Sukses

Jalan-Jalan ke Museum Le Mayeur, Museum Cinta di Pesisir Sanur

Museum Le Mayeur berada di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Sebelumnya, museum ini milik Adrien Jean Le Mayeur de Merpres yang datang ke Bali pada 1932 melalui pelabuhan Buleleng Singaraja.

Liputan6.com, Bali - Museum Le Mayeur menjadi salah satu destinasi wisata menarik yang dapat dikunjungi di Denpasar, Bali. Tempat yang kerap disebut sebagai museum cinta ini merupakan karya abadi seorang pelukis asal Belgia dengan gadis perempuan bali bernama Ni Nyoman Pollok.

Melansir laman resminya, Museum Le Mayeur berada di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali. Sebelumnya, museum ini milik Adrien Jean Le Mayeur de Merpres yang datang ke Bali pada 1932 melalui pelabuhan Buleleng Singaraja.

Pelukis asal Bruxelles, Belgia ini kemudian menyewa sebuah rumah di Banjar Kelandis. Di sanalah ia bertemu seorang penari legong Keraton bernama Ni Nyoman Pollok yang kala itu berusia 15 tahun.

Le Mayeur pun menjadikannya model lukisan. Lukisan-lukisan itu kemudian dipamerkan di Singapura.

Potret Ni Nyoman Pollox di atas kanvas membawa Le Mayeur di kacah Internasional, namanya kian dikenal. Ia pun kembali ke Bali dan membeli sebidang tanah di pesisir Pantai Sanur.

Di sanalah ia kembali melukis Ni Nyoman Pollok bersama dua temannya. Kecantikan Ni Nyoman Pollok membuat erpikat dan membuatnya jatuh hati.

Le Mayeur pun memutuskan menetap selamanya di Pulau Dewata. Bahkan, ia menikahi Ni Nyoman Pollok dengan upacara adat Bali.

Selama menjadi sepasang suami istri, Le Mayeur terus melukis Ni Nyoman Pollok. Hasil penjualan lukisan, sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk memperindah rumah.

Tentu tidak semua lukisan dijual yang dianggap paling bagus, dipasang sebagai koleksi pribadi. Rumah mereka dipenuhi cinta dan karya seni.

Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Bahder Djohan sampai terpikat saat mengunjungi rumah itu pada 1956. Ia pun meminta Le Mayeur agar rumahnya dijadikan museum.

Ide itu disambut dengan senang hati. Le Mayeur pun terpacu untuk terus berkarya, menambah dan meningkatkan mutu lukisannya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menjadi Kenyataan

Setahun setelah kunjungan Bahder itu, tepatnya pada 28 Agustus 1957, impian Le Mayeur menjadi kenyataan. Rumah itu punya akta hadiah No. 37 yang membuatnya dipersembahkan oleh Le Mayeur kepada Ni Nyoman Pollok.

Pada yang sama juga terbit akta persembahan (Sehenking) No. 38, yang isinya menyerahkan rumah beserta isinya yang terdiri atas tanah, lukisan dan barang-barang bergerak lainnya dari Ni Nyoman Pollok kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan Museum. Sayangnya, Le Mayeur menderita kanker telinga ganas setahun setelah menyerahkan rumahnya sebagai museum.

Bersama sang istri, ia pulang ke Belgia untuk berobat. Dua bulan di Belgia, pada Mei 1958 Le Mayeur meninggal dunia saat usia 78 tahun.

Alih-alih menikmati masa tua di rumah cantiknya, ia dimakamkan di Belgia. Sepeninggal kematian suaminya, hanya Ni Nyoman Pollok yang pulang ke Bali untuk mengurus rumah yang telah menjadi museum itu.

Sampai ia menyusul kepergian Le Mayeur pada 28 Juli 1985, saat usia 68 tahun. Kini, bangunan bergaya etnik tersebut yang menjadi bukti terawatnya kisah cinta Le Mayeur dan Ni Pollok.

Rumah berwarna dominan merah tersebut memiliki banyak ukiran tradisional sebagai hiasan. Ada sekitar 88 lukisan karya Le Mayeur yang masih terawat di dalamnya.

Di antaranya, lukisan Ni Nyoman Pollok, pura Bali, dan keindahan pantai Sanur Bali. Salah satu lukisannya berjudul Pollok, dilukis di atas kanvas berukuran 75x90 cm.

Ada lagi yang berjudul Di Sekitar Rumah Pollok (1957), juga lukisan kanvas berukuran sama. Sementara itu, lukisan berukuran dengan judul Memetik Bunga untuk Sembahyang/ Picking Flowers (1957).

Selain lukisan, museum itu juga memuat sejumlah koleksi pemiliknya berupa buku-buku tua, furnitur Bali, dan beberapa seni ukir. Koleksi itu membuat bangunan sangat kental suasana khas Bali.

Di kiri pintu masuk ada sebuah pendopo untuk para pengunjung bersantai usai keliling. Di dalam rumahnya sendiri terdapat empat ruangan dengan pintu sederhana.

Ukiran-ukiran cantik menghiasi sekeliling rumah dengan lukisan di dinding-dinding. Museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini kini berada di bawah kelola pemerintah kebudayaan Bali.

Museum Le Mayeur dapat dikunjungi setiap hari, mulai pukul 08.00 hingga 15.30 Wita. Tiket masuk untuk wisatawan lokal berkisar dari Rp5.000 hingga Rp10.000 dan wisatawan mancanegara Rp10.000 hingga Rp20.000.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini