Sukses

'Konektivitas, Intelijen dan Aplikasi Adalah Backbone IoT'

Selain konektivitas, sistem intelijen memegang peranan penting dalam implementasi smart city dan IoT.

Liputan6.com, Jakarta - Selain memperkenalkan diri sebagai Country Managing Director Cisco System Indonesia, Budi Santoso juga memaparkan berbagai hal menarik perihal transformasi digital. 

Dalam paparannya di Jakarta, Kamis (13/10/2016), Budi menjelaskan bagaimana Internet of Things (IoT) sebagai turunan transformasi digital yang tak hanya booming di sejumlah negara, tetapi juga di Indonesia.

Menurutnya, IoT masih menjadi 'lahan basah' bagi banyak perusahaan solusi kelas dunia selain Cisco.

"Saya setuju dengan hal tersebut. Studi terakhir menyebutkan bahwa ada 98,9 persen perangkat yang belum terkoneksi di seluruh dunia," ungkap Budi.

Jumlah ini terbilang cukup wajar, mengingat saat ini sebagian besar perangkat elektronik yang ada saat ini masih banyak yang terhubung. Namun, beberapa produk kulkas dan TV masih belum terhubung dengan IoT.

Selain konektivitas, sistem intelijen memegang peranan penting dalam implementasi smart city dan IoT.

"Kalau semua perangkat terhubung via IP, namun tidak saling 'ngobrol' akan percuma juga," tambahnya.

Untuk melengkapi backbone IoT, smart building, dan smart city dengan sempurna diperlukan sebuah aplikasi.

"Entah dalam bentuk dashboard monitoring atau apa pun, setiap perangkat akan memiliki IP sendiri di mana pengguna dapat dengan mudah mengaturnya," jelas Budi.

Surabaya, Jakarta, dan beberapa kota di Indonesia saat ini sudah menjadi target Cisco dalam proyek percontohan seperti smart ways atau smart parking.

Dengan adanya teknologi tersebut, ke depannya sebuah kota dapat mengembangkan layanan yang lebih baik atau lainnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cyber Security Menurut Cisco

Terkait konektivitas, cyber security merupakan salah satu poin penting yang selalu Cisco pantau dan perbaiki. Budi melihat cyber security memiliki dua sisi berbeda, yakni teknologi dan non-teknologi.

"Non-teknologi dimulai dari apakah kita punya national cyber security strategy? Apakah kita punya badan khusus yang memberikan informasi kejadian serangan siber? Apakah kita punya perangkat hukum eCrime atau eLaw," ujarnya.

Untuk sisi teknologi, Cisco mempersiapkan solusi end-to-end. "Saat sebuah malware berhasil menembus firewall, kita secara spesifik bisa tahu kapan dan perangkat apa saja yang terpengaruh," jelas Budi.

Dalam hal cyber security, saat ini ada tipe perusahaan yang secara terbuka mengatakan kalau dirinya diretas, dan perusahaan yang tidak mengetahui kalau dirinya diretas.

"Perusahaan tipe kedua inilah yang cukup mengkhawatirkan. Tak hanya itu, jumlahnya pun cukup banyak," paparnya.

Cisco sendiri saat ini memiliki teknologi untuk mengatasi hal tersebut.

"Hacker saat ini cukup sopan, alih-alih mengambil data dalam jumlah besar, mereka justru mengambil data dalam jumlah yang sedikit demi sedikit," pungkas Budi.

(Ysl/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini