Sukses

.Feast dan The Panturas Tampil Ganas di Konser Virtual Soundstream Edisi Ketiga

Soundstream tak hanya sajikan musik rock yang ganas, namun juga beberkan kisah penciptaan album kedua band.

Liputan6.com, Jakarta Konser virtual Soundstream edisi ketiga telah selesai digelar. Sejak awal Agustus lalu, Soundstream turut memeriahkan skena panggung virtual. Setelah menampilkan enam musisi kenamaan Indonesia, kini Soundstream mendaulat .Feast dan The Panturas untuk menutup serangkaian tayangan musik virtual akhir pekan dengan manis. 

Soundstream episode ketiga ini saya harap tidak hanya sekadar menghibur. Tapi juga mendekatkan para pendengar dengan band idola. Cerita yang mereka bagikan dalam tayangan ini belum banyak diketahui sebelumnya. Selain itu, cara penyajian yang kami pilih semoga membuat cerita mereka makin menarik untuk disimak,” ucap Kukuh Rizal Arfianto selaku Creative Director yang menggarap konsep Soundstream.

Setiap tayangan Soundstream digarap dengan konsep yang berbeda dan menampilkan musisi yang berbeda-beda pula. Sebelumnya, Kukuh pernah menjelaskan bahwa Soundstream bukanlah sekedar panggung musik yang disiarkan secara virtual. Maka, Soundstream mencoba untuk mengeksplorasi beberapa konsep panggung agar dapat dinikmati secara virtual dengan maksimal. 

“Agak sulit untuk menampilkan narasi panjang dalam sebuah pertunjukan live karena situasi yang kurang kondusif. Namun, tayangan virtual memungkinkan hal itu,” jelas Kukuh.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jalan Panjang Album Baru

Menjadi penampil pertama, .Feast membuka dengan sebuah narasi panjang tentang kisah pembuatan album Membangun Dan Menghancurkan. Baskara Putra mengatakan bahwa ide pembuatan album ini sudah ada sejak tahun 2018 dan perlahan terlihat wujudnya sejak lagu Dalam Hitungan mereka luncurkan pada Juni 2019.  

“Album ini adalah sebuah proyek berkepanjangan. Sulit untuk bilang ‘selesai’ dalam pembuatannya,” kata Baskara dalam tayangan Soundstream.

Lebih lanjut ia juga menjelaskan bahwa album ini mampu menggambarkan kondisi sehari-hari di era internet yang serba biner atau hitam putih. 

“Kalau lo nggak setuju sama gue, lo musuh gue. Kalo lo setuju sama gue, udah pasti lo sama kayak gue. Nggak ada tengah-tengahnya,” ungkap pria berusia 26 tahun itu. Konsep dualisme ini juga berusaha disampaikan oleh .Feast melalui visual yang serba hitam putih, termasuk dalam konser virtual pertama yang mereka lakoni sejak April 2020 ini.

Tak hanya cerita tentang proses pembuatan album Membangun Dan Menghancurkan, .Feast juga membawakan semua lagu yang telah mereka luncurkan dari album ketiganya itu. Semuanya memiliki pesan sindiran yang tersirat, walaupun tak jarang kritikan keras mereka lontarkan dalam liriknya. Masih belum jelas kapan album Membangun Dan Menghancurkan akan diluncurkan secara penuh, namun dari lagu-lagu yang sudah rilis serta cerita yang disampaikan dalam tayangan Soundstream, bisa disimpulkan bahwa .Feast masih belum melunak.

 

3 dari 4 halaman

Band ‘Hoki’

Setelah hampir dua puluh menit, visual hitam putih tiba-tiba berganti dengan warna-warna cerah. Musik khas rok selancar mulai terdengar yang menandakan The Panturas akan segera tampil. Mengulang formula yang disajikan oleh .Feast sebelumnya, Abyan Nabilio membuka penampilan The Panturas dengan sebuah narasi tentang album Mabuk Laut sebelum memainkan lagu Gurita Kota. 

Selain nuansa musik yang kontras berbeda, narasi yang dibawakan oleh The Panturas juga terasa jauh lebih ringan. The Panturas mengakui bahwa proses pembuatan album yang menjadi kumpulan karya mereka sejak awal terbentuk ini tidak menemui banyak hambatan. 

“Jadi tau-tau beres aja gitu. Band hoki (beruntung, red) panturas mah,” kata Abyan saat menggambarkan tantangan yang mereka hadapi.

Namun, The Panturas yang berasal dari sebuah band kampus mengakui bahwa ada banyak orang yang berjasa dalam album Mabuk Laut. Salah satunya adalah Jafar ‘Japs’ Shadiq dari Indische Party yang merekomendasikan The Panturas ke label sejak kedua band ini sempat tampil sepanggung. 

“Terus waktu rekaman, Panturas juga banyak banget dikasih masukan sama Pandji, dari Sirati Dharma yang sekaligus jadi operator rekaman. Selain mereka, masih banyak lagi yang berjasa dalam album ini,” jelas Abyan yang adalah gitaris sekaligus pengisi vokal dalam The Panturas.

 

4 dari 4 halaman

Penuh Kolaborasi

Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, Soundstream episode ketiga ini menampilkan kolaborasi antara .Feast dan The Panturas. Lagu Gelora yang mereka rekam bersama menjadi penutup konser virtual itu.  

“Lagu ini masih sangat jarang dimainkan secara live tapi sudah menjadi salah satu top hits dari kedua band. Jadi, memang pantas untuk menjadi penutup yang manis bagi seluruh rangkaian Soundstream yang dimulai sejak tanggal 1 Agustus lalu,” kata Kukuh.

Selain itu, nama Rian Ekky Pradipta yang adalah vokalis dari d’Masiv juga menjadi salah satu kolaborator dalam episode kali ini. Ia turut tampil membawakan lagu Dalam Hitungan bersama .Feast dan mampu memberi warna berbeda. Oscar Lolang yang menulis lirik serta mengisi vokal di lagu Arabian Playboy milik The Panturas juga turut memeriahkan gelaran Soundstream kali ini. Penampilannya yang nyentrik dan flamboyan sangat menarik untuk disaksikan.

“Tiga episode dengan tiga konsep yang berbeda telah berhasil kami tayangkan. Bagi saya, Soundstream seakan menjadi bukti akan geliat musik Indonesia yang tak pernah padam. Saya harap, Soundstream benar-benar bisa menghibur akhir pekan para penikmat musik di mana pun mereka berada,” pungkas Kukuh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.