Sukses

Berita Terkini

Lihat Semua
Topik Terkait

    Pengertian

    Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan menurunnya kepadatan tulang secara keseluruhan. Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan tubuh mengatur kandungan mineral dalam tulang dan disertai rusaknya bagian dalam tulang. Tulang pun menjadi keropos dan rentan mengalami patah tulang.

    Dibutuhkan waktu yang cukup lama sampai tulang menjadi keropos. Umumnya, osteoporosis baru diketahui setelah pasien mengalami jatuh atau berada dalam situasi yang membuat tulangnya retak.

    Cedera yang umum terjadi pada penderita osteoporosis adalah:

    • Retak tulang pergelangan tangan
    • Retak tulang pinggul
    • Retak tulang belakang

    Namun, keretakan dapat terjadi pada tulang lainnya seperti lengan dan panggul. Terkadang batuk atau bersin ringan pun bisa menyebabkan retak tulang rusuk atau retak pada bagian tulang belakang. Osteoporosis sendiri tidak menimbulkan rasa nyeri kecuali jika kondisi tersebut telah mengakibatkan tulang menjadi retak.

    Faktor Risiko Berkembangnya Osteoporosis

    Kebanyakan penderita osteoporosis adalah wanita. Hasil penelitian pada tahun 2006 lalu menunjukkan sebanyak 23 persen responden wanita berusia 50-80 tahun dan 54 persen responden wanita berusia 70-80 tahun mengidap osteoporosis. Penelitian ini dilakukan di Indonesia.

    Proses pembentukan tulang bermula sejak embrio berusia 6-7 minggu dan berlangsung sampai usia dewasa. Pada rentang usia awal 20 tahunan, tulang perlahan-lahan berhenti tumbuh. Namun, massa tulang akan terus bertambah sampai periode puncak di usia awal 30 tahunan. Selanjutnya massa tulang akan semakin berkurang yang dimulai sekitar umur 35 tahun.

    Wanita lebih berisiko terkena osteoporosis ketimbang pria, terutama jika mengalami menopause dini (sebelum usia 45 tahun). Wanita rentan mengalami penurunan massa tulang pada tahun-tahun pertama setelah menopause (saat menstruasi berhenti dan ovarium berhenti memproduksi sel telur).

    Gejala

    Osteoporosis terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun. Kondisi ini umumnya baru bisa diketahui setelah seseorang mengalami keretakan tulang. Jika Anda memiliki kondisi osteoporosis, kepadatan tulang akan berkurang dan Anda akan rentan mengalami keretakan tulang.

    Cedera yang umum dialami oleh penderita osteoporosis adalah keretakan tulang pada pergelangan tangan, pinggul, dan tulang belakang. Dalam kasus osteoporosis yang parah, batuk atau bersin ringan bisa menyebabkan keretakan tulang rusuk atau tulang belakang.

    Osteoporosis umumnya tidak terasa sakit kecuali terjadi keretakan tulang. Jika Anda mengalami sakit punggung yang berkepanjangan, ini bisa termasuk gejala osteoporosis.

    Gejala lain dari osteoporosis bisa dilihat dari postur tubuh bungkuk pada manula. Kondisi tersebut adalah akibat dari pengeroposan tulang belakang yang membuat tulang punggung tidak mampu menahan bobot tubuh.

    Osteoporosis

    Penyebab

    Osteoporosis terjadi akibat menurunnya kepadatan tulang.Kondisi ini dapat terjadi pada siapa pun. Tetapi, ada yang lebih berisiko dan lebih cepat mengalami kondisi ini dibandingkan yang lain.

    Masa prima tulang adalah pada saat manusia memasuki usia dewasa. Dalam periode ini massa tulang sangat padat dan kuat. Kepadatan tulang terus berlanjut hingga usia akhir 20-an tahun dan mengalami penurunan secara bertahap saat usia 35 tahun.

    Secara perlahan, tulang menjadi lebih rapuh dari sebelumnya. Semakin bertambah usia, kepadatan tulang semakin berkurang juga. Hal ini menyebabkan tulang jadi lemah, keropos, dan rentan retak.

    Penyebab Osteoporosis Berdasarkan Jenis Kelamin

    Pada Wanita

    Wanita lebih berisiko terkena osteoporosis dibandingkan pria. Penyebabnya adalah perubahan hormon yang muncul saat menopause yang berpengaruh langsung terhadap kepadatan tulang.

    Hormon esterogen wanita memiliki peran penting dalam kesehatan tulang. Setelah menopause, kadar esterogen menurun. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang secara drastis.

