Sukses

Perayaan Hari Bumi, Yuk Bijak Mengelola Sampah

Di tengah pandemi Corona COVID-19, kualitas udara memang dinilai lebih baik seiring kebijakan karantina wilayah di sejumlah negara dan anjuran aktivitas di rumah saja.

Liputan6.com, Jakarta - Peringatan hari bumi sedunia dinilai menjadi momen untuk mengingatkan dan menyadarkan seluruh pihak untuk perhatian terhadap sampah termasuk limbah medis. Pada 2020, earth day network mengambil tema untuk mengambil aksi dalam perubahan iklim.

Di tengah pandemi Corona COVID-19, kualitas udara memang dinilai lebih baik seiring kebijakan karantina wilayah di sejumlah negara dan anjuran aktivitas di rumah saja.

Salah satu contoh kualitas udara Surabaya membaik seiring dengan penurunan emisi dari kegiatan transportasi selama aktivitas di rumah mulai dari kegiatan belajar, ibadah dan bekerja. Hal ini sebagai upaya untuk meminimalkan penyebaran COVID-19.

"Yang jelas udaranya semakin bagus,” ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Agus Eko Supiadi, seperti dikutip dari Antara, Jumat 17 April 2020.

Penurunan kegiatan perdagangan barang dan jasa serta pengurangan kegiatan warga di luar rumah membuat jumlah kendaraan bermotor yang melaju di jalanan menyusut sehingga indeks standard pencemar udara (ISPU) pun menurun.

Alat pengukur kualitas udara yang dipasang di kawasan perempatan Monumen Kapal Selam (Monkasel) Surabaya menunjukkan ISPU berada di angka 48 atau dalam kategori baik. Biasanya rata-rata berada di angkat 57 atau berada di level sedang.

Kepala Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan ITS, Dr IDAA Warmadewanthi menuturkan,lockdown atau karantina wilayah di negara lain menyampaikan kualitas udara semakin baik. Demikian juga kota-kota besar di Indonesia termasuk Surabaya dengan ada kebijakan dari rumah mulai dari bekerja,ibadah hingga belajar. Akan tetapi, sisi lain ada juga perlu jadi sorotan mengenai sampah medis. Ia menuturkan, sampah ini akan meningkat dengan kondisi pandemi COVID-19.

"Padahal di Surabaya hanya sedikit rumah sakit yang mempunyai sistem pengolahan dengan insinerasi yang berizin dan memenuhi syarat. Jawa Timur sendiri sudah menyatakan 2018 dan 2019 darurat sampah medis yang berkategori sebagai limbah B3 yang infeksius,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat Rabu (22/3/2020).

Lebih lanjut ia menuturkan, ada karantina mandiri juga menghasilkan sampah yang bersifat infeksius. Oleh karena itu, saat momen hari bumi sedunia ini, ia mengimbau masyarakat juga bijak membuang sampah infeksius ini. Salah satunya jangan membuang sampah sembarangan.

"ITS sudah mempunyai pedoman bagaimana mengelola sampah infeksius dari rumah tangga ini. Juga Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai standar bagaimana mengelola sampah infeksius ini. Mari di Hari Bumi ini bijak mengelola sampah,” kata dia.

Selain aktivitas dari rumah karena pandemi COVID-19 membuat kualitas udara semakin baik sehingga bumi bisa melaksanakan pembersihan sendiri, tetapi juga memperhatikan masalah sampah. Warmadewanthi menuturkan, semua pihak berperan untuk bijak mengelola sampah. Untuk meminimalkan dampak sampah itu dengan membuang sampah terpisah antara sampah rumah tangga dan infeksius seperti masker sekali pakai.

 "Semua harus berperan, masyarakat sebagai penghasil sampah harus bijak dalam memisahkan sampah. Mohon dipikirkan bagaimana petugas pengumpul sampah, pengangkut dan petugas di tempat pembuangan akhir (TPA),” kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sediakan APD bagi Petugas Pengangkut Sampah

Lebih lanjut ia menuturkan, pemerintah juga menyediakan alat pelindung diri (APD) untuk para tukang mengangkut sampah. Selain itu, Surabaya juga berinisiatif untuk mempunyai rencana membangun pengolahan limbah B3 sendiri. Dengan begitu dapat mengurangi beban fasilitas medis dalam mengolah limbah.

Mengutip Antara, hari bumi pertama diperingati pada 22 April 1970 dengan memobilisasi jutaan warga Amerika Serikat (AS) untuk melindungi planet bumi. Sekitar 20 juta orang AS atau sekitar 10 persen dari populasi AS turun ke jalan, pihak kampus dan ratusan kota ikut memprotes pengabaian lingkungan dan menuntut langkah maju bagi bumi.

Saat itu juga menjadi tonggak berlakunya undang-undang lingkungan hidup di AS, termasuk udara bersih, air bersih dan penyelamatan keanekaragaman hayati terancam punah. Banyak negara segera adopsi undang-undang serupa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.