Sukses

Hacker Bobol Aset Kripto Rp 8,63 Triliun, Analis Ingatkan Investor untuk Waspada

Aplikasi dan protokol DeFi bertujuan menciptakan kembali sistem keuangan tradisional, seperti bank dan bursa, dengan kripto.

Liputan6.com, Jakarta - Poly Network, platform keuangan terdesentralisasi, atau DeFi, mengumumkan peretasan yang menimpanya. Awalnya, aset kripto lebih dari USD 600 juta atau sekitar Rp 8,63 triliun (asumsi kurs Rp 14.385 per dolar AS) dilaporkan telah dicuri, sehingga menjadikannya salah satu peretasan DeFi terbesar hingga saat ini.

Aset yang dicuri termasuk sekitar USD 253 juta atau sekitar Rp 3,63 triliun dalam bentuk token di Binance Smart Chain, USD 266 juta atau sekitar Rp 3,82 triliun dalam token Ethereum dan USD 85 juta atau sekitar Rp 1,22 triliun dalam USDC di jaringan Polygon, menurut alamat dompet kripto yang diungkapkan oleh Poly.

Aplikasi dan protokol DeFi bertujuan menciptakan kembali sistem keuangan tradisional, seperti bank dan bursa, dengan kripto. Sebagian besar berjalan di blockchain Ethereum. Para ahli mengatakan peretas dapat mengeksploitasi masalah kriptografi, atau pengkodean, jaringan.

Namun, dilansir dari CNBC, Kamis (12/8/2021), peretas dilaporkan telah mengembalikan lebih dari USD 4,7 juta atau sekitar Rp 67,60 miliar ke Jaringan Poly pada Rabu pagi. Meskipun ini adalah salah satu peretasan terbesar hingga saat ini, peretasan pada jaringan DeFi bukanlah yang pertama.

Pencurian, peretasan, dan penipuan terkait DeFi mencapai titik tertinggi sepanjang masa dalam tujuh bulan pertama tahun ini, menurut CipherTrace. Dari Januari hingga Juli, sekitar USD 474 juta atau sekitar Rp 6,81 triliun telah hilang.

 

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jadi Pengingat bagi Investor

Meskipun para peretas tampaknya mengembalikan sebagian dari dana yang dicuri, situasi ini adalah pengingat lain yang penting untuk memahami sepenuhnya risiko sebelum berinvestasi di DeFi.

“Sejumlah besar dana yang dicuri menunjukkan bahwa investor harus waspada dan berhati-hati saat mengalokasikan pada sistem yang baru lahir ini,” kata Presiden Ava Labs, John Wu, tim yang mendukung pengembangan aplikasi DeFi di blockchain Avalanche.

Ada beberapa risiko utama dalam hal DeFi, tetapi peretasan Poly Network menyoroti risiko teknologi secara khusus. Kontrak pintar, atau kumpulan kode yang menjalankan serangkaian instruksi pada blockchain, sangat penting untuk menjalankan aplikasi DeFi. Akan tetapi, jika ada masalah dengan kode pengembang, maka mungkin ada kelemahan dalam protokol DeFi yang dapat dengan mudah dieksploitasi oleh peretas.

“Kelemahan teknis atau bug dalam protokol DeFi bisa jadi tanpa ampun. Sistem yang lebih baru, lebih kompleks, dan baru menciptakan risiko teknis yang besar,” kata Robert Leshner, pendiri dan CEO perusahaan DeFi Compound Labs.

3 dari 3 halaman

Kata Analis

Pengembang mana pun bisa membuat platform DeFi, tanpa perlu audit apa pun. Karena kurangnya pengawasan ini, mungkin sulit bagi investor untuk mengetahui seberapa rentan suatu protokol. Oleh sebab itu, analis merekomendasikan untuk melakukan penelitian menyeluruh sebelum mengalokasikan dana ke DeFi berbasis kripto.

Meskipun investor tidak boleh menganggap aplikasi atau protokol DeFi apa pun benar-benar aman, sistem yang diaudit lebih lama mungkin akan memiliki performa yang lebih baik.

”Bila dibangun dengan benar, sistem ini dapat berfungsi dengan aman. Ketika dibangun secara tidak benar, sistem ini membahayakan dana pengguna,” kata Leshner.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.