    Kelompok wanita yang memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoporosis, antara lain:

    • Menopause dini (sebelum usia 45 tahun)
    • Melalui proses histerektomi (operasi pengangkatan rahim) sebelum usia 45 tahun, terutama jika kedua ovarium diangkat
    • Tidak mengalami siklus menstruasi lebih dari enam bulan sebagai akibat dari terlalu banyak beraktivitas berat atau diet berlebihan

    Pada Pria

    Dalam banyak kasus, penyebab osteoporosis pada pria belum diketahui pasti. Namun ini ada hubungannya dengan hormon testosteron, yang turut andil dalam menjaga kesehatan tulang. Tubuh pria tetap memproduksi testosteron sampai usia lanjut, namun risiko osteoporosis tetap ada jika kadar testosteronnya rendah.

    Umumnya, kadar testosteron rendah disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

    • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroi
    • Mengonsumsi minuman keras secara berlebihan
    • Kondisi yang menyebabkan kadar testosteron lebih rendah dari kadar normal (hipogonadisme)

    Faktor Penyebab Meningkatnya Risiko Osteoporosis

    Proses regenerasi tulang sangat dipengaruhi oleh banyak hormon. Jika memiliki gangguan pada kelenjar penghasil hormon, maka Anda lebih berisiko terkena osteoporosis.

    Beberapa penyakit kelenjar yang bisa memicu osteoporosis:

    • Hipertiroidisme (kelenjar tiroid terlalu aktif)
    • Kadar hormon esterogen dan testosteron rendah
    • Gangguan kelenjar adrenal
    • Gangguan kelenjar pituitari

    Selain penyakit kelenjar, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena osteoporosis adalah:

    • Riwayat orangtua memiliki kondisi osteoporosis serta mengalami keretakan tulang pinggul
    • Indeks Massa Tubuh di bawah atau sama dengan 19
    • Menggunakan obat-obatan kortikosteroid (biasa diberikan untuk penderita artritis dan asma)
    • Penderita gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia
    • Perokok berat dan sering mengonsumsi minuman keras
    • Rheumatoid arthritis
    • Malabsorbsi, di mana usus tidak mampu menyerap nutrisi dengan maksimal
    • Tidak aktif bergerak dalam jangka waktu lama
    • Mengonsumsi obat-obatan untuk menangani kanker payudara atau kanker prostat yang dapat memengaruhi kadar hormon

    Diagnosis

    Osteoporosis seringkali baru terdeteksi setelah terjadi keretakan tulang. Jika Anda berisiko terkena osteoporosis, dokter akan menyarankan pemeriksaan kepadatan tulang (bone mass density/BMD) dengan pemindaian DEXA (absorpsiometrisinar X dengan energi ganda)

    Pemindaian DEXA: Mengukur Kepadatan Tulang

    Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kepadatan mineral tulang. Prosedur berdurasi singkat dan tidak menimbulkan rasa sakit. Hasil DEXA akan dibandingkan dengan kepadatan tulang individu yang umumnya sehat, sesuai dengan usia dan jenis kelamin yang sama dengan Anda.

    Hasil perbandingan dilihat sebagai standar deviasi (ukuran dari variabilitas berdasarkan nilai rata-rata atau nilai yang diharapkan), dikenal dengan istilah T score.

    Hasil perbandingan dapat dilihat sebagai berikut:

    • Di atas Standar Deviasi (SD) (-1) berarti norma
    • Antara SD (-1) dan (-2,5) diklasifikasikan sebagai osteopenia, yaitu kondisi saat kepadatan tulang lebih rendah dari rata-rata, tapi belum serendah tulang osteoporosis
    • Di bawah SD (-2,5) dikategorikan sebagai osteoporosis. Pemindaian DEXA dapat mendiagnosis osteoporosis, tapi hasil BMD bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan risiko keretakan tulang Anda. Dokter juga akan memperhitungkan usia, jenis kelamin, dan berbagai cedera yang Anda alami sebelumnya untuk menentukan apakah Anda membutuhkan perawatan untuk osteoporosis.

    FRAX: Prediksi Keretakan Tulang

    Sekarang ini sudah ada program online yang dapat memprediksi risiko keretakan tulang. Program ini memperhitungkan risiko seseorang yang berusia 40-90 tahun mengalami keretakan tulang.

    Algoritma yang digunakan dapat menghitung risiko keretakan tulang hingga 10 tahun setelah pemeriksaan dilakukan. FRAX adalah hasil pengembangan studi yang dilakukan pada populasi penduduk Eropa, Amerika Utara, Asia (termasuk Indonesia), dan Australia.

    Anda bisa menggunakan FRAX untuk Indonesia dengan mengunjungi laman http://www.shef.ac.uk/FRAX/tool.aspx?country=46

    Kepadatan mineral tulang rendah bukan berarti Anda berisiko tinggi mengalami keretakan tulang. Konsultasikan ke dokter mengenai langkah-langkah apa yang bisa Anda lakukan untuk menjaga kesehatan tulang.

