Sukses

Intip Kinerja Emiten Kapitalisasi Besar pada Semester I

Sejumlah emiten berkapitalisasi besar telah merilis laporan keuangan semester I 2016.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten berkapitalisasi besar telah merilis laporan keuangan semester I 2016. Hasil kinerja keuangan itu pun beragam, namun sektor saham konsumsi dan bank masih membukukan kinerja positif.

PT HM Sampoerna Tbk misalnya membukukan pertumbuhan cukup baik. Laba bersih PT HM Sampoerna Tbk naik 22,67 persen menjadi Rp 6,14 triliun pada semester I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 5,01 triliun. Pendapatan naik 8,2 persen menjadi Rp 47,4 triliun. Laba bersih per saham pun tumbuh menjadi 53 pada semester I 2016 dari semester I 2015 sebesar 45.

Di sektor konsumsi, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencetak pertumbuhan laba bersih 12,54 persen dari Rp 2,93 triliun pada semester I 2015 menjadi Rp 3,29 triliun pada semester I 2016. Pendapatan tumbuh 10,33 persen menjadi Rp 20,74 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 18,80 triliun. Kondisi itu membuat laba bersih per saham naik menjadi 432 pada semester I 2016.

Selain itu, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) juga membukukan kenaikan laba bersih 33,26 persen menjadi Rp 9,92 triliun. Pendapatan naik 15,58 persen menjadi Rp 56,45 triliun. Laba bersih per saham pun naik jadi 101,07 dari periode sama sebelumnya 75,8.

Di sektor keuangan, sejumlah emiten bank besar pun membukukan kinerja cukup baik. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan laba bersih naik 79,9 persen menjadi Rp 4,37 triliun dari periode semester I 2015 sebesar Rp 2,43 triliun. Pendapatan tumbuh 11,7 persen menjadi Rp 13,91 triliun.

Direktur Treasury BNI Panji Irawan menuturkan, kenaikan laba ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang naik 11,7 persen (year on year) dari Rp 12,45 triliun menjadi Rp 13,91 triliun. Pendapatan non bunga naik 28,7 persen menjadi Rp 4,43 triliun.

"Net interest income tumbuh berkat realisasi penyaluran kredit BNI hingga akhir Juni 2016 yang tumbuh moderat sebesar 23,7 persen yoy dari Rp 288,72 triliun menjadi Rp 357,22 triliun," ujar dia.

Kenaikan kinerja keuangan juga diikuti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Laba bersih PT Bank Central Asia Tbk naik 12,1 persen menjadi Rp 9,6 triliun pada semester I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,5 triliun. Pendapatan naik 15,5 persen menjadi Rp 22,6 triliun.

PT Gudang Garam Tbk juga mencatatkan kinerja positif. Laba bersih perseroan tumbuh menjadi Rp 2,86 triliun atau naik 19,43 persen. Pendapatan menguat 11,24 persen dari Rp 33,22 triliun pada semester I 2015 menjadi Rp 36,92 triliun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kinerja Emiten Tertekan

Meski demikian, ada sejumlah emiten besar yang belum mencatatkan kinerja cemerlang. PT Astra International Tbk (ASII) membukukan laba bersih turun menjadi Rp 7,11 triliun pada semester I 2016. Pendapatan turun 5 persen menjadi Rp 88,20 triliun dari periode semester I 2015 sebesar Rp 92,50 triliun.

Kepala Riset PT Universal Broker Securities Satrio Utomo mengatakan penurunan kinerja keuangan PT Astra International Tbk lantaran kinerja anak usaha terutama sektor alat berat merosot ditambah sektor keuangan. "Penjualan United Tractor turun dan lainnya juga. Kondisi tidak begitu baik," kata Satrio.

Seperti diketahui, meski terjadi kenaikan keuntungan pada sektor otomotif dari peluncuran produk baru, laba bersih Astra menurun pada semester I 2016. Hal itu lantaran harga komoditas yang melemah berdampak negatif ke sektor alat berat, kontraktor pertambangan dan operasional perkebunan.

"Selain itu kenaikan signifikan pada provinsi kerugian atas pinjaman yang diberikan pada Permata Bank yang berujung menurunnya kontribusi dari sektor jasa keuangan," tulis manajemen Astra.

PT Bank Permata Tbk mencatat rugi bersih sebesar Rp 836 miliar pada semester I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 837 miliar. Penurunan disebabkan oleh kenaikan signifikan dari provisi kerugian atas pinjaman yang diberikan akibat kredit bermasalah menjadi 4,6 persen dari 2,7 persen pada akhir tahun lalu.

Selain Astra, PT Bank Mandiri Tbk juga mencatatkan penurunan laba bersih. PT Bank Mandiri Tbk membukukan laba bersih turun 28,7 persen menjadi Rp 7,1 triliun pada semester I 2016 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,9 triliun. Laba bersih turun lantaran ada kenaikan biaya pencadangan dari Rp 4 triliun pada kuartal II 2015 menjadi Rp 9,9 triliun pada kuartal II 2016.

Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menuturkan kalau kinerja emiten dipengaruhi momen Lebaran dan penurunan suku bunga acuan/BI Rate menjadi 6,5 persen. Selain itu, sejumlah bank juga melakukan efisiensi sehingga berdampak positif untuk kinerja bank.

William memprediksi, kinerja keuangan emiten masih akan baik pada semester II 2016. Hal itu lantaran BI Rate kembali berpeluang turun dan pemerintah menggenjot proyek infrasruktur untuk mendorong ekonomi. Dengan proyek infrastruktur itu, William menuturkan akan berdampak positif ke sektor saham keuangan dan konsumsi.

"Saham-saham yang masih jadi pilihan BNI dan BCA. Selain itu, PT Perusahaan Gas Negara Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Indofood Sukses Makmur Tbk, PT Unilever Indonesia Tbk, PT Gudang Garam Tbk, dan PT XL Axiata Tbk," kata William. (Ahm/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini