Sukses

Kontribusi Anak Negeri di Industri Kereta Api

Siapa sangka, teknologi kereta api di jalur padat, seperti Commuter Line hingga proyek pembangunan DDT dikerjakan engineer asli Indonesia.

Liputan6.com, Bandung - Siapa sangka, teknologi kereta api di jalur padat, seperti Commuter Line hingga proyek pembangunan DDT (double-double track) dikerjakan oleh engineer asli Indonesia?

Dalam tiga tahun terakhir, BUMN elektronika asal Bandung, PT Len Industri, sedang menggarap DDT pertama di Indonesia untuk jalur Manggarai-Cikarang.

Proyek ini diklaim sangat prestisius dan strategis. Saking panjangnya, maka terbagi tiga paket, yakni Paket B1, Paket A, dan Paket B21. Seluruhnya telah dimulai sejak 2013 dan ditargetkan selesai tahun ini.

Beni Rahadian, pemimpin proyek DDT Paket B1 dari PT Len Industri, mengatakan pihaknya kini tengah serius membangun sistem persinyalan untuk Paket B1 jalur Manggarai-Cikarang dengan panjang lintasan 34 km.

Paket ini melewati enam stasiun besar, yaitu Stasiun Manggarai, Jatinegara, Cakung, Bekasi, Tambun, dan Cikarang.

"Pekerjaan di paket ini berupa pembangunan sinyal double track Manggarai-Cikarang. Kecuali interlocking, hampir semua produk perkeretaapian lainnya, baik indoor maupun outdoor menggunakan produk PT Len Industri. Setelah ini selesai, kami juga yang mengerjakan Paket A dan Paket B21," katanya kepada Tekno Liputan6.com di Bandung, baru-baru ini.

Perubahan double track menjadi DDT bertujuan memisahkan kereta commuter dengan kereta antar-kota. Tujuannya agar kapasitas angkut kereta api menjadi lebih banyak serta meningkatkan segi keamanan.

“Jadi, satu double track untuk kereta antar kota yang datang dari Bandung, Semarang, Surabaya, dan sebagainya yang masuk ke Jakarta. Sedangkan satu double track lagi untuk commuter line (KRL,red),” ucap Nugroho Widiyanto, Chief Engineer Proyek DDT Paket B1.

Dalam implementasi teknologi anak bangsa ini, PT Len Industri bahkan bekerja sama dengan vendor asing yang sudah pengalaman dalam persinyalan global, yakni konsorsium Mitsubishi Sumitomo JO/MSJO. Ini terdiri dari dua perusahaan elektronika besar asal Jepang, yakni Mitsubishi Heavy dan Sumitomo Corporation.

"Paket B1 dengan dana pinjaman dari Jepang senilai Rp 215 miliar tersebut terdiri atas fasilitas konstruksi perkeretaapian Bekasi-Cikarang, substation, power distribution system, signalling system dan sistem telekomunikasi," pungkasnya. 

(Msu/Isk)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.