Sukses

Vaksin TBC Bill Gates dan Jejak Kelam Sanatorium Belanda di Lembang

Hal ini meninggalkan bekas bangunan yang kini dikaitkan dengan kisah mistis dan warisan medis kontroversial. Pemerintah Hindia Belanda membangun sejumlah sanatorium TBC di wilayah pegunungan, termasuk Lembang, pada awal abad ke-20.

Diperbarui 09 Mei 2025, 15:46 WIB Diterbitkan 10 Mei 2025, 04:00 WIB

Liputan6.com, Bandung - Kabar vaksin TBC yang didanai Bill Gates Foundation mengingatkan pada sejarah sanatorium tuberkulosis era kolonial Belanda di Lembang, Bandung. Fasilitas kesehatan itu menjadi tempat isolasi penderita TBC dengan tingkat kematian tinggi.

Hal ini meninggalkan bekas bangunan yang kini dikaitkan dengan kisah mistis dan warisan medis kontroversial. Pemerintah Hindia Belanda membangun sejumlah sanatorium TBC di wilayah pegunungan, termasuk Lembang, pada awal abad ke-20.

Mengutip dari berbagai sumber, pemilihan Lembang sebagai lokasi didasarkan pada udara sejuk yang dianggap mendukung penyembuhan pasien. Sanatorium tersebut menerapkan metode pengobatan khas zaman itu, seperti helioterapi (terapi sinar matahari), isolasi ketat, dan diet khusus berbasis susu serta sayuran segar.

Fasilitas ini terutama melayani warga Eropa dan elite pribumi. Sementara itu, masyarakat biasa sering kali tidak mendapat perawatan memadai.

Tingkat kematian pasien tergolong tinggi, sehingga sanatorium kerap dikaitkan dengan kuburan massal atau kremasi diam-diam. Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa jenazah pasien dimakamkan di sekitar perkebunan teh atau lahan kosong di kawasan tersebut.

Setelah Indonesia merdeka, sebagian sanatorium dialihfungsikan menjadi rumah sakit atau fasilitas kesehatan modern. Salah satunya adalah Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu di Jalan Bukit Jarian.

Tempat ini masih mempertahankan struktur bangunan era kolonial. Beberapa bagian, seperti lorong bawah tanah dan ruang isolasi lama, tetap dipertahankan meski tidak lagi digunakan.

Bekas kompleks sanatorium lain ada yang berubah menjadi kebun sayur, villa, atau bahkan tertutup vegetasi. Warga sekitar pernah melaporkan temuan pecahan botol obat kuno atau sisa-sisa struktur bangunan saat menggarap lahan.

 

2 dari 2 halaman

Penampakan

Beberapa bangunan bekas sanatorium di Lembang kerap dikaitkan dengan cerita mistis, seperti penampakan sosok noni Belanda atau suara batuk di malam hari. Meski tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, narasi tersebut tetap hidup di kalangan masyarakat setempat.

Sejarah sanatorium Belanda juga memunculkan analogi dengan isu vaksinasi modern. Beberapa pihak menarik benang merah antara kebijakan isolasi penderita TBC zaman kolonial dengan kekhawatiran terhadap program vaksinasi massal saat ini.

Meski tidak ada bukti keterkaitan langsung, warisan trauma kesehatan masa lalu turut memengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu vaksin. Beberapa lokasi di Lembang masih memiliki jejak sanatorium TBC dari zaman Belanda.

Rumah Sakit Paru Dr. H.A. Rotinsulu masih mempertahankan arsitektur khas tahun 1920-an dengan beberapa bagian lama yang masih ada. Kawasan Kebun Teh Bosscha diyakini pernah menjadi tempat pemakaman tidak resmi untuk pasien TBC pada masa kolonial Belanda. Selain itu, Grand Hotel Lembang yang merupakan bangunan bersejarah dikabarkan memiliki terowongan rahasia yang terhubung dengan bekas fasilitas medis zaman Belanda.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Produksi Liputan6.com