Sukses

Tekan IHSG, Begini Prospek Sektor Saham Teknologi dari Mandiri Sekuritas

Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana mengatakan, efisiensi dan rasionalisasi perusahaan berbasis teknologi harus dinamis menghadapi kondisi pasar.

Liputan6.com, Jakarta - PT Mandiri Sekuritas (Mandiri Sekuritas) angkat suara mengenai prospek perusahaan teknologi ke depannya. Sebelumnya, sektor saham teknologi jadi pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Dalam sepekan, IDX Sector Technology susut 702,15 poin atau 10,64 persen. Sepanjang 2022, sektor saham teknologi susut 34,45 persen.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana mengatakan, efisiensi dan rasionalisasi perusahaan berbasis teknologi harus dinamis menghadapi kondisi pasar, utamanya saat ini. Pernyataan tersebut menjawab tren pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh banyak perusahaan teknologi beberapa waktu terakhir.

"Perusahaan teknologi banyak PHK massal bukan berarti fundamental dan bisnis modelnya salah. Efisiensi dan rasionalisasi mereka harus dinamis menghadapi kondisi pasar, kalau kondisi pasar tidak bagus, bukan berarti fundamental mereka jelek,” kata Oki di Jakarta (30/11/2022).

Salah satu emiten teknologi yang saat ini menyita perhatian pasar yakni saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Hal itu berkaitan dengan usainya periode lock up saham GOTO per 30 November 2022 bagi investor yang memegang saham seri A. Artinya, setelah periode lockup berakhir pemegang saham tersebut dapat menjual sahamnya di Bursa.

"Saya optimis perusahaan teknologi memiliki model bisnis yang bagus. GOTO misalnya. Sejak IPO sampai dengan sekarang (modal bisnisnya) tidak berubah. Hanya sentimen pasar saja,” beber Oki.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

BEI Bidik 57 Emiten Baru pada 2023

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pencatatan 57 emiten baru pada 2023. Pencatatan saham emiten  itu naik dari target yang dicanangkan tahun ini sebanyak 55 emiten.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman cukup optimistis dapat mencapai target tersebut, mengingat saat ini banyak perusahaan yang sudah antre di pipeline pencatatan umum perdana saham (initial public offering/IPO).

"Tahun depan target kami total pencatatannya 70, dari saham dan dan obligasi. Sementara emitennya sendiri di angka 57,” kata Iman dalam Media Gathering Wartawan Pasar Modal, Sabtu (26/11/2022).

Dalam catatannya, terdapat 43 perusahaan yang saat  ini berada dalam pipeline IPO Bursa. Empat di antaranya dipastikan IPO tahun ini. Kemungkinan besar, sisanya sebanyak 29 emiten akan melantai pada 2023.

"Kalau lihat pipeline IPO ada 43 perusahaan. Yang empat sudah pasti IPO tahun ini… Jadi sisa (pipeline) sebanyak 39 perusahaan akan dibawa (IPO) ke tahun depan. Termasuk anak BUMN,” kata Iman.

Selain perusahaan dengan skala aset yang besar, BEI juga mendorong perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah untuk dapat melantai di bursa. Hal itu mendorong BEI untuk ikut bergerak dengan program pendampingan proses IPO kepada calon perusahaan.

BEI mendorong perusahaan untuk mempertimbangkan pendanaan melalui pasar modal Indonesia dengan melakukan pencatatan sebagai salah satu strategi pengembangan perusahaan.

Harapannya, dengan semakin banyak perusahaan yang melantai di BEI dapat menjadikan pasar modal sebagai rumah pertumbuhan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dan memberikan pilihan investasi yang lebih beragam bagi investor. 

 

3 dari 4 halaman

Bos BEI Beberkan Bakal Ada 60 Emiten Baru hingga Akhir 2022

Sebelumnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman optimistis target pencatatan saham baru tahun ini akan tercapai. Bahkan ia menyebutkan akan sekitar 58—60 emiten baru tercatat hingga akhir tahun.

"Tahun ini saja sudah mencapai 54 perusahaan baru. Jadi target kami di tahun ini sebenarnya 55 emiten. Apabila ada satu emiten saja yang akan listing di tahun ini, target kami tercapai. Tapi prognosa kami di akhir tahun di tempat Pak Nyoman (Direktur Penilaian BEI), ada 58-60 di akhir tahun,” kata Iman dalam acara CEO Networking 2022, Kamis (24/11/2022).

Sementara berdasarkan informasi yang dikantongi Iman, saat ini masih ada 41 perusahaan yang antre di pipeline pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO). Adapun total perusahaan tercatat di BEI saat ini sebanyak 820 perusahaan. Angka itu terbagi dalam 3 papan, yakni papan utama, papan pengemabangan, dan papan akselerasi.

"Papan akselerasi ini dibuat untuk UMKM. Jumlah emitennya saat ini 23 perusahaan,” ungkap Iman.

Papan pengebangan kontribusi 53 persen dari total perusahaan tercatat atau sekitar 450 emiten. Sedangkan papan utama berkontribusi 43 persen atau sekitar 350 emiten. Untuk akomodasi perkembangan ekonomi terkini, BEI juga berencana menambah papan pencatat yakni papan new economy pada akhir tahun ini atau paling lama awal tahun depan.

"Banyak perusahaan teknologi atau e-commerce yang sebenarnya eligible secara market cap untuk masuk papan utama tapi financial masih rugi. Jadi belum bisa masuk papan utama, maka disediaka papan new economy,” imbuh Iman.

4 dari 4 halaman

Kapitalisasi Pasar Modal RI Tembus Rp 9.400 Triliun, Bos BEI: Tertingi di ASEAN

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menorehkan kinerja yang cukup terjaga di tengah gejolak ekonomi saat ini. Hal itu dapat dilihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sampai dengan 22 November 2022 ditutup pada level 7.030 atau tumbuh sebesar 682 persen sejak awal tahun.

"Sejalan dengan itu, kapitalisasi pasar per 22 November 2022 mencapai Rp 9.400 triliun atau USD 630 miliar. Di asean kita sudah nomor satu dibandingkan market cap negara lainnya,” kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman dalam CEO Networking 2022, Kamis (24/11/2022).

Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) sampai dengan 22 November 2022 mencapai Rp 14,9 triliun atau setara  USD 1 miliar. Di kawasan ASEAN, angka itu hanya lebih rendah dibandingkan Thailand dengan RNTH mencapai USD 2 miliar.

Raihan RNTH ini dibarengi dengan pertumbuhan investor pasar modal yang saat ini sudah menembus 10 juta SID. Naik signifikan dibanding lima tahun atau atau pada 2017 yang hanya terdapat 1,2 juta investor. Meski begitu, Iman mengatakan jumlah investor ini masih relatif kecil dibandingkan total populasi Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa.

"Jumlah investor itu 1,5 persen total populasi Indonesia yang berjumlah 270 juta orang. Kalau kita membandingkan dengan kawasan ASEAN seperti Singapura, Thailand dan sebagainya, rata-rata jumlah investornya dibandingkan total populasi nya minimal di angka 5 persen. Bahkan nada yang lebih tinggi,” kata Iman. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.