, gim apa yang paling banyak dimainkan untuk mengasah otak anak-anak atau gim mana yang membuat mereka bersikap tidak baik. Dengan menggunakan data, kita bisa melihat itu semua," paparnya. 

Satu yang disayangkan oleh Ruli adalah ketika sektor lokal lebih suka membagikan data mereka ke perusahaan luar negeri. Padahal menurut Ruli, kumpulan data dapat dianalogikan seperti emas yang begitu berharga.

Untuk itulah Ruli mendirikan Bigjava yang merupakan perusahaan analisis big data lokal sehingga diharapkan sektor pemerintah tidak bergantung pada perusahaan serupa dari luar negeri.

Tentunya sangat disayangkan bila data-data penting warga negara, yang dapat dipandang sebagai aset, malah lebih banyak dikelola pihak asing.

"Dengan perusahaan lokal (Bigjava) pihak pemerintah tidak perlu takut, karena harta karun mereka aman bersama kita, karena kita tidak menjual ke luar negeri," tukas Ruli.

3 dari 3 halaman

Tertarik Kerja di Bidang Big Data? Ini Jurusan Kuliah yang Dicari

Lantas, bidang studi mana yang kemampuannya memegang peranan penting di bidang ini? Ternyata lulusan matematika menjadi primadona di area big data.

"Kebanyakan yang kita cari sekarang lulusan matematika," ungkap Ruli.

Apa yang diungkap Ruli dapat membuat orang-orang heran, sebab orang awam pasti mengira lulusan berkaitan ilmu komputer yang justru dicari untuk bidang big data.

"Karena kalau kita ambil lulusan komputer, mereka belum tentu tahu big data, kedua ia juga harus belajar big data lagi, lalu belum tentu juga dia suka big data," jelasnya.

"Tapi kalau lulusan matematika, mereka memikirkan pemakaian logika untuk mengejar tujuan, dan mereka bisa belajar programming. Sekarang yang banyak dipakai lulusan matematika untuk menjadi data scientist (ilmuwan data), karena yang mereka kerjakan analisis dan logika. Kemampuan analisisnya yang dicari dan bagaimana menjadikan logika tersebut agar dimengerti orang lain," lanjutnya

Ruli juga menerangkan lulusan matematika memiliki kemampuan mumpuni untuk menyusun rumus atau algoritma yang dibutuhkan di bidang big data.

"Kami punya ilmuwan data di New York. Gelarnya doktor, tiga orang, lulusan matematika semua," ungkap Ruli.

(Tom/ )

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.