    Pengobatan

    Pengobatan osteoporosis difokuskan pada peningkatan kepadatan tulang. Selain itu Anda juga harus berusaha agar tidak jatuh utntuk menekan risiko terjadinya retak tulang.
    Beberapa langkah penting yang disarankan untuk penderita osteoporosis, manula, mereka yang berisiko terhadap osteoporosis:

    • Jatuh adalah risiko yang tak terhindarkan saat kita menua. Meski demikian ada langkah pencegahan agar keretakan tulang bisa dihindari.
    • Menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang.
    • Jika Anda kesulitan berjalan atau menjaga keseimbangan, segera temui dokter. Hal ini perlu dilakukan agar faktor penyebab jatuh seperti kualitas penglihatan dan kekuatan otot menurun dapat segera diidentifikasi.

    Beragam Pengobatan Osteoporosis

    Pengobatan biasanya disesuaikan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, risiko keretakan, dan riwayat jatuh sebelumnya. Jika Anda didiagnosis mengidap osteoporosis karena adanya keretakan tulang, maka Anda memerlukan pengobatan untuk meminimalisir risiko keretakan yang lebih parah pada masa yang akan datang.

    Anda perlu menjaga agar asupan kalsium dan vitamin D tercukupi. Dokter mungkin akan menyarankan perubahan pola makan dan memberikan suplemen untuk dikonsumsi agar kebutuhan tercukupi.

    Ada beragam pilihan obat-obatan yang bisa dikonsumsi untuk menangani osteoporosis, seperti:

    Suplemen Kalsium dan Vitamin D

    Kalsium dan Vitamin D sangat berperan dalam menjaga kesehatan tulang. Pastikan Anda mendapat asupan kalsium harian dengan perhitungan sebagai berikut:

    • 1000 mg per hari untuk usia 19-50 tahun
    • 1200 mg per hari untuk usia di atas 50 tahun

    Sedangkan untuk asupan Vitamin D, yang dibutuhkan tubuh untuk membantu menyerap kalsium, panduannya adalah:

    • 200 IU per hari untuk usia 19-50 tahun
    • 400 IU per hari untuk usia 50-65 tahun
    • 600 IU per hari untuk usia di atas 65 tahun

    Jika Anda tidak mendapat cukup kalsium dan Vitamin D dalam pola makan, konsultasi ke dokter mengenai kemungkinan konsumsi suplemen.

    Bisphosphonate

    Ini merupakan obat yang dapat menjaga kepadatan tulang sehingga mengurangi risiko tulang retak. Diberikan dalam bentuk tablet atau suntikan. Beberapa jenis bisphosphonate yang umum diberikan dokter pada penderita osteoporosis antara lain alendronate, ibandronate, danasam zolendronic.
    Pastikan Anda mengonsumsi bisphosphonate sesuai petunjuk dokter. Iritasi kerongkongan, sulit menelan, dan nyeri perut adalah efek samping yang mungkin timbul akibat dari mengonsumsi obat ini.

    Strontium ranelate

    Obat ini memicu sel pembentuk jaringan tulang baru (osteoblasts) dan menekan kinerja sel peluruh tulang. Biasanya diberikan sebagai alternatif dari bisphosphonate jika dirasa tidak cocok dengan penderita. Obat ini dikonsumsi dalam bentuk bubuk yang harus dilarutkan dengan air. Efek samping obat ini adalah mual dan diare.

    Obat-obatan Yang Bersifat Hormon

    Selective oestrogen receptor modulators (SERMs)

    SERMs memiliki khasiat mirip dengan hormon esterogen yaitu menjaga kepadatan tulang dan mengurangi risiko retak, terutama pada tulang punggung. Raloxifene merupakan satu-satunya SERMs yang tersedia untuk mengobati osteoporosis, harus dikonsumsi setiap hari dalam bentuk tablet. Efek samping dari mengonsumsi raloxifene antara lain kram kaki, meningkatnya risiko terjadi gumpalan darah, dan rasa panas atau berkeringat pada malam hari.

    Hormon Paratiroid (Teriparatida)

    Hormon ini diproduksi alami oleh tubuh dan berfungsi mengatur kalsium dalam tulang. Pengobatan dengan hormon paratiroid digunakan untuk menstimulasi sel pembentuk tulang baru (osteoblasts) dan diberikan dalam bentuk suntikan. Pengobatan ini hanya digunakan pada penderita yang memiliki kepadatan tulang sangat rendah dan telah melalui pengobatan lain namun tidak berhasil. Efek samping yang mungkin terjadi adalah mual dan muntah.