Sukses

Kronologi Rey Utami Dipenjara Hingga Terlintas Keinginan Bunuh Diri, Ngaku Alami Tekanan Psikis

Rey Utami berbagi kisah pilu saat dipenjara. Awalnya ia tak terima, ogah makan, hingga tidak bisa tidur.

Liputan6.com, Jakarta Tanggal 1 Juli 2019, fase kelam kehidupan Rey Utami dimulai. Fairuz A Rafiq melaporkan video berkonten asusila yang melibatkan Rey Utami ke Polda Metro Jaya. Peristiwa hukum ini dikenal publik dengan sebutan kasus ikan asin.

Dibantu pengacara kondang Hotman Paris Hutapea, Fairuz A Rafiq memenangkan kasus ini. Rey Utami yang dipidana penjara satu tahun dan empat bulan sejak 13 April 2020 syok berat.

Rey Utami bebas dari penjara pada Minggu (8/11/ 2020). Setelah menghirup udara bebas, Rey Utami berbagi cerita soal tekanan psikis yang dialaminya selama mendekam di penjara.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Awalnya Tak Terima

“Awalnya enggak terima. Kita orang bebas tiba-tiba terkungkung di satu ruangan. Diisolasi 24 jam saja pasti bosan minta ampun. Benar-benar terputus dari dunia luar, komunikasi terbatas. Ruang gerak terbatas selama bayangkan satu tahun empat bulan,” kata Rey Utami.

“Awal-awal pasti enggak terima. Enggak mau makan, enggak bisa tidur. Marah-marah, nangis terus. Pokoknya (merasa) Tuhan tidak adil. Menyalahkan diri, menyalahkan Allah, enggak adil banget,” imbuhnya.

3 dari 5 halaman

Merasa Ujian Terlalu Besar

Pengakuan ini terekam dalam video “Rey Utami: Aku Udah Mau Mati Kalo Ga Inget Anak” yang dipublikasikan di kanal YouTube Melaney Ricardo, Kamis (17/11/2020).

Kala itu, Rey Utami merasa ujian yang menindihnya terlalu besar, tak seperti makhluk ciptaan Allah lainnya. Pergolakan batin dimulai. Gelap mata, Rey Utami berpikir untuk mengakhiri hidup.

 

4 dari 5 halaman

Psikis Terganggu

Keinginan itu muncul setelah sadar ia jauh dari anak sementara sang suami, Pablo Benua, juga menghadapi kasus hukum serupa. Kehidupan terasa gelap dan masa depan seolah redup.

“Terus psikis terganggu, apa aku melakukan… mau menenggak cairan pembersih lantai. Dengan aku enggak ada, berarti beban hidup hilang. Mikirnya kayak gitu,” ujar Rey Utami.

5 dari 5 halaman

Ada Kesempatan

Keinginan mengakhiri hidup menguat setelah melihat ada kesempatan untuk melakukannya. Rey Utami berpikir aksi mengakhiri hidup ini akan berhasil dan esok ia tinggal nama.

“Dan itu ada kesempatan. Saat teman-teman di kamar lagi pada tidur, apa aku lakuin saja karena besok sudah pasti enggak ada akhirnya selesai gitu, kan?” Rey Utami menyambung. Beruntung niat itu kandas.

 

 

Simak juga informasi berikut ini:

KONTAK BANTUAN

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.