Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona hijau pada perdagangan Rabu (7/5/2025). Akan tetapi, penguatan IHSG berkurang hingga penutupan perdagangan.
Mengutip data RTI, IHSG naik 0,41% ke posisi 6.926,22. Indeks LQ45 menanjak 0,30% ke posisi 777,05. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau. Pada perdagangan Rabu pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.970,50 dan level terendah 6.909,96.
Baca Juga
Sebanyak 314 saham menghijau sehingga angkat IHSG. Namun, 271 saham melemah sehingga penguatan IHSG menjadi terbatas. 214 saham stagnan. Total frekuensi perdagangan 1.471.074 kali dengan volume perdagangan 24,4 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 15,6 triliun. Posisi dolar Amerika Seriakt terhadap rupiah di kisaran 16.535.
Advertisement
Mayoritas sektor saham menghijau. Sektor saham basic naik 2,18%, dan catat penguatan terbesar. Disusul sektor saham teknologi mendaki 1,16% dan sektor saham energi melesat 0,98%. Sektor saham consumer nonsiklikal menguat 0,11%, sektor saham consumer siklikal bertambah 0,87%, sektor saham kesehatan menanjak 0,22%. Lalu sektor saham keuangan naik 0,18%, sektor saham properti menanjak 0,80%.
Sedangkan sektor saham industri turun 0,68%, catat penurunan terbesar. Sektor saham infrastruktur melemah 0,66% dan sektor saham transportasi tergelincir 0,35%.
Saham ANTM naik 8,27% ke posisi Rp 2.750 per saham. Harga saham ANTM dibuka naik 20 poin ke posisi Rp 2.560 per saham. Saham ANTM berada di level tertinggi Rp 2.780 dan level terendah Rp 2.550 per saham. Total frekuensi perdagangan 88.749 kali dengan volume perdagangan 6.184.508 saham. Nilai transaksi Rp 1,7 triliun.
Saham ANJT berbalik arah melemah. Saham ANJT susut 0,28% ke posisi Rp 1.750 per saham. Harga saham ANJT dibuka naik lima poin ke posisi Rp 1.760 per saham. Saham ANJT berada di level tertinggi Rp 1.770 dan level terendah Rp 1.745 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.555 kali dengan volume perdagangan 113.451 saham. Nilai transaksi Rp 19,9 miliar.
Saham PSAB merosot 1,28% ke posisi Rp 308 per saham. Harga saham PSAB dibuka naik dua poin ke posisi Rp 314 per saham. Saham PSAB berada di level tertinggi Rp 322 dan level terendah Rp 308 per saham. Total frekuensi perdagangan 10.745 kali dengan volume perdagangan 2.376.608 saham. Nilai transaksi Rp 74,8 miliar.
Top Gainers-Losers
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
- Saham BATR melonjak 35%
- Saham ISEA melonjak 33,93%
- Saham AYLS melonjak 31,43%
- Saham PNSE melonjak 25%
- Saham HUMI melonjak 23,53%
Saham-saham yang masuk top losers antara lain:
- Saham PPRI melemah 14,56%
- Saham HADE melemah 14,29%
- Saham JGLE melemah 12,50%
- Saham TARA melemah 11,11%
- Saham BAPI melemah 11,11%
Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:
- Saham ANTM senilai Rp 1,7 triliun
- Saham BBCA senilai Rp 701,6 miliar
- Saham BMRI senilai Rp 501,8 miliar
- Saham BBRI senilai Rp 466,3 miliar
- Saham BREN senilai Rp 443,7 miliar
Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:
- Saham ANTM tercatat 88.745 kali
- Saham MDKA tercatat 35.069 kali
- Saham BBRI tercatat 29.584 kali
- Saham PTRO tercatat 28.909 kali
- Saham BMRI tercatat 27.883 kali
Advertisement
Sentimen IHSG
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menuturkan, IHSG dan bursa regional Asia menguat seiring sinyal proses negosiasi antara AS dan China.
Dari mancanegara, pelaku pasar bereaksi positif terhadap pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan perwakilan dagang AS Jamison Greer mengenai persiapan pertemuan dengan delegasi China pada pekan ini.
"Upaya ini berpotensi menjadi langkah awal dalam negosiasi tarif antara AS dan China, yang dikabarkan pembicaraan kedua negara akan berlangsung di Swiss. Pertemuan ini tentunya akan lebih cair sehubungan proses negosiasi tarif, sehingga akan menurunkan ketegangan kedua negara,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.
Sentimen positif lainnya didorong oleh pengumuman Bank Sentral China (PBOC) tentang pemotongan 50 bps yang ditetapkan untuk menyuntikkan sekitar 1 triliun Yuan ke dalam sistem perbankan, di saat Beijing bergerak untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan dengan AS.
"Di sisi lain, pelaku pasar juga fokus menantikan hasil rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) bank sentral AS The Fed yang akan disampaikan pada malam hari ini,” kata dia.
Dari dalam negeri, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025, pemerintah akan menerapkan kebijakan yang berorientasi pada penguatan daya beli, pemberian stimulus ekonomi, percepatan investasi, serta optimalisasi belanja negara.
Upaya ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah tantangan global.
Bursa Saham Asia
Bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Rabu, 7 Mei 2025. Kenaikan bursa saham Asia Pasifik setelah bank sentral dan regulator keuangan China mengumumkan rencana besar untuk memangkas suku bunga acuan. Hal ini untuk menopang pertumbuhan dalam menghadapi kekhawatiran perdagangan.
Mengutip CNBC, Rabu pekan ini, indeks Hang Seng di Hong Kong bertambah 0,5%, indeks CSI 300 naik 0,61% hingga ditutup ke posisi 3.831,63.
Indeks acuan Nikkei 225 di Jepang melemah 0,14% ke posisi 36.779,66. Indeks Topix mendaki 0,31% ke posisi 2.696,16. Indeks Kospi di Korea Selatan bertambah 0,55% ke posisi 2.573,8. Indeks Kosdaq susut 0,13% ke posisi 722,81. Indeks ASX 200 di Australia terpangkas 0,33% ke posisi 8.171,3.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Perwakilan Perdagangan Jamieson Greer akan bertemu mitra dari China pada pekan ini.
Mata uang Asia menguat terhadap dolar AS di tengah menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS.
“Kami melihat dislokasi yang jelas dalam hal hubungan perdagangan normal USD, dan penurunan korelasi ini menunjukkan bahwa investor mengurangi eksposur mereka terhadap USD dan memulangkan modal ke pasar dalam negeri mereka,” kata Kepala Strategi Valas Global di Union Bancaire Privee, Peter Kinsella.
Investor global non-AS mengurangi alokasi untuk dolar dan aset berdenominasi dolar, imbuh ahli strategi valas tersebut. “Pergerakan yang kami lihat dalam beberapa mata uang Asia mencerminkan fenomena ini, dan saya perkirakan hal ini akan terus berlanjut.”
Bessent dan Greer akan mengadakan pembicaraan dengan pejabat China di Swiss minggu ini untuk membahas masalah perdagangan dan ekonomi.
Advertisement