Sukses

Prospek Saham Bank Mandiri Masih Positif, Bagaimana Rekomendasinya?

Analis menuturkan, sejumlah katalis yang akan berdampak terhadap saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Salah satunya pertumbuhan kredit.

Liputan6.com, Jakarta - Saham bank berkapitalisasi besar terpantau menguat, salah satunya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang sempat menyentuh level tertinggi. Lantas, bagaimana prospek saham Bank Mandiri ke depannya? 

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menuturkan, saham BMRI mencatatkan harga pembukaan Rp 6.425 dengan menyentuh level tertinggi Rp 6.475. Dengan begitu, saham BMRI telah mengalami kenaikan sebesar 23,6% setelah stock split April 2023, di mana kapitalisasi pasar BMRI juga ikut terdongkrak ke level Rp 599,7 triliun. 

"Dengan data laporan keuangan BMRI per November kemarin menunjukkan pertumbuhan kredit Bank Mandiri secara bank telah mencapai 13.65% YoY sebesar Rp1,046.05 triliun. Pencapaian kredit ini juga adalah salah satu faktor mendorong pertumbuhan aset BMRI," kata Audi kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (18/1/2024). 

Ia melanjutkan, dengan adanya hal tersebut mencerminkan prospek saham BMRI masih positif ke depan. Adapun sejumlah katalis yang membayangi saham BMRI di antaranya adalah kinerja keuangan BMRI yang mengalami pertumbuhan, prospek ekonomi Indonesia di mana permintaan kredit naik dan tahun pemilu juga akan mendorong permintaan kredit.

Selain itu, pembukaan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang akan menjadi proyek infrastruktur besar dengan pembiayaan yang besar, dan terakhir kebijakan pemerintah di mana Pemerintah memiliki komitmen untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Bagi para investor, ia merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 6.875 per saham.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Prediksi Analis

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mencermati secara teknikal pergerakan saham BMRI rawan terkoreksi terlebih dahulu. Hal ini nampak dari pergerakan MACD yang cenderung melandai dan Stochastic yang sideways di area overbought nya.

Dengan demikian, Herditya merekomendasikan buy on weakness untuk saham BMRI di area support Rp 6.325 dan resistance Rp 6.675. 

Founder WH Project, William Hartanto mengatakan, prospek saham BMRI setelah sentuh all time high biasanya akan ada koreksi yang merupakan bagian dari profit taking. Hal ini wajar dan tidak mengubah prospek jangka panjang. 

"Untuk sentimennya, ada sentimen suku bunga BI, namun efeknya tidak signifikan," kata William.

Sejalan dengan Herditya, William merekomendasikan buy on weakness untuk saham BMRI di area support Rp 6.350 dan resistance pada level all time high Rp 6.675. 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

3 dari 5 halaman

Bank Indonesia Tahan Suku Bunga Acuan 6% pada Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia hari ini mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2024. Keputusannya, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di angka 6%.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di Bank Indonesia, Rabu (17/1/2024).

Perry menegaskan, keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6,00% tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024.

Sementara itu, Perry menambahkan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

"Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga," ucapnya.

4 dari 5 halaman

Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% pada Januari 2024

Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).

Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Disisi lain, Perry menegaskan bahwa kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.

 

5 dari 5 halaman

Perkuat Bauran Kebijakan Moneter

Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melalui upaya sebagai berikut:

-Stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;- Penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI);

-Penguatan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi (Lampiran);

-Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas Ekonomi Keuangan Digital (EKD).

-Penguatan dan perluasan kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra, khususnya di area kebanksentralan termasuk mempercepat konektivitas pembayaran dan Local Currency Transactions (LCT), serta memfasilitasi promosi investasi, perdagangan, dan pariwisata di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini