Sukses

Elon Musk Ingin Genggam 25% Saham Tesla

Saat ini Elon Musk memiliki 13 persen saham Tesla usai menjualnya untuk beli Twitter.Kini Ia ingin menguasai 25 persen saham Tesla.

Liputan6.com, Jakarta - CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk menginginkan sekitar 25 persen saham dari total pemilik saham bisnis kendaraan listriknya.

Pemilik jejaring sosial X yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter ini sudah memiliki sekitar 13 persen saham Tesla atau sekitar 411 juta saham dari 3,19 miliar saham biasa yang beredar. Hal ini seperti dilaporkan dalam laporan keuangan yang berakhir kuartal III 2023.

Dikutip dari CNBC, Selasa (16/1/2024), ini adalah sebuah pertaruhan yang besar terutama mengingat Elon Musk menjual sahamnya di Tesla senilai puluhan miliar dolar AS pada 2022. Penjualan saham itu sebagian besar untuk membiayai pembelian Twitter senilai USD 44 miliar atau sekitar Rp 686,86 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.610).

Saat ini, Elon Musk ingin mendapatkan kendali lebih besar atas Tesla. Secara khusus ia menulis keinginan tersebut di platform X.

"Saya tidak nyaman mengembangkan Tesla menjadi pemimpin dalam kecerdasan buatan dan robotik tanpa memiliki 25 persen kendali suara. Cukup untuk menjadi berpengaruh, tetapi tidak terlalu berpengaruh sehingga saya tidak bisa digulingkan,” tulis dia.

"Kecuali jika itu masalahnya, saya lebih suka membuat produk di luar Tesla,” ujar dia.

"Sepertinya Anda tidak mengerti Tesla bukanlah satu startup tapi selusin. Lihat saja perbedaan antara apa yang dilakukan Tesla dan GM. Adapun kepemilikan saham itu sendiri sudah cukup menjadi motivasi, Fidelity dan taruhan lainnya yang serupa dengan saya. Mengapa mereka tidak muncul untuk bekerja,”

Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sempat Kritik Analis

Unggahan Elon Musk bertentangan dengan pernyataan yang dia buat sebelumnya yang menyatakan Tesla sudah menjadi perusahaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan robotik yang penting, dan valuasinya bergantung pada kehebatannya dalam bidang ini.

Pada April 2022, dalam laporan keuangan kuartal I Tesla, Elon Musk prediksi, robot humanoid milik Optimus pada akhirnya akan bernilai lebih dari mobil dan bernilai lebih dari sekadar mobil self-driving.

Tesla meluncurkan prototipe Optimus di Tesla AI Day pada September 2022. “Inti dari AI day adalah untuk menunjukkan kedalaman dan keluasan Tesla dalam AI, perangkat keras komputasi dan robotika,” ujar dia.

Pada 27 Desember 2023, Elon Musk kritik analis senior Roth Capital, Craig Irwin. Ia menuturkan, Tesla dinilai terlalu tinggi, terutama dibandingkan dengan raksasa otomotif Jepang, Toyota.

Merasa kesal jika dibandingkan dengan pesaing besar yang telah menjual lebih banyak kendaraan listrik hibrida daripada model baterai listrik, dalam unggahan di platform X, Musk menuturkan kalau yang disampaikan analis itu memiliki kerangka acuan yang salah. “Tesla adalah perusahaan AI/robotika,” ujar dia.

Meski dalam laporan tahunan, Tesla menunjukkan, sekitar 95 persen pendapatan dari segmen otomotif pada 2022, dalam laporan keuangan kuartal III 2023, perusahaan menggambarkan bisnisnya semakin fokus pada produk dan layanan berbasis tentang kecerdasan buatan, robotika dan otomasi.

 

3 dari 4 halaman

Bakal Tambah Tekanan

Bahkan pada Senin pagi, 15 Januari 2024, Elon Musk unggah video di platform X yang menunjukkan robot optimus sedang dalam pengembangan melipat baju, meski robot itu dioperasikan dari jarak jauh dan tidak otonom.

Keinginan Elon Musk untuk lebih mengendalikan Tesla tidak diragukan lagi akan menambah tekanan pada dewan direksi Tesla pada 2024.

Selain menentukan kompensasi CEO dan direktur, dewan direksi Tesla telah hadapi kekhawatiran beberapa investor atas beberapa masalah.

Beberapa investor dan anggota parlemen telah menyatakan keprihatinannya mengenai fokus Elon Musk yang terpecah dan penggunaan sumber daya perusahaan saat ia terus menjalankan SpaceX, X Corp dan perusahaan lain bersama Tesla, komentar politik dan budayanya yang memecah belah, termasuk tweet terbaru yang meremehkan inisiatif keberagaman dan inklusi perusahaan, penyelidikan federal yang melibatkan Elon Musk dan Tesla.

Elon Musk juga sedang menjalani uji coba di Delaware mengenai paket pembayaran sebelumnya sebesar USD 56 miliar dari Tesla. Rencana kompensasi CEO pada 2018 yang tak tertandingi membuat Elon Musk menjadi salah satu orang terkaya di dunia.

Pemegang saham Richard J.Tornetta telah menggugat Elon Musk dan Tesla dengan tuduhan kompensasi yang diberikan CEO berlebihan dan otorisasi tersebut merupakan pelanggaran kewajiban fidusia oleh Tesla dan dewan direksinya.

 

4 dari 4 halaman

Menanti Rencana Kompensasi Baru

Elon Musk juga mencatat pada Senin kalau dewan direksi Tesla sedang menunggu untuk menetapkan rencana kompensasi baru untuknya sampai kasus Tornetta diputuskan di pengadilan Delaware.

“Alasan tidak ada rencana kompensasi baru adalah karena kami masih menunggu keputusan dalam kasus kompensasi saya di Delaware. Sidangnya sudah digelar pada 2022, tetapi putusan belum diambil,” tulis dia.

Mengacu pada seruannya untuk mengontrol 25 persen suara, ia menyebutkan, jika memiliki 25 persen itu berarti dirinya lebih banyak pemegang saham yang memberikan suara menentang saya vs mendukung saya,” kata dia.

“Pada tingkat 15 persen atau lebih rendah, rasio pro atau kontra yang mengesampingkan saya membuat pengambilalihan oleh kepentingan yang meragukan menjadi terlalu mudah,”